Mohon tunggu...
Hastuti K
Hastuti K Mohon Tunggu... -

Hastutik Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia Maya vs Dunia Nyata

29 Desember 2014   20:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:13 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia maya memang telah membuat kehidupan manusia seolah-olah lupa akan dunia yang sebenarnya. Kini hampir seluruh manusia penduduk didunia ini telah singgah didunia maya. Apalagi dengan teknologi yang lebih canggih, gadget yang kian modern dan terus semakin canggih membuat manusia tak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati dunia maya. Bahkan kini anak-anak pun telah mampu “mampir” di dunia maya. Telah banyak dunia maya saat ini yang mampu mengubah seseorang seolah olah lupa akan dunia disekitarnya. Seperti banyak orang mengatakan, dunia maya, gadget yang makin canggih membuat yang dekat jadi jauh yang jauh makin dekat.

Sekian banyak fitur-fitur jejaring sosial di dunia maya yang kian semakin merambah. Seperti facebook, twitter, blackberry messenger, line, instagram dan lain-lain. Dimana seseorang mampu mengekspresikan segala kehidupannya di jejaring sosial. Tidak sedikit kita melihat bahwa sesungguhnya di dalam jejaring sosial terekam aktivitas, dan perasaan seseorang dalam jejaring sosial tersebut. Hampir dari pagi sampai pagi lagi hal itu terekam dalam jejaring sosial.

Seperti yang kita lihat saat ini, orang terlalu sering untuk curhat tentang perasaannya di dunia maya. Seperti yang dikatakan Darwis Tere Liye dalam page facebooknya “Menurut statistik, dari orang-orang yang suka sekali curhat dan berkeluh kesah di dunia maya:

50% hanya mencari perhatan, bukan solusi

30% hanya mencari lawan bertengkar

30% hanya mencari pembenaran

Orang yang mau nyari solusi hidupnya, dia tidak akan berkeluh kesah di dunia maya yang malah lebih sering nambah-nambahin masalah, membuat disitu-situ saja, menghabiskan waktu tak terasa.”

Selain itu juga update tentang apa yang tengah dilakukannya, mau pergi kemana pun di update, seperti otw otw’an (otw semarang, papua, jogja, solo, surabaya, malang, padang, dan lain-lain), nyapa-nyapa tempat seperti pagi semarang, malam yogyakarta, sore solo, mau pamer posisi apa ngasih tau orang-orang ya ? kenapa nggak pamer ngasih tau aktivitas yang lain seperti otw wc, malem toilet gitu. Namun itulah dunia maya, tempat untuk segalanya bahkan saat ini manusia melakukan bisnis ekonominya melalui dunia maya atau online tanpa bertatap muka secara langsung.

Namun, dari semua itu menurut saya nih yang paling aneh itu ketika seseorang berdo’a memohon-mohon di jejaring sosial. Oh ampun deh lo kira Tuhan juga ikutan mainan di dunia maya ?? yaps itu memang sudah biasa kita temui di jejaring sosial hal-hal seperti itu. Dan yang lebih aneh lagi, mau sholat, beribadah juga di update, “sholat maghrib dulu”, “abis sholat, abis itu tadarus dulu”, kok sempet-sempetnya gitu mau sholat update dulu, mau tadarus update dulu. Mau sholat, tadarus update mulu kapan sholat dan tadarusnya cinn ?? hehehe

Memang benar, dunia maya kini telah merambah untuk mengalahkan dunia nyata yang sebenarnya. Namun alangkah baiknya jika kita jangan terlalu sering untuk hidup didunia maya, dan juga menenmpatkan posisi. Ada teman lama sekal-kali ketemu lagi reunian disampingnya, eeeeh malah tinggal bbm’an, facebokan sama teman yang jauh tidak ditempat itu. Tulah salah satu efek dunia maya yang sangat terlihat saat ini. Menjauhkan yang dekat.

“Media sosial ini sudah mirip pasar malam, semua serba ada. Mau berdoa, lapor ke facebook, lapor ke instagram. Mau jalan-jalan, lapor ke twitter. Lagi sedih curhat ke google+. Habis menang undian sabun colek, umumkan lewat profil bbm. Semua ada. Bahkan sedang sakit pun bukannya minum obat atau pergi ke dokter, kita bergegas malah update. Tentu saja boleh, itu hak masing-masing. Bebas. Tapi saya percaya, kita selalu punya kesempatan memikirkannya. Bahwa ada hal-hal dalam hidup ini yang tidak harus dibagikan ke semua orang, ckup disimpansebagai kenangan terbaik hidup kita.” *(Tere Liye)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun