Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Gudeg Wijilan

21 Agustus 2019   02:33 Diperbarui: 21 Agustus 2019   02:41 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : dok pribadi

Nah, kalau kuliner gudeg memang sudah banyak orang yang tahu. Kalau aku sih sudah familiar banget karena ayahku dari Jogja. Jadi kalau ke rumah nenek pasti dimasakin gudeg. Dan aku lebih suka gudeg yang kering. Cuma kalau yang gak terbiasa dengan rasa manis katanya gudeg bikin eneg. 

Memang sih beberapa penjual ada yang menjual gudeg dengan rasa manis banget. Memang begitu , tapi sekarang sudah banyak yang menyesuaikan dengan lidah bukan orang  Jogja sehingga tak terlalu manis lagi.

Sumber gambar : dok pribadi
Sumber gambar : dok pribadi
Kuliner gudeg ini sudah ada sejak jaman dulu sekiatr tahun 1500an. Pada saat pembangunan kerajaan Mataram di Alas Mentoak, di sana banyak tumbuh pohon nangka. Banyaknya buah nangka yang berbuah membuat masarakat sana berpikir bagaimana mengolah buah nangka ini. Terutama jenis nangka muda /gori yang sering gak terpakai. 

Akhirnya nangka muda itu direbus sampai empuk. Dan diberi bumbu seperti bawang merah, bawang putih , ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam , santan dan gula aren atau gula jawa. Karena menggunakan gula aren sehingga warnanya coklat. 

Memang masakan ini dibuat untuk masarakat biasa. Waktu itu untuk pekerja-pekerja. Karena jumalah pekerja banyak sehingga harus merebus dalam jumlah banyak juga makanya saat mengaduk menggunakan alat pengaduk yang mirip dengan dayung perahu. Dan di Jogja teknik mengaduk ini dikenal dengan hangudeg atau hangudeg. Jadilah nama makanannya gudeg. 

Tahun 1600an makanan gudeg ini menjadi populer sehingga suka dihidangkan untuk tamu kerajaan. Jenis gudeg sendiri ada gudeg basah dan gudeg kering. Awalnya sih yang dikenal adalah gudeg basah. Malah sekarang ada gudeg yang sudah dikalengkan.

Sumber gambar : dok pribadi
Sumber gambar : dok pribadi
Nah, di kota Jogja ini ada kampung wisata gudeg yang sudah populer, ada di  daerah Wijilan.Memang kampung ini dibangun pemerintah untuk melestarikan kuliner gudeg ini.  Kampung Wijilan ini terletak di selatan Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan. Dan sebelah timur dari alun-alun uatara. Awalnya di Wijilan ini hanya satu yang menjual yaitu bu Slamet. 

Bu Slamet mengawali berjualan gudeg di sana awal tahun 1942. Bermula dari kampung ini akhirnya bermunculan orang yang berjualan gudeg, seperti warung Yu Djum, gudeg Permata dan gudeg-gudeg yang lainnya. 

Sekarang ini ada gudeg yang rasanya pedas bukan manis. Tapi penampakan luarnaya saja sama , seperti ada opor ayam, krecek, telur pindang. Memang gudeg Wijilan ini rasanya khas dan termasuk jenis gudeg kering.  Di sini banyak dijual gudeg kering dan bisa dibawa untuk oleh-oleh. Dan tempatnya bisa pilih. Bisa dari besek , daun , atau kendi yang sudah dibakar.

Sumber gambar : dok pribadi
Sumber gambar : dok pribadi
Dan kebetulan datang ke Wijilan diantar pengendara becak motor yang membantu kami berkeliling kota Jogja. Sepanjang jalan jualan gudeg. Awalnya sempat bingung mau pilih yang mana. Memang sih direkomendasikan gudeg Yu Djum tapi  katanya gudegnya terlalu manis. Akhirnya jatuh ke warung bu Widodo. Pesan nasi gudeg dan es teh manis. 

Karena sudah terlalu lama tak datang ke sini,makanya rasanya  enak banget. Dan membawa gudeg untuk dibawa pulang untuk oleh-oleh. Oh ya saat di warung Widodo juga ada pengamen yang main gitar dan nyanyi dan suaranya merdu. Nikmatnya makan gudeg  sambil ditemani lagu-lagu lama .. Sehingga mengenang kenangan lama sambil menikmati gudeg di Wijilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun