No 11 Hastira
Terdengar suara Prita penyiar dari radio Kansas , radio anak muda di Jogja. Suara renyah Prita terdengar di kamarnya. Lagu Love Storynya Taylor Swift mengalun lembut. Fahmi menyibak tirai jendela. Suasana sore hari ini cerah. Ingatan Fahmi saat setahun lalu Putri menceritakan kalau orang tuanya menanyakan keseriusan dirinya pada Putri. Bukan Fahmi tak serius atau hanya main-main dengan Putri tapi Fahmi masih berharapbisa mempersiapkan lebih baik lagi untuk kehidupannya kelak saat sesudah pernikahan. Apalagi jaman sekarang semua barang tak bisa diprediksi dengan bahan bakar yang harganya turun dan naik. Seperti jet coaster, hargapun mengikuti harga BBM.
“Gimana mas . Papaku mengharapkan mas cepat melamarku, “ tukas Putri. Fahmi menatap jendela matanya. Fahmi tahu Putri jujur akan kata-katanya barusan. Bukan karena memang dia kebelet menikah dengan Fahmi
“Tapi aku masih harus mempersiapkan rumah untuk kita berdua. Masa kita nanti numpang di ruamh mertua indah sih?”tukas Fahmi mengeluh. Putri mengelus-elus punggung Fahmi , bermaksud menyabarkannya. Fahmi sedikit marah. Kenapa papanya begitu mendesak Fahmi cepat-cepat menikahinya. Tapi dengan alasan yang begitu kuat akhirnya papanya Putri menerimanya walau Fahmi tahu dia tak ikhlas.
Masih terdengar suara Prita . Fahmi sedikit tersentak. Fahmi terbangun dari lamunannya. Persitiwa itu sudah satu tahun lalu. Entah mengapa, mungkin papanya Putri sakit hati dengan Fahmi atau apalah , Fahmi sendiri tak tahu. Saat seminggu yang lalu Fahmi datang padanya untuk melamar Putri,Fahmi terkejut dengan jawabannya. Papanya menyetujui menikahi anaknya tapi dengan satu syarat. Syarat yang menurut Fahmi tak masuk akal.
“Apa-apan sih papamu Putri, gak masuk akal banget,” tukas Fahmi kesal.
“Duh mas Fahmi, turuti saja, aku gak mau kehilangan dirimu . Ya mas,” tukasnya membujuk. Fahmi melenguh keras . Permintaan yang sungguh aneh. Mungkin tak ada orang tua yang membuat permintaan seaneh permintaaan papanya Putri. Fahmi ingat suara berat papanya Putri menyuruh untuk narik beca dan selama sehari harus bisa mendapatkan 1000 penumpang.. Bayangkan menarik satu orang saja Fahmi belum tentu kuat, apalagi seribu orang dalam waktu sehari.
“Sepertinya papamu memang gak ingin menjadikanku mantunya deh,” keluh Fahmi lagi. Tapi Putri terus membujuk untuk mengabulkan permintaan papanya. Terdengar suara azan di mesjid, waktunya solat dan mencari pencerahan di sana.
Akhirnya Fahmi menyetujui pemintaan papanya Putri. Ternyata semua sudah dipersiapkan dengan baik. Peraturannya ditulis di sehelai kertas putih, begitu juga dengan becaknya. Fahmi harus mulai dari jam 8 pagi sampaijam 4 sore . Selama itu harus ada seribu penumpang yang naik di becak.
“Aku rasa tukang becak aslipun gak mungkin bisa Put,”tukas Fahmi. Putri terdiam . Tapi sejenak kemudian dia tersenyum.
“Kamu gak usah mencari penumpang. Biar aku yang mencari penumpangnya. Aku akan ajak teman-temanku . Mereka juga aku suruh mengajak teman-temannya.” Putri tersenyum lebar. Fahmi memeluknya erat-erat. Sungguh Fahmi harus berusaha agar Fahmi tak kehilangan Putri..
Pagi itu Fahmi sudah siap dengan becak dan banyakbotol air mineral disimpan di kotak di becak. Sedikit berdebar saat papanya Putri berdiri di depan becaknya dengan bendera merah. Di becak sudah ada dua penumpang. Saat bendera merah diangkat Fahmi mulai mengayuh becaknya. Sungguh berat mengayuh becak dengan dua penumpang di atasnya. Baru keluar perumahan peluh Fahmi sudah mengalir deras. Dari arah belakang ada orang kepercayaan papanya Putri yang akan menghitung jumlah penumpang yangFahmi tarik . Tampak dari kejauhan Putri melambaikan tangan.
“Sudah berapa mas ?” tanya Putri saat Fahmi istirahat di tepi jalan pas waktu makan siang. Putri menyusulku. Saat itu sudah tengah hari.
“Baru limapuluh ,”keluh Fahmi. Rasanya Fahmi tak sanggup lagi untuk mengayuh becak lagi. Tubuhnya rasanya rontok.Putri mengelap peluh Fahmi perlahan . Tangannya begitu halus mengelus dahinya. Ah, Fahmi tak mau kehilangan dirinya, tapi apa sanggup melewati tantangan ini. Akhirnya Fahmi meneruskan tantangan ini. Entah mengapa, tepat Fahmi berada di depantugu Jogjakarta , Fahmi melihat papanya Putri sudah ada di sana.Beliau menyuruhku berhenti.
“Sudah dapat berapa?”
“Enampuluh,”tukas Fahmi lemah. Beliau manggut-manggut . Dan tiba-tiba dia merangkul Fahmi erat-erat.
“Aku salut dengan perjuanganmu untuk mendapatkan anakku. Dan kamu diterima jadi mantuku.” Fahmi memandangnya tak percaya.Tak sadar Fahmi peluk beliau dengan sekuat tenaga.
“Aduh,hati-hati Fahmi, aku gak bisa nafas nih.” Fahmi melepaskan pelukannya .Fahmi berteriak sekeras mungkin.
“Puti sekarang kau miliku. Tunggu aku ya,”teriaknya lantang. Fahmi meloncat setinggi mungkin. Fahmi tersenyum lebar. Fahmi membayangkan pernikahannya kelak dengan Putri.akhirnya akan terwujud....Hore!!!!!!
Untuk membaca karya peserta yang lain silahkan menuju akun Fiksiana Comunity di sini
Silahkan bergabung di grup FB Fiksiana Community di sini
Sumber gambar : http://liriklaguanak.com/category/lagu-aktivitas/page/32/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H