Padahal pemilihan kepala desa masih lama tapi sudah banyak beredar calon-calon yang ingin maju dalam pemilihan kades. Ternyata ada beberapa orang yang sangat berambisi menjadi kepala desa. Beberapa ketua RT dan RW merasa dirinya percaya diri dan mau mencalonkan diri. Apalagi ada yang  manas-manasin, ada yang menyajungnya. Mereka seperti merasa di atas angin. Mereka sebetulnya tak tahu siapa yang memang benar-benar mendukungnya. Hanya karena beberapa orang telah membuat dirinya percaya diri.
Begitulah pak Dudung sebagai ketua RW dia berharap bisa menjadi kepala desa. Dia merasa dirinya baik sebagai ketua RW. Dan beberapa temannya yang mendukungnya juga  bilang kalau warga puas dengan kepemimpinannya. Tak ada salahnya dia ikut mencalonkan diri sebagai kepala desa. Pak Dudung sudah siap menjadi kepala desa lahir dan batin. Pak Dudung sudah membuat tim suksesinya dari teman-teman yang dia percaya dan pembisik yang mengatakan kalau dia punya peluang menjadi kepala desa. Rasa percaya dirinya sangat besar . Dan tanpa diduga-duga dia secara terang-terangan menjadi kepala desa, padahal pemilihan kades masih dua tahun lagi.
Pada rapat di desa, tim suksesinya  mulai mencanangkan pak Dudung sebagai calon kades selanjutnya. Semua raungan riuh dengan gumaman warga. Ada yang setuju, ada yang tidak, ada yang menganggapnya lelucon saja, ada yang anggap dia orang gila, ada  yang menganggap aji mumpung. Banyak presepsi tentang pencalonan pak Dudung. Tapi pak Dudung terlalu percaya diri sekali dia bakal menang karena dia sudah mencuri start mencalonkan menjadi kepala desa agar warga lebih mengenal dan dia bisa lakukan pendekatan pada warga.
      "Pak Dudung itu ambisi ya jadi kades."
      "Ya, gak apa hak setiap warga menjadi kades."
      "Tapi caranya itu . Kok sudah mencalonkan diri. Terlalu."
      "Ya, suka-suka dialah."
Dan warga mulai terpecah belah. Warga mulai terbagi yang pro dan yang kontra. Saat bertemu mereka selalu cekcok. Suasana desa semakin gak nyaman. Setiap hari ada saja yang diributkan. Masing- masing mengklaim dirinya yang benar yang lain salah. Mereka merasa dialah yang benar.
Tim sukses pak Dudung mulai bergerak. Spanduk, selebaran, pembagian sembako gratis dibagikan ke warga. Mulai di foto di area persawahan, di posyandu, memandu seminar di desa dan masih banyak lagi hal yang pak Dudung lakukan untuk mendongkrak dirinya. Sudah banyak uang yang keluar temasuk untuk tim suksesnya. Sejauh ini aman-aman saja dan ini memuaskan hati pak Dudung.
Sudah dua tahun mereka bekerja untuk pak Dudung. Sampai saat ini belum tampak ada yang mau mencalonkan diri. Ini membuat tambahan energi bagi pak Dudung. Waktu mulai kampanye dimulai muncul satu calon kepala desa. Pak Riki , ketua RT blok Manis yang memang sangat dicintai warganya dengan program dan hasil kerja yang baik. Tapi itu tak membuat pak Dudung takut, karena selama dua tahun dia sudah melakukan banyak cara untuk mengambil simpati warga. Sampailah pada waktu pemilihan dan melihat hasilnya. Tak dinyana hasil suara terbanyak jatuh pada pak Riki. Pak Dudung kalah telak. Tetiba pak Dudung pingsan. Kebayang hutang yang belum ia lunasi. Dan tim suksesnya semua menghilang dari kehidupan pak Dudung, lenyap bagai ditekan bumi. Tinggal pak Dudung yang merana sendirian.