Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kenali 3 Jenis Kain Tradisional Suku Sasak Lombok

29 Juni 2016   02:43 Diperbarui: 29 Juni 2016   14:17 3483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau ke Lombok jangan lupa mampir ke Desa Sukarara, kecamatan Jonggat Lombok Tengah. Desa ini terkenal sebagai desa penenun. Wanitanya bekerja sebagai penenun. Akan tampak banyak wanita yang sedang menenun di teras rumahnya. Tenun lombok ini terdiri dari tenun ikat dan tenun songket. Terutama yang sangat dikenal masyarakat adalah tenun rangrang. Motif dengan bercirikan motif geometeris segitiga dan belah ketupat dengan banyak warna dalam satu kain. Pewarna yang dipakai pewarna alami seperti dari biji-bijian, kulit kayu, umbi, bunga, buah, akar dan daun tanaman. Ada motif subahnale, motif geometris segiempat dengan isian bunga. Motif ini diangap sangat indah. Ada juga kain yang dibuat karena mitos seperti motif tokek yang dianggap sebagai keberuntungan pemiliknya/pemakainya.

dikumen pribadi
dikumen pribadi
Selain aktivitas sehari-hari wanita adalah menenun, wanita Suku Sasak harus pandai menenun karena sebagai syarat untuk menikah kelak. Harus bisa membuat tiga kain buat syarat menikah kelak. Satu untuk diri sendiri, satu untuk suami dan satu lagi untuk mertua perempuan. Menenun sudah menjadi tradisi Suku Sasak. Dan sekarang sudah dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kain-kain yang dibuat wanita suku Sasak ini sudah banyak yang dijual pada wisatawan . Biasanya wanita-wanita ini menjual pada koperasi dan koperasi yang menjualnya kembali. Tapi kebanyakan jarang diproduksi massal untuk dijual tapi hanya kalau ada wisatawan saja yang datang. Mungkin dibutuhkan satu jalan untuk membantu masyarakat Suku Sasak ini memasarkan kain-kain tenunnya.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Teknik membuat kain tradisional ada empat macam, yaitu:
  • Kain tenun pelekat. Adalah kain sarung tenun dan mempunyai motif loreng /bertapak catur. Cara membuatnya dengan mencelup benang lungsin yang disusun secara sejajar dan benang pakan yang disematkan melintang ke benang lungsin, ke dalam warna sehingga membuat corak rias yang memberikan warna beraneka warna dengan bentuk kotak-kotak besar dan kecil. Dan di Suku Sasak dikenal dengan beberut.
  • Kain tenun songket adalah kain yang punya hiasan timbul yang terbuat dari benang katun, benang emas atau benang perak.
  • Kain tenun sulam adalah teknik menjahitkan benang berwarna di permukaan kain berdasarkan pola dan corak tertentu.
  • Kain tenun ikat. Dalam pembentukan motif dilakukan dengan cara mengikat bagian tertentu pada benang sehingga bagian tersebut tak terkena warna saat benang dicelup dalam zat warna. Diikat sedemikian rupa sehingga akan membentuk bentukan dan keharmonisan warna sesuai motif yang ditentukan sebelumnya.

Selain itu motif pada tenun Lombok beragam. Ragamnya dipengaruhi oleh budaya yang telah mempengaruhi Suku Sasak. Saat masa Hindu motif tumpal/pucuk rebung yang punya bentuk segitiga mirip dengan deretan gunung. Motif ini melambangkan Dewi Sri. Saat Islam masuk, motif kain pun lebih dominan tumbuh-tumbuhan, seperti suluran, pucuk rebung, pohon hayat, bunga-bunga dan bunga bersusut delapan seperti bintang. Sedang motif geometris hanya ada pada kain pelekat. Motif hewan yang ada pada masa Hindu tergantikan dengan motif kaligrafi Huruf Arab kecuali motif burung. Tapi yang perlu diingat kain Lombok ini mempunyai tekstur tebal, tidak mudah kusut dan tak mudah luntur.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Memintal kain membutuhkan banyak waktu. Pemintal akan duduk selonjor dengan kedua kaki memanjang ke depan. Bagian panggulnya ditahan oleh palang kayu. Alat tenunnya diletakan di pangkuannya. Bisa dibayangkan penenun akan duduk sepanjang hari hanya isitirahat untuk makan siang. Tangan mereka begitu terampil memintal benang menjadi motif tertentu. 

Dan kain tenun bagi Suku Sasak itu sangat berhubungan dengan banyak aspek dalam budaya mereka. Seperti saat lahir akan dibuatkan tenun umbaq, kain yang mempunyai motif garis-garis dengan rumbai yang diikat dengan uang kepeng lubang sebagai simbol kasih sayang. Warga yang masih mempertahankan adat, misalnya perempuan di desa, mereka akan memakai kain dalam kehidupan sehari-harinya. Boleh dilihat di sana, perempuan berjalan dengan kain tradisional mereka. Saat mengunjungi Desa Sukarara biasanya diperkenankan untuk mencoba memakai pakaian adat Suku Sasak denga cara melilitkan kain dan ditambah dengan keris.

Kehidupan Suku Sasak yang sudah mulai terlihat oleh dunia luar setelah desa mereka banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan. Untuk dapat melihat cara pembuatan kain dan membelinya, kita memang diharuskan untuk membayar sejumlah uang yang terbilang mahal. Hal tersebut memang wajar bila mengingat cara membuatnya yang begitu rumit dan melelahkan. Dalam satu hari memintal benang hanya bisa mendapatkan 8-10 cm saja. Satu kain bisa selesai dalam jangka waktu 2-3 bulan. Jangan lupa bekunjung ke desa penenun ini untuk melihat keindahan kain-kain yang terpajang di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun