Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Fiksi Fantasi) Mutiara dari Timur

16 September 2014   11:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

53 Hastira

Menjelang pagi di pantai Kuta , aku mulai menyusuri pantainya, masih pagi, belum banyak orang datang ke pantai sekedar jalan-jalan atau menikmati suasana pagi di bibir pantai. Sebetulnya aku sudahlelah setelah sepanjang malam aku tak tidur karena harus datang di rapat komunitas remaja sihir “Alkali” di kota Ende. Satu yang membuatku tak dapat memejamkan diri saat aku melihat gadis hitam manis yang selalu menampakan senyumnya dan lesung pipitnya membuatnya bertambah manis. Baru pertama kali aku melihatnya datang di rapat rutin bulanan.

“Baru ke mari ya?”tanyaku, iseng kutanyakan padanya, tampak lesung pipit di pipinya membuat lekukan indah. Masih kutatap bola matanya yang sedari tadi berbinar terang.

“Iya, Namira, dari Ambon,” sapanya.

“Ambon manise. Wayan,” tukasku cepat, tiba-tiba Daniel menyambar tangan Namira dan memperkenalkan dirinya dan tampak sekali Daniel mulai memasang perangkapnya agar semua perempuan takluk padanya. Aku sendiri sebal melihat tampangnya yang merasa dirinya sok tampan, walau aku harus jujur memang Daniel diberi kelebihan wajah yang tampan. Kini aku merasakan mual di perutku dan diam-diam aku beranjak dari sana saat keduanya tampak begitu akrab berbicara. Saat rapat dimulai, aku masih melihat Daniel duduk di sebelah Namira, ada rasa cemburu dan sakit sekali menghantam dadaku. Mungkin bisa saja aku menggunakan sihir yang aku miliki tapi peraturan di komunitas remaja sihir tidak boleh menggunakan sihir untuk keperluan yang merugikan orang lain.Sedari tadipun aku tak mampu mendengarkan program yang akan dilaksanakan oleh komunitas remaja sihir bulan depan. Bayang-bayang Namira selalu mampir dibenakku sampai pagi menjelang. Angin pantai menerpa rambutku yang terbang tertiup angin . Senyumnya masih tampak terbayang dalam alam bawah sadarku. Aku harus memilikinya.

Salah satu komunitas remaja black magic saingan dari Alkali ternyata membuat rencana yang hampir sama dengan Alkali sehingga Pahing ketua Alkali memutuskan untuk memanggil seluruh anggota Alkali untuk kembali rapat untuk memikirkan strategi apa agar acara tidak diganggu oleh kelompok black magic. Aku senang sekali karena berkesempatan bertemu kembali dengan Namira . Entah mengapa perasaan berdebar yang menguasaiku saat aku memasuki ruangan dan benar Namira sudah duduk di sudut kiri dan aku segera duduk di sisinya.

“Hai,” sapaku.

“Hai,” tukas Namira. Tanpa aku sadari Daniel sedang menatapku tajam , tapi aku pura-pura tak melihat tatapan tajam Daniel padaku, karena aku bebas menentukan dengan siapa aku duduk. Pahing menceritakan kalau semalam gudang penyimpanan barang-barang Alkali di jebol oleh black magic dan banyak sekali yang rusak dan raib . Pahing menyuruh aggota Alkali untuk tetap tenang tidak terpancing hasutan dari black magic agar acara pentas seni bulan depan bisa berlangsung.Pentas seni antarremaja sihir di wilayah Bali, Nusatenggra barat dan timur diadakan dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar remaja sihir tapi kelompok black magic selalu menghalang-halanginya karena mereka punya prisnip bahwa merekalah yang terkuat dan tidak ada lagi yang boleh menyainginya.

“Rapatkan barisan untuk bersiap-siap kalau nanti black magis akanmenyerang kita,” tukas Pahing dan mulai menatap mata satu persatu peserta Alkali.

“Wayan, aku serahkan tanggung jawab untuk mempertahankan agar black magic tidak bisa masuk ke dalam markas Alkali.Aku mengangguk setuju. Kesempatan rapat ini aku pakai untuk mendekati Namira. Namira memang gadis yang mengagumkan , banyak hal yang kukagumi darinya setelah banyak kutahu tentang dirinya dari ceritanya . Dari beberapa kali pertemuan mulai kedekatanku dengan Namira terjalin dan bunga-bunga cinta mulai kurasakan begitu hangat menembus relung hatiku, tanpa kusadari cinta membuatku lengah. Black magic suatu malam menyerbu markas Alkali dan semua luluh lantah tak bersisa, semua properti untuk pentas seni hancur lebur. .

Pahing begitu marah besar terhadapku karena black magic dapat menghancurkan markas tanpa sedikitpun perlawanan. Aku tertunduk, menyesal mengapa aku begitu teledor sampai markas bisa dihancurkan tanpa perlawanan dan lebih malu lagi saat malam kejadian itu aku sedang bersama Namira. Untuk menebus keasalahan aku, aku berniat untuk membalas dendam pada black magic dan aku mengumpulkan kelompok alkali untuk membuat strategi untuk mengepung kelompok black magic. Rapat rahasia dan tertutup dilakukan malam hari, agar tidak terdeteksi , aku memberikan mantera penyelimut sehingga tempat petenuan kami tak terdeteksi. Aku sedikit aneh melihat Daniel beberapa kali melakukan putaran tongkat sihirnya ke udara, dan mulutnya sedikit tampak berkomat-kamitt.

“Niel, apa yang kau lakukan dengan tongkatmu?” tanyaku.

“Enggak kok, hanya ingin menambah kekuatan dari sihirmu agar tempat ini tak terdeteksi,”tukasnay cepat sambil memalingkan wajahnya. Aku sama sekali tak begitu saja mempercayainya, aku menyuruh Doni untuk mendekati Daniel dan mengorek sesuatu dari dirinya, mungkin ada yang disembunyikan oleh Daniel. Menurut kabar black magic lebih suka berkeliaran di Bali dibanding di Nusatenggara barat dan timur dan menurut informasi juga kalau markasnya sudah dipindahkan dari kota Ende ke Denpasar. Semua strategi sudah aku paparkan pada Alkali.

“Hati-hati Wayan. Black magic tak akan takut untuk menggunakan sihirnya untuk membunuhmu,” Namira tampak takut .

“Aku akan hati-hati Nam,” tukasku dan memeluknya erat, tampak bulir air matanya mengalir perlahan , membuat bulir air mata itu memantulkan sinar kecil yang bercahaya. Aku menatap bola mata dengan binar matanya yang cemerlang.

Malam itu, waktunya penyergapan ke markas black magic di pusat kota, aku harus sedemikian hati-hati agar tidak membuat perhatian yang berlebihan dari masarakat sekitar markas. Aku mulai memutar tongkat sihirku dan tampaklah markas black magic terletak di tengah-tengah pemukiman. Sungguh sulit untuk masuk ke sana karena letaknya diantara rumah penduduk padat. Kembali ada pendar yang keluar dari putaran tongkat sihir dan tampak beberapa penjaga berdiri di atas atap markas black magic. Aku mulai memberi aba-aba dan putaran tongkat sihir begitu keras berputar dan aku sudah mulai terbang dan menghantam salah satu anggota black magic. Tapi aku dikagetkan ternyata anggota magic black sudah mengetahui kedatangan Alkali, dan saat kami sudah mulai menyergap dan tiba-tiba ada angin puting beliung menghantam keras dan berputa-putar terus. Aku mengangkat tongkat sihirku tapi kekuatan angin puting beliung itu membuat tanganku tak mampu bergerak. Saat angin mulai berhenti, banyak teman-temanku berjatuhan di atas tanah. Mereka kesakitan dan mulai mengerang. Amarahku mulai memuncak dan tongkat sihirku kuputar keras dan aku berubah menjadi debu yang bergulung menuju markas, dan aku sudah berhadapan dengan Dewa ketua dari black magic. Pertempuran yang sengit terjadi, sinar warna-warni keluar dari tongkat sihir yang mempunyai kekuatan mematikan . Aku mulai merasakan darahku mengalir dari dadaku yang terkena hantaman sihir dari Dewa.Aku mulai melemas dan saat aku melihat sinar merah yang terang keluar dari tongkat sihir Dewa, secara tiba-tiba aku melihat bayangan yang menghalangi sinar merah itu dan tiba-tiba terjatuh. Bruuuuk!!!! Aku melihat tubuh tergeletak dan tak lama kemudian aku berteriaksekeras mungkin.

“Namiraaaaaa!!!!!!!” aku mengangkat tubuhnya.

“Mengapa kau lakukan ini Nam?” tanyaku, aku melihat tubuhnya hancur oleh sinar merah yang mematikan. . Darah mengalirr dari tubuhnya.

“Aku ingin memberitahumu kalau Daniellah yang membongkar rahasia penyergapan ini, sehingga mereka sudah tahu kalau Alkali mau menyergap,” Namira terbata-bata, dan semakin lemah dan matanya menutup perlahan. Aku tak ambil peduli lagi dengan darah yang sudah banyak keluar dari tubuhku , dengan sisa kekuatan aku memutar tongakt sihirku dan mulai menyerang Dewa yang sedang lengah dan hancur seketika dengan kepala yang terputus. Aku mencari Daniel , tetapi menurut temanku dia melarikan diri entah kemana.

Siang itu aku terpekur di makam Namira, hanya kesedihan yang menyelimuti hatiku.Mutiara dari timur telah pergi meninggalkan cinta yangtumbuh perlahan di hatiku. Cinta yang tak abadi dan aku tak akan pernah melupakan cintamu, Namira, akan kusimpan terus dalam hatiku , selamanya

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

Silahkan bergabung di grup FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun