Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjual Kesedihan

25 Oktober 2023   02:59 Diperbarui: 25 Oktober 2023   03:10 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://health.okezone.com/

Rinto marah pada dirinya. Mengapa dia terlau naif sekali. Bisa-bisanya dia kena tipu mentah-mentah oleh Wanto. Sungguh hatinya masih bergejolak dengan rasa marah, belum bisa memaafkan dirinya. Padahal sudah beberapa kali temannya menegurnya tapi dia tak peduli. Di jaman dunia digital ini semua bisa diekspos lewat media sosial baik ynag benar maupun yang tip-tipu. Jadi sebetulnya dirinyalah yang teledor . Dirinyalah yang tak mengikuti apa yang sudah biasa terjadi di saat ini. Semua ini seperti menampar dirinya sendiri , seperti menyadarkan dirinya bahwa di dunia digital ini tipu-tipu juga semakin canggih.

Dimulai suatu hari Rinto melihat tiktok tentang seorang pemuda yang berjuang untuk hidupnya agar bisa bersekolah. Pagi-pagi dini hari dia harus membuat kue untuk dijual di sekolah dan sepulang sekolah akan berkeliling menjual kuenya. Dengan kondisi rumah yang memprihatinkan. Rinto trenyuh dan salut dengan semangat Wanto untuk membiayai hidupnya agar tetap bisa bersekolah. Entah kenapa juga Wanto menjadi viral dan banyak yang mengundangnya di podcast artis-artis terkenal juga. Semangat kebaikan Rinto tergugah dan dia menghubungi Wanto karena Rinto ingin bisa membantu sekolahnya. Pendidikan itu penting agar suatu waktu Wanto bisa keluar dari kemiskinan.

Rinto senang bisa membantu dan meringankan beban Wanto, paling tidak dia bisa membantu orang keluar dari kemiskinan. Rinto berjanji akan terus membantu Wanto sampai lulus sekolahnya. Semua dia kerjakan ikhlas . Dan Wanto seperti selebretis baru , diundang ke sana kemari bahkan di tekevisi . 

Banyak simpati pada drinya . Dan itu membuat pundi-pundi uangnya bertambah. Dan itu sangat dinikmati Wanto. Dia terlena dengan semuanya. Ternyata jualan kesedihan bisa membuat dirinya mendapatkan pundi-pundi uang yang tak sedikit. Dan semua orang juga terlena dengan jualan kesedihan Wanto. Semua bersimpati . Tapi Wanto memang jadi kebablasan. Tetap menjual kesedihan lewat media sosial . Dia jadi serakah untuk mendapatkan uang lebih .

Tapi sepandai-panadainya tupai melompat akhirnya bakal jatuh juga. Dengan tayangan kesedihan yang terus menerus membuat nitizen mulai curiga. Karena lama-kelamaan seperti terlalu berlebihan. Banyak yang mulai curiga dan banyak wartawan mulai mencari tahu kehidupan Wanto sebenarnya. Dan semua itu bohong adanya . Memang Wanto butuh biaya yang banyak untuk sekolah tapi bukan seperti yang ada di media sosialnya. Apalagi setelah banyak bantuan kok masih tayang kesedihan berikutnya. Kebohongannya terkuak, dia hanya menjual kesediahn untuk mendapatkan uang. Dan kini viral kembali tapi bukan karena kemalangannya tapi karena tipu-tipunya. Semua menghujat Wanto.

Termasuk Rinto, sudah berapa banyak uang setiap bulannya yang dia berikan pada Wanto tapi ternyata dia menipu. Habis rasa amarahnya. Dan berjanji tak akan pernah membantu orang lain kecuali yang dia kenal dan tahu sendiri kondisinya. Cukup sekali Rinto tertipu . tak perlu ada lagi tipu-tipu. Memang dunia tipu-tipu semakin merajalela. Tipu-tipu lagi ngetrend

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun