Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Nature

Waspada Krisis Pangan Indonesia

2 Oktober 2010   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:47 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_276407" align="aligncenter" width="264" caption="SBY dan Ibu Ani Panen Padi_dok.asrul"][/caption]

Perubahan iklim, sebuah isu yang tidak terbantahkan, itu fakta. Oleh karena itu, Indonesia harus menata kawasan hutan dan kawasan budidaya. Indonesia mempunyai keunggulan komparatif terhadap Negara-negara lain, seperti sinar matahari sepanjang hari (trofis). Tapi ironinya, kta saksikan, petani kita rata-rata memiliki lahan sekitar 0,3 Ha paling tidak (idealnya 2-3 Ha). Sementara Indonesia, sepanjang mata memandang banyak sekali lahan tidur, terhampar, terlantar (lahan inden). Coba bandingkan, Korsel, Beijing China, sepanjang mata memandang, penuh dengan tanaman, Vietnam juga demikian, malah pertanian mereka sudah menerapkan pertanian organik

Dalam hal isu pemanasan global, citra Indonesia di dunia internasional sangat menonjol. Indonesia adalah Negara berkembang pertama yang menyetujui pengurangan emisi gas carbon sebesar 26% dalam 5 tahun ke depan angka yang sangat fantastis jika dibandingkan kesanggupan negara lain yang rata-rata dibawah 5%.

Namun para pengusaha menilai, citra baik Indonesia dalam isu pemanasan global ini justru bisa menghancurkan daya saing ekonomi. Beberapa kerjasama Indonesia dengan Negara maju dibidang perubahan iklim justru mengancam pengusaha Indonesia karena dituding merusak lingkungan.

Malaysia pesaing terdekat hal industry kayu, minyak kelapa sawit, kertas. Akan semakin dominan di Asia Tenggara, belum termasuk Brazil dan Mexico yang pasti akan segera merebut pasar kertas dan kayunya dari tangan Indonesia. Lebih parah lagi dengan tekanan isu lingkungan. Indonesia bisa gagal menjaga ketahanan pangan. Rencana pencetakan sawah baru secara besar-besaran di luar jawa, terancam batal karena dianggap merusak lingkungan, padahal Indonesia sedang dihadang krisis pangan besar-besaran.

[caption id="attachment_276414" align="aligncenter" width="224" caption="Jagung_dok.asrul"][/caption]

Menurut ahli pangan, tahun 2011, Indonesia akan mengalami masa terberat dalam pasokan pangan karena persediaan (stock) pangan dunia menipis. Indonesia malah rencana mengimpor beras. Indonesia sendiri belum berhasil swa sembada pangan. Walhasil situasitonik mengahadang Indonesia. Haruskah demi citra internasional, maka Indonesia menghancurkan daya saing sendiri dn bahkan menggadaikan ketahanan pangan nasional.

[caption id="attachment_276417" align="aligncenter" width="259" caption="Tempe Indonesia_dok.asrul"][/caption]

Data yang dirilis BPS, Indonesia akan surplus 5,6 juta ton. Nampak Indonesia dalam kesiapan pangan tahun 2010 ini, tidak perlu terlalu khawatir. Namun untuk tahun 2011 belum diketahui, tergantung cuaca dan penambahan sawah baru. Untuk iklim ada gejala kurang baik, iklim lamina terjadi sekarang, jangan sampai nanti elnino. Perubahan iklim ini yang mengancam Indonesia disamping konversi lahan.

Kehilangan lahan produktif terjadi sekitar27.000 Ha, dalam pembangunan jalan tol saja di pulau Jawa, kehilangan lahan pertanian (sawah) produktif sebesar 5.000 Ha. (kiri kanan jalan tol hilang), ini perlu dikonversi ke lahan baru disamping penambahan pencetakan sawah baru di luar Jawa.

Pengurangan lahan akibat penambahan pemukiman (real estate), pembangunan jalan, kawasan industry, dll. Itu harus dibarengi dengan kemungkinan untuk membuka lahan pertanian yang berasal dari lahan hutan yang sudah gundul sekitar 40 juta Ha bisa dimanfaatkan untuk cetak sawah baru. Masih ada tersisa “hutan perawan” Indonesia sekitar 45 juta Ha, ini harus terjaga dan jangan diganggu, sebagai paru-paru Indonesia dan dunia. Sekitar130 juta kawasan hutan di Indonesia, sebelum pengurangan hutan gundul dan bagus tersebut.

[caption id="attachment_276416" align="aligncenter" width="206" caption="Kembangkan Beras Organik_Produk Kencana_dok.asrul"][/caption]

Hal pangan (beras) ini harus ekstra hati-hati dalam menangani, pemerintah tidak bolehserampangan. Semua kepala pemerintahan (presiden) khususnya di Indonesia “jatuh” atau dijatuhkan karena hal pangan, sebut misalnya Pak Harto. Beras itu masalah politik. Untuk mengamankan stok pangan Indonesia, minimal harus kerja bareng (sinergi) antara lain; Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, BPN,serta Kadin Indonesia.

Perluasan areal sawah sangat memungkinkan di Indonesia, selain lahan kehutanan yang disebut diatas, juga salah satu alternative adalah lahan perkebunan BUMN yang tidak terpakai, sebut misalnya lahan pabrik gula yang tidur (contoh; untuk di Sulawesi Selatan, tiga pabrik gula semua mempunyai lahan tidur). Disamping penambahan lahan tersebut, tidak kalah pentingnya adalah intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Bagaimana menciptakan benih-benih unggul pertanian (pola produksi berlipat ganda) serta bekali petani dengan SDM yang mumpuni, juga bekali para penyuluh pertanian, jangan sampai petani lebih pintar dari pada penyuluh.

Demi ketahanan pangan Indonesia, bagi saya sebuah harga mati bahwa kita harus kelola, manage, atau tata lahan tidur kita, sehingga petani memiliki lahan yang cukup setidaknya 2-3 Ha per kepala keluarga. Sementara kawasan hutan tetap lestari.

asrulhoeseinbrother

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun