Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bumi Pertiwi Menangis

23 Oktober 2020   02:18 Diperbarui: 23 Oktober 2020   02:34 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.hipwee.com

Cerita demo yang sudah kebablasan semakin marak. Sudah banyak kerusakan yang dihasilkan pendemo tapi tetap saja demo terus-terusan. Sudah diberi tahu yang benar mana yang hoax mana tapi akal sehat sudah tak mempan. Memang kenana demo? Gak boleh?  Kata siapa demo gak boleh, diatur dalam undang-undag negara ini. 

Tapi ada tapinya loh. Demo yang benar-benar membawa aspirasi murni dan benar-benar ingin tahu apa masalah yang sesungguhnya. Tapi boro-boro menerima penjelasan , boro-boro tenang . semua jadi brutal. Karena apa? 

Karena demo itu tak mewakili aspirasi. Banyak yang demo bukan dari pihak tertentu. Bahkan banyak yang gak tahu dia ikut berdemo untuk apa. Bahkan kaum intelek juga menjadi keras hati. Lalu bagaiamana ibu pertiwi ? dia hanya bisa menangisi anak-anak bangsanya yang keluar dari sifat aslinya.

Bahkan dunia medsospun menjadi ajang pertengkaran yang tak habis-habisnya. Dengan kata mencaci, memaki , menghujat. Semua tak ada etikanya. Kemana sifat bangsa ini yang katanya adi luhur? Hilangkah? Bumi pertiwi mulai diam-diam menangis. 

Semua terasa hilang . Entah kemana rasa empati, gotong royong, musyawarah dan banyak lagi yang melekat di bangsa ini. Kini semua terhapus dari bumi ini. Mungkin ada hujan yang membuat semua luntur dan mengalir terbawa arus.Arus yang sesat yang membawa mereka menjadi barbar. Siap membunuh, siap merusak, siap mencaci maki, siap bertentangan dengan hukum.tak ada rasa takut, yang penting berani.

Air mata bumi pertiwi tak akan berhenti saat anak bangsa ini saling melukai fisik, hati. Dan mereka selalu merasa dirinya benar. Demo katanya untuk menyuarakan aspirasi tapi malah rusuh. Lalu yang demo bilang kita mah tertib mana tahu ada yang rusuh. Kalau berpotensi rusuh , kenapa demo. 

Manusia itu diberi akal . Toh namanya undang-undag itu bisa lewat jalur MK. Malah lebih terhormat. Lalu kalau ada korban, semua saling menyalahkan . katanya polisi brutal, katanya pendemo brutal bawa senjata tajam, bom molotov. Gak ada habis-habisnya. Semua ada alasannya. Jadi siapa yang benar. 

Gak ada. Jadi bumi pertiwiku, menangislah. Memang kau pantas menangisi anak bangsa ini. Mereka biasa ribut . Kalau gak ribut bukan anak bangsa ini. Tak pernah dimasukan penjara membuat mereka akan ikut demo dan bikin rusuh. Ternyata anak bangsa ini sangat mudah marah, sangat mudah dipancing emosinya. Dan ini dimanfaatkan   segelintir orang untuk memanas-manasi. Dan yang memanas-manasi tinggal duduk manis menanti hasilnya. Kerusakan dimana-mana. Bahkan toko dijarah.

Fasilitas umum dibangun dengan uang rakyat dan dirusak oleh rakyat . Padahal sebagian lagi masarakat membutuhkan fasilitas ini. Gak apa-apa , kan diganti juga oleh rakyat. Begitulah cara berpikir picik. Padahal uang itu bisa membuat yang lain daripada hanya untuk memperbaiki yang sengaja dirusak.Dan bumi pertiwi semakin menangis sedih. 

Matanya mulai membengkak dan tak bisa menutup lagi. Dan suara terisak bumi mulai terdengar . dan goncangan mulai terasa. Air terus mengalir membuat banjir dimana-aman. Goncangan dari bumi semakin terasa. 

Semua berlarian ke sana ke mari. Panik. Tapi bumi pertiwi sudah tak bisa menahan lagi. Dia murka. Dan orang-orang tergeletak dimana-mana. Andai saja mereka tak seperti ini, mungkin dunia akan damai. Dan bumi pertiwi akan tersenyum tapi itu sudah terlambat. Semua hancur!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun