Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Becak, Transportasi yang Sudah Mulai Ditinggalkan

31 Oktober 2019   02:30 Diperbarui: 31 Oktober 2019   02:41 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi inget saat kecil becak adalah salah satu transportasi yang memang jadi andalan saat itu. Bahkan aku punya langganan tetap mang becak yang biasa dipanggil dengan sebutan mang kumis, karena si mamang memang punya kumis lebat.

Jadi dari jalan besar Dago untuk menuju ke rumahku cukup jauh, jadi dilanjut dengan beca. Bahkan banyak cerita lucu saat naik beca. Dari mulai terguling , mamang beca gak kuat nanjak jadi turun perlahan lagi, berdesakan di dalam beca sampai 4 orang saking mau iritnya. Kadang saat nanjak suka kasihan juga jadi suka turun dulu lalu bau dilanjut kemudian.

Apalagi kalau mamang becanya sudah berumur, jadi kasihan kalau melewati tanjakan. Dan aku jarang naik beca karena lebih baik uang buat naik beca ditabung. Jalan kaki saja.

Nah, adik bungsuku paling gak suka panas-panasan makanya dia paling sering naik beca. Nah, aku sering dibujuk untuk naik beca sepulang sekolah. Mau tahu kenapa? Biar bayarnya bisa patungan.

Makanya aku sering menghindar saat pulang sekolah biar gak barengan apalagi kalau ada barang yang mau dibeli. Artinya harus rajin menabung.

Becak di kota Jogjakarta sih masih ikon transportasi, karena masih banyak becak dipertahankan. Walau saat ini keberadaannya hanya untuk wisata saja.

Kalau kita lihat beca memiliki 3 roda, satu di belakang dan dua di bagian depan.Dan hanya bisa dinaiki dua orang atau tiga kalau anak-anak. Padahal sih pernah naik beca sampai 4 orang dan itu yang bikin beca terjungkal.

Ada lagi yang suka naik beca berempat, dua di jok becak dan dua lagi di bawah sehingga kakinya menjuntai. Sebetulnya berbahaya ya, kebanyakan pelajar , mungkin biar irit. Kalau beca di kota Jogja sih asyik karena menjadi bagian dari pariwisata. Wisatawan-wisatawan baik dalam negeri atau mancanegara suka sekali naik beca keliling kota.

Awalnya becak itu ada di Indonesia awal perang dunia yang kedua. Termasuk masuk ke kota Jogja. Dan ada yang mengatakan kalau becak masuk Jogja lewat Semarang.

Becak-becak mengalami kejayaaan di masa lalu sampai sekitar tahun 1990. Ada becak milik sendiri, ada yang menyewakan becak. Semakin hari seamkin jarang digunakan karena lamban berdasarkan ayuhan kaki sedang mobilitas masarakat cenderung cepat.

Sumber gambar :dok pribadi
Sumber gambar :dok pribadi
Tapi di kota Jogja keberadaan becak masih marak. Banyak wisatwan yang menggunakan becak ini. Apalagi becak ini juga sudah bekerja sama dengan beberapa rumah makan dan toko kaos dan batik. Jadi tukang becak ini bisa membawa wisatawan ke area wisata tertentu dan mengantarkan ke tempat oleh-oleh, batik, kaos bahkan kuliner kahs Jogja. Jadi kadang sudah satu paket.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun