Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rambut Nene, Camilan Jadul yang Masih Ada

15 Desember 2021   02:53 Diperbarui: 15 Desember 2021   03:02 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu waktu melihat penjual rambut nene mangkal di jalan dan aku membelinya. Ternyata yang disebut dengan rambut nene itu ya arum manis. Arum manis itu ya jajanan jadul yang ternyata masih eksis sampai sekarang. 

Dulu jaman SD , penjual arum manis ini mangkal di depan sekolah. Bisa dibeli arum manisnya saja atau pakai semacam kue tipis dan arum manisnya ditaruh di antaranya. Dua-duanya tetap enak. 

Nah, lain lagi kalau ada pasar malam selalu ada arum manis yang sudah dibungkus dengan plastik. Bentunya lonjong . Biasanya warnanya pink. Tapi ada juga yang membuatnya banyak warna. Kalau di mall dijual dengan harga yang lebih mahal karena arum manisnya dibuat bentuk boneka kesukaaan anak-anak, seperti Hello Kitty, Mickey Mouse dan lain-lain. 

Jadi arum manis ini memang camilan yang sepanjang masa masih disukai masarakat.

Nah, sebetulnya arum manis ini asalnya dari mana ya. Ternyata juga belum ada yang bisa memastikannya. Katanya arum manis ini sudah ada sejak abad ke 15 di Italia. 

Caranya dengan menggunakan tong yang berisi lelehan gula lalu diubah menjadi serat gula dengan bantuan garpu. Kemudian menggunakan mesin itu sejak tahun 1897 dan penciptanya adalah seorang dokter gigi. 

Kemudian mesinnya mengalami banyak perkembangan seiring dengan banyak kemajuan. Nah, bagaimana di Indonesia. Arum manis ini memang pernah populer di jamannya di berbagai kota. Dan di Indonesia di beberapa daerah dikenal dengan nama rambut nene. Mungkin karena serat-serat halusnya menyerupai rambuh nenek.

Dulu masih banyak pedagang tradisional arum manis ini yang cara pembuatannya juga masih sederhana. Tapi sekarang sulit mencari pedagang tradisional . Kebanyakan sudah pakai mesin modern teruatam di mall-mall. Mungkin juga pembuatan rambut nene ini memang sulit sekali dibandingkan dengan gulali, sehingga banyak ditinggalkan.  

Katanya lagi arum manis di Indonesai awalnya di desa Kesambi Lamongan,ada lagi yang bilang berasal dari Malang. Entahlah mana yang benar.

Penjual | Sumber: Dokumen Pribadi
Penjual | Sumber: Dokumen Pribadi

Kalau dilihat bahan untuk membuat arum manis dan gulali sama yaitu dari lelehan gula sehingga ada yang menyebutkan arum manis ini gulali basah. Membuatnya rumit karena butuh keahlian mengubah lelehan gula menjadi rambut nene. Adonannya terdiri dari lelehan gula, pewarna, perasan jeruk nipis. 

Semuanya dimasak dengan api kecil sehingga berubah menjadi adonan lengket.Adoann itu sedikit dipindahkan ke adonan tepung beras atau tepung jagung yang bisa memisahkan serat-serat gula. 

Dan ini yang sulit adalah tarik ulur dari adonan sehingga akan membentuk serat yang panjang. Serat-serat ini tak menyatu karena ada tepung yang memisahkannya.

Masih ingat gak jaman dulu kalau beli rambut nene yang super murah. Bahkan bisa dituker dengan rongsokan yang ada di rumah, seperti botol kecap dan lain sebagainya, unik ya. 

Hampir setiap hari ada saja pedagang keliling kampung demi kampung untuk menjajakan rambut nene. Sekarang lebih banyak dijual saat ada pasar malam atau di mal-mall. Itupun dikemas sudah modern. Malah dengan warna yang brvariasi dengan bentuk yang unik. Yang jualan berkeliling kampung sudah jarang sekali.. 

Nah, jadi saat jalan-jalan dan melihat yang jual rambut nene terus beli. Mengenang masa kecil saat masih sering beli rambut nene ini dari penjual keliling. Kalau lagi gak punya uang , cari-cari di dapur apa saja yang bisa jadi barteran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun