Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tersangka

7 September 2022   02:59 Diperbarui: 7 September 2022   03:01 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyonya besar Nur sudah terkenal di perumahan elit "Permata" . Merasa dirinya bos besar dia selalu menghina dan mengatai siapun yang berseberangan dengan dirinya. Hampir semua penghuni perumahan ini kurang suka dengan nyonya besar Nur ini . Tapi apa mau dikata mereka gak mau berurusan dengannya. Jika berurusan dengannya bikin runyam apalagi dia selalu mengancam kalau ada yang melawannya, secara suaminya adalah petinggi negara. Siapaun selalu diam dan hanya mendengarkan saja. Yang kenapun diam walau hatinya sakit. Tapi bukan itu saja sesumbar nyonya besar Nur, dia juga suka menghina penduduk di belakang perumahan yang termasuk kategori kampung miskin. Mpok Ipeh yang jalannya pincang dan selalu berjualan camilan tradisional keliling perumahan tak luput dari hinaan nyonya besar Nur.

            "Hoy, pincang sini beli awugnya,"teriak nyonya bersar

            "Eh, kok gak datang, pincang budeg lagi ya,"teriaknya lagi. Mpok Ipeh cepat-cepat sebelum nyonya besar teriak lagi. Dan biasa sebelum membeli sibuk tawar sini tawar sana.

            "Nyonya, maaf jangan dipegangin semua makanannya nanti kotor."

            "Jangan menghina ya, tanganku selalu bersih dan dicuci dengan alkohol, emang kamu air di kampung kamu saja belum tentu bersih. Mukamu juga gak bersih ." Nyonya besar nyerocos saja dan buru-buru mpok Ipeh pergi membawa dagangannya. Dan kabur dari rumah nyonya besar.

            "Dasar pincang malah pergi kamu,"teriaknya.

Semua peristiwa ini didengar bu Broto. Dan entah bagaimana caranya bu Broto dan teman-teman yang lain yang sudah muak dengan nyonya besar mendatangi mpok Ipeh untuk melayangkan gugatan pencemaran nama baik. Tentu saja mok Ipeh tidak mau karena dia gak punya uang untuk membayar pengacara. Bu Broto dan teman-temannya menyanggupi untuk membayar pengacara terkenal agar kasusunya bisa masuk . Waktu ada layangan surat ke nyonya besar , dia tertawa keras karena merasa semua itu gak mungkin terjadi . Nyonya besar yakin dia bakal menang dan mulai meremehkannya.  Ternyata nyonya besar benar-benar dipanggil  . Dan dia buru-buru mengontak pengacaranya untuk mendampinginya. Kasusunya sudah benar-benar ditangani dengan baik, apalagi sebagai istri pejabat ini bisa jadi berita besar.  Di periksa selama 15 jam,nyonya besar syok dan pulang harus dipapah masuk mobil.

Pengacara nyonya besar mulai kasak kusuk untuk bisa menutup kasus ini karena sangat memalukan dan bisa menjadi bumerang bagi suaminya. Tapi pengacara mpok Ipeh juga bukan pengacara sembarangan yang bisa digertak. Kasus tetap dilanjutkan.

Sudah banyak saksi didatangkan untuk bersaksi atas apa yang suka dilakukan nyonya besar. Dan kali kedua datang nyonya besar pakai koyo di kepalanya karena katanya kepalanya mendaak pusing-pusing.  Nyonya besar yang tak pernah takut, kini seperti tak punya daya. Dia tertunduk . Setelah berkali-kali sidang dan semua hal memberatkan dirinya , hakim menjatuhkan hukuman enam bulan penjara untuk nyonya besar. Nyonya besar berteriak-teriak gak karuan. Dia mulai ngoceh sana sini seeprti orang gila. Pengacaranya minta untuk ditangguhkan penahanannya karena harus dipeiksa dulu apa nyonya gila atau tidak. Mau tipu-tipu, entahlah. Begitulah dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun