Secara mengejutkan memang, Anggito Abimanyu (AA) mengundurkan diri dari Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Ternyata cerita belum berakhir di kementerian keuangan, masih ada airmata, masih ada ucapan selamat datang dan selamat jalan. AA sudah mantap kembali mengajar di almamaternya, kembali ke tempat yang membesarkan beliau, yaitu Universitas Gajah Mada, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Kampus Hijau Bulak Sumur, Daerah Istimewa Yogyakarta. Begitu pula Sri Mulyani Indrawati (SMI) akan meninggalkan (menkeu) Indonesia menuju ke tempat tugas barunya di Word Bank di AS (mulai bertugas per 1 Juni 2010).
AA dan SMI sama-sama mundur dari kementerian keuangan namun masalahnya “motivasi” berbeda. Mantan Menteri Keuangan SMI minta mundur sangat jelas itu akibat Kasus Bank Century (SMI sebenarnya jauh lebih suka jadi Menkeu dibanding menjabat sebagai salah satu direktur Bank Dunia yang berkedudukan di Amerika Serikat) dan bagaimana dengan AA mundur selaku Kepala Badan Kebijakan Fiskal Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu ? Itu lain masalah, mundur karena lebih sebagai mempertahankan “harga diri” sebagai seorang professional yang tentu beragama. Keputusan mundurnya AA itu adalah tepat dan salut, ya pantaslah itu sebagai pembelajaran kepada semua orang, termasuk para birokrat lainnya yang hanya mengejar jabatan, terkhusus pembelajaran kepada Pak Yudhoyono selaku presiden RI ke-6. Ternyata masih ada orang (seperti AA) yang tidak larut “nunut” atas keputusan yang apa adanya, mungkin tidak melihat dari beberapa sudut pandang (etika dan professional itu perlu) Namun ada persamaan mundurnya AA dan SMI, ya mungkin karena perkawinan politik….tapi entahlah ?! Baca juga berita di klik di sini. dan di sini ... Itu urusan lain lagi, itulah politik. Bagi AA keputusannya sudah bulat (bukan lonjong lagi..hahahahaha) dan tidak ada arti saran dari atasan atau koleganya mungkin termasuk keluarganya, eh hampir lupa… AA juga tidak mendengar saran dan nasihat Menko Ekuin Hatta Radjasa yang melarangnya mundur, memang keputusan itu Pak AA betul adanya, kalau mengenai harga diri “matipun” tidak jadi soal apalagi kalau cuma materi (termasuk pangkat dan jabatan tidak ada apa-apanya).
Presiden Yudhoyono, sepertinya membuat keputusan yang sangat kontraversi (atau itukah hakekat politik), kontraversi dan mengejutkan mungkin terkhusus kepada AA yang telah diputuskan bulan pebruari 2010 yang lalu, sebagai wakil menteri keuangan (namun waktu itu belum dilantik karena masalah kepangkatan AA yang belum terpenuhi untuk jabatan wakil menkeu), jadi pelantikan AA tertunda, setelah semua persyaratan menjadi wakil menkeu terpenuhi, termasuk AA sudah menandatangani fakta integritas, dll. tepatnya di bulan maret tapi terpenuhi, AA belum dilantik pula. menurut AA alasan tertundanya pelantikan tidak jelas. Namun ternyatabeberapa bulan kemudian tepatnya 19 Mei 2010 di Cikeas, Presiden Yudhoyono mengumumkan pengganti SMI selaku Menteri Keuangan dijabat oleh Agus Martowardojo (AM) mantan Dirut Bank Mandiri dan Wakil Menkeu Anny Ratnawati (AR), Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, lagi-lagi bukan AA tapi AR. Besoknya tgl 20 Mei 2010 AM dan AR dilantik dan dilanjutkan sestijab menkeu.
Perlakuan santun dan etis (etika politik dan profesionalisme), kini telah diuji (jangan cuma wacana) dan realita telah diperhadapkan pada Presiden Yudhoyono dan Anggito Abimanyu (hanya mereka berdua yang bisa menjawabnya, namun bagi masyarakat akan melihat fakta dan data yang ada). Mengherankan memang, kenapa Pak Yudhoyono sebelumnya (rentang waktu maret s/d mei 2010) tidak memanggil secara pribadi AA bahwa ada perubahan yang begitu mendasar sampai diadakan perubahan dari AA ke AR. Seandainya demikian, mungkin AA bisa faham dan mengerti, AA tidak sekecewa sekarang (maaf Pak AA, saya pakai kata kecewa, berita tentang ini klik di sini, walau Pak AA merasa tidak kecewa akan keputusan ini, tp public mungkin mengartikan lain), apakah karena “diam”nya SBY pada AA berarti santun dan etis ???? Kelihatannya tidak karena AA maraca tercabik-cabik harga dirinya, dan itu dimaklumi (terlepas dari kepentingan politik, tapi kepentingan harga diri dan profesi)
Terlepas dari salah tidaknya penunjukan AR menggantikan AA sebagai wakil menteri keuangan. Mari coba kita melihat kedepan, karena realita AR bersama AM telah dilantik dan bekerja, mari kita dukung keduanya, serta mari kita dukung pula AA kembali ke UGM untuk melahirkan calon pemimpin bangsa disana.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Agus yang merupakan Dirut Bank Mandiri sebagai menkeu, Agus memiliki kemampuan lebih di sektor mikro yang harus terus dilanjutkan. Agus memiliki modal yang cukup yakni diterima pasar dan punya pengalaman memimpin bank terbesar yakni Bank Mandiri, itu modal yang cukup positif sebagai menkeu. Pasar keuangan juga suka dengan Agus. Selain Agus, Yudhoyono juga memilih Dirjen Anggaran Kemkeu Anny Ratnawati sebagai wakil menkeu. Kekurangan pengalaman Agus di sektor makro, dapat diatasi oleh Anny dan para dirjen yang lain di kemenkeu.
Sebenarnya penempatan Anny oleh SBY sebagai wakil menkeu tepatlah kiranya dalam menghadapi pembangunan pertanian Indonesia, karena memang itu dibutuhkan saat sekarang ini, penguatan permodalan disektor pertanian (harus ada keberpihakan kepada petani/pekebun dari sector perbankan), Anny memang bidangnya disitu, sebagai ahli ekonomi pertanian (AR merupakan pembimbing doctoral SBY di IPB Bogor, semoga tidak ada factor kedekatan dari situ antara SBY dan AR) untuk mendampingi Pak AM selaku menkeu, hal ini keputusan SBY saya cermati dari sudut pandang pengembangan pertanian Indonesia, terkhusus pada pembangunan pertanian organic Indonesia, yang membutuhkan dana yang tidak sedikit bagi pembangunan SDM dan Infrastruktur pertanian dan penilaian saya ini terlepas dari masalah menghadapi kasus AA.
Sedikit pesan kepada Presiden Yudhoyono, mungkin kasus AA ini, jangan terulang lagi, sebaiknya adakan dialog, walaupun itu hak mutlak Pak SBY selaku presiden (begitu pula para pendamping/penasihat presiden, jangan dong tinggal diam, manfaatkan kapasitas Anda, beri saran/solusi kepada presiden dan itu tugas Anda, termasuk mengingatkan Pak Beye kalau keliru, Pak Beye juga manusia biasa) …. berita terkait klik di sini...... Semoga ini bukan bentuk kepemimpinan “one man one show” (kalau ia, mau kemana Indonesia ini?? dan kepada Pak Anggito Abimanyu, yakin bahwa ini semua skenario dari Allah SWT. Tidak ada yang jelek bagi hambaNYA, semua BERKAH dan POSITIF, termasuk Pak Anggito itu di”KASIHI” Allah SWT, karena tidak ditempatkan sebagai wakil menkeu. Mungkin jabatan itu “JELEK” bagi Pak Anggito. Pekerjaan sebagai pendidik (guru/dosen/instruktur) itu MULIA…… Ingat itu Skenario Allah SWT dan Hak/benar adanya.
Sebagai penutup, saya mengutip sebuah pepatah cina, lebih kurang begini: Kalau mau hidup semusim tanamlah biji-bijian, Kalau mau hidup setahun, tanamlah pepohonan dan Kalau mau hidup selamanya, maka tanamlah yang menanamnya (mendidik manusia)…… Ibu SMI dan Pak AA selamat jalan dan sukses berkarir…Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H