Mohon tunggu...
Hastuti Ishere
Hastuti Ishere Mohon Tunggu... Administrasi - hamba Allah di bumiNya

Manusia biasa yang senang belajar dan merantau. Alumni IPB yang pernah menempuh pendidikan di negeri Kilimanjaro. Bukan petualang, hanya senang menggelandang di bumi Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kalau Odong-odong Menggantikan MRT

16 Desember 2012   00:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta dan macet. Keduanya ibarat bayi kembar siam, tak terpisahkan meski berbagai upaya dikerahkan tetapi hasilnya selalu nihil. Tak heran kalau masalah ini selalu menjadi agenda pokok para calon gubernur Jakarta dari seiring dengan peralihan kepemimpinan.

Busway adalah salah satu upaya mengatasi macet yang dicetuskan pada era gubernur Sutiyoso. Diharapkan keberadaannya dapat membuat para pengguna kendaraan pribadi beralih ke moda transportasi umum ini. Namun apa lacur? Hingga Sutiyoso berganti ke Foke dan berganti lagi ke Jokowi, yang terjadi justru sebaliknya. Jumlah kendaraan pribadi yang makin bertambah. Parahnya lagi, dtambah dengan penyalahgunaan jalur busway oleh pengguna kendaraan umum non-busway serta kendaraan pribadi. Bahkan ditemukan juga fakta bahwa para pejabat juga termasuk yang menyalahgunakan jalur tersebut.

Kini, ketika Jokowi menjabat, kebijakan baru pun dibuat. Sistem nomor kendaraan genap-ganjil akan diterapkan bagi pemilik kendaraan pribadi. Tentu berita ini membuat resah sebagian pemilik kendaraan pribadi. Mereka tak lagi leluasa menggunakan kendaraannya kemana suka. Tapi sebagian ada juga yang tak mempermasalahkan. Ada komunitas Nebeng yang bisa dimanfaatkan dan diakui turut mensukseskan pengurangan jumlah kendaraan di jalan maupun konsumsi BBM, meski tak banyak. Kalau tak nebeng, bisa beralih menggunakan KRL, taksi, atau ojek. Kalau masih macet juga, kombinasi semuanya juga sudah biasa digunakan. Mau lebih sehat dan murah meriah, bisa juga beralih menggunakan sepeda. Komunitas bike to work ini kabarnya jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun.

Bagaimana dengan isu pembangunan MRT yang kembali merebak? Sebelum era Jokowi, ide pembangunan MRT memang sudah ada, bahkan sudah mulai direalisasikan. Masalahnya, ide yang juga ujung-ujungnya diharapkan mengurangi kemacetan lalu lintas justru pembangunannya macet di tengah jalan. Tiang sudah dipasang, pengumuman pun sudah disosialisasikan. Bahkan ada demo di sebagian daerah yang kabarnya akan terkena proyek MRT karena kegelisahan masyarakat setempat yang merasa lokasi mata pencaharian mereka akan tergusur. Padahal masyarakat sudah berharap kalau proyek ini nantinya benar-benar bisa bermanfaat. Namun apa daya, kalau uang sudah bicara, birokrasi tak jelas ujungnya, makin tak jelas kapan selesainya.

Menikmati momen menjadi orang Jakarta, suatu hari saya dikejutkan dengan kehadiran odong-odong di jalan utama. Bertahun-tahun silam kebanyakan saya melihat odong-odong beroperasi hanya di sekitar gang-gang, biasanya sih yang kapasitasnya kecil dan untuk hiburan anak-anak.  Tampaknya moda transportasi ini rupanya sudah 'melebarkan sayap' trayeknya hingga jalan utama. Saya menganggapnya sebagai suatu prestasi. Mengapa? Karena dengan demikian eksistensinya semakin mencuat. Di tengah keramaian kendaraan pribadi serta persaingan dengan kendaraan umum lainnya, odong-odong bak sebuah kendaraan unik multiguna. Sudah murah, muat banyak, full music (kalau yang empunya masih menyediakan fasilitas yang satu ini), dan full ac alias angin cepoi-cepoi yang gratis. Hanya saja karena tak berjendela, para penumpang sekaligus pengendaranya harus rela mengirup udara bercampur asap knalpot kendaraan ber-BBM tanpa filter apapun, kecuali kalau bawa masker sendiri.

Daripada menunggu realisasi MRT yang tak kunjung datang, mengapa pemda tak mencoba memanfaatkan odong-odong? Bodinya ramping (tak segemuk mobil pribadi, tapi tak selangsing sepeda motor), jelas tak memakan banyak tempat di jalan. Bisa buat rombongan pula. Setidaknya sedikit banyak bisa menarik atensi wisatawan manca tentang seluk-beluk budaya Jakarta.

Mari wujudkan Jakarta tanpa macet. Salam odong-odong.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun