[caption id="attachment_261876" align="alignleft" width="215" caption="Pak SBY....ada apa?"][/caption]
Postingan ini terinspirasi dari tulisan Rekan @Hesti Fazrul,ini sebagian penggalan postingan… Muka susah bapak itu makin membebani kami rakyat yang memang telah susah….. Saya tahu bapak ingin sekali menyenangkan semua orang. Tapi tidak mungkin pak…. Bebaskan diri bapak dari Hamam- Hamam penjilat di sekitar bapak, waspadalah pada niat busuk mereka. Merekalah sebenarnya yang membuat bapak bermuka sedih. Kembali ke hati nurani dan banyak-banyaklah tersenyum Bapak Presiden kami, agar kami Indonesia ini kembali ceria….. selengkapnya baca di “Pak SBY Tersenyum Dong Agar Indonesia Ceria” ini judul postingannya.
Sobat @Hesti Fazrul, sangat tepatlah dan mengena sekali tulisannya itu, semoga Pak Beye bisa baca ini, minimal para pendampingnya yang “sangat” sabar dan setia, tapi sabar dan setia “Dongo” tidak “Agamis”. Karena kesetiaanya sampai-sampai “mungkin” Pak SBY ada sedikit keliru (sebagai manusia biasa), namun nampak tetap dibiarkan saja “paduka”nya keseleokata dan tindakan. Sekitar 235 juta penduduk Indonesia dikurangi “orang setia SBY minus nurani” artinya setia tidak berdasar nurani, jadi setia karena pamrih. Pasti pula merasakan apa yang disitir oleh Sobat @Hesti Fazrul pada postingannya tersebut termasuk saya, dan hanya sempat tanggapi dan demo (protes atau kritisi) di blog kompasiana, sebagai media “sehat nan cerdas” ini, serta media lainnya.
Sebagai salah seorang anak bangsa yang tentu “cinta” pada Indonesia, karena terlahir di bumi ini. Namun kecewa berat kepada Pak Beye selaku Presiden RI. Kenapa kecewa?, karena Pak Beye sering marah yang bukan “ruang dan waktu” yang tepat, marah yang tidak bijak atau emosional, kelihatan ada masalah yang menumpangi masalah yang lainnya, tumpang-tindih masalah. Inilah fenomena Pak SBY saat ini, jadi agak susah terjadi sesuai harapan rakyatnya yaitu “Pak SBY Tersenyum Dong Agar Indonesia Ceria”. Ini bisa jadi hanya sekedar “mimpi” belaka. Namun tetaplah optimis.
Marah yang tidak bijak menurut saya (tambahan dari postingan Rekan @Hesti). Misalnya saat Pak SBY dalam kunjungannya (sidak) di Pos Pengamanan Lebaran, Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat. Saat itu SBY sedang melakukan Teleconfrence dengan Kapolda Jawa Tengah, Irjen (Pol) Edward Aritonang, terjadi sinyal komunikasi terganggu (CCTV tidak clear).
Presiden SBY gregetan dan marah melalui Menteri Sekretaris Kabinet (setkab) Dippo Alam, menegur Dirut. PT. Telkom (Rinaldi Firmansyah) dan Dirut. PT. Telkomsel (Sarwoto Atmosutarno), namun sayang tapi untung juga kedua direktur utama tersebut tidak ada ditempat. Termasuk pula Pak Mustafa Abubakar Menteri BUMN ikut menegur kedua perusahaan telekomunikasi itu…. Akh “klise” semua.
Dirut. PT. Telkom, telah meminta maaf, namun PT. Telkomsel langsung mengadakan pengecekan perangkat atau sikon dilapangan, ternyata PT. Telkomsel memastikan bahwa teleconference tersebut tidak menggunakan jaringan 3G-Telkomsel tapi pakai jaringan telekomunikasi lainnya. Karena saat itu PT. Telkomsel dengan memakai alat khusus mengecek seluruh BTS (35 ribu) tersebar di tanah air terpantau dengan baik. Berarti kalau begini Pak SBY dan Menteri BUMN harus dong meminta maaf kepada Dirut. PT. Telkom, dan kembali harus menegur pengelola jaringan yang lain itu, terjadi balancing atau menghindari persaingan tidak sehat sesame pengelola jaringan telekomunikasi. Tapipastinya kecelakaan itu tidak ada unsur kesengajaan, wajar dan tak terduga tentunya, kesalahan kecil, biasa dalam komunikasi mobile.
Mestinya Pak SBY saat itu (masih suasana idul fitri tentunya), bukan marah tapi pantasnya bersyukur, karena sebelumnya telah menerima laporan dari Kapolri Jend.(Pol) Bambang Hendarto Danuri, bahwa jumlah kecelakaan selama arus mudik dan arus balik lebih rendah disbanding tahun lalu, hingga per tanggal 16 september. Jumlah kecelakaan lalu lintas mencapai 1.351 kejadian (tahun lalu 1.606 kejadian) dan jumlah korban yang meninggal sebanyak 302 orang (tahun lalu 606 orang), semoga tidak bertambah lagi. Ini sebenarnya yang perlu diapresiasi oleh Pak SBY, sebagai bentuk syukur, bukan sebaliknya.
Atas kejadiaan-kejadian baik yang ditulis Rekan @Hesti maupun kejadian tersebut diatas, menandakan bahwa staf khusus presiden atau intelijen pribadi Pak SBY tidak bekerja dengan cerdas, karena tidak mengetahui secara pasti “ril” di lapangan, atau mungkin Badan Intelijen Negara (BIN) tidak melibatkan diri atau tidak dilibatkan dalam proses kinerja atau perjalanan seorang presiden. Pastinya intelijen sekitar presiden rapuh, alasannya kenapa tidak mengetahui bahwa bukan jaringan PT. Telkomsel yang dipergunakan pada teleconference itu, termasuk kasus-kasus lainnya, tidak ada penelitian atau “intelijen” tidak bekerja dengan professional sebelum Pak SBY memberi statemen atau pidato.
Rindu ke”MARAH”an SBY (ini yang dinantikan)
Kenapa dan dimana rakyat rindu marahnya Presiden SBY? sebagaimana judul postingan diatas, yaitu; Sebijaknya Pak SBY marah dan gerah atau gregetan melihat kondisi para pejabat di republik ini yang tidak hentinya korupsi, gerahlah melihat para anggota DPR yang suka tidur, bolos, tidak disiplin, suka pelesiran atas nama study banding, dll. (anggota DPR juga pantas Pak SBY tegur, karena sebagai warga negara, walau masuk kategori warga negara khusus, Pak SBY tetap harus soroti).
Terlebih kenapa Presiden SBY tidak “marahi” para penegak hukum (KPK, Polisi, Jaksa, Hakim) yang tidak bekerja dengan baik, atau mesti Pak SBY lebih MARAH lagi menghadapi Kasus Century yang tidak selesai-selesai (mengambang). Nampak atau ada dugaan kasus Century tsb akan dipetieskan atau di”mayat”kan (walau saya tidak memilih kemarin Pak SBY di priode II, tapi saya harus terima sebagai presiden saat ini dank arena cinta saya kepa bapak, maka saya ingatkan Pak SBY agar Kasus Centry ditindaklanjuti, walau sekiranya pahit, karenabiayanya terlalu mahal untuk dikaburkan masalah Century ini, 30 tahun baru sebuah kasus dinamakan atau masuk kategori kedaluarsa). Lebih baik pahit sekarang dari pada pahit dikemudian hari (momentum “pra atau pasca“ kasus century itu di 2014).
Masalah-masalah inilah yang paling ditunggu atau di”rindu”kan oleh rakyat akan “marah”nya seorang SBY yang santun nan gagah itu. Marahlah disini pak SBY, termasuk marahi para Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota di seluruh Indonesia yang senang KKN atau menghamburkan uang rakyat (marahi dalam bentuk “live”, sebagaimana ruang dan waktu kemarin waktu di Cikopo. di atau sesuaikan ruang dan waktunya, agar rakyat melihat dan menyaksikannya.
Karena kalau tidak nanti rakyat “bisik-bisik” bahwa kenapa ya, dibiarkan begitu? Ada tawar menawarkah di dalamnya? Macam-macam persepsi rakyat di akar rumput. Pak SBY dan seluruh organ Partai Demokrat, janganlah euphoria di 60% kemenangan pilpres kemarin. Bisa jadi karena itu senjata makan tuan sekarang dan yang akan datang.
Pesan terakhir Pak SBY, sebagai warga yang masih senang dan cinta pada bapak sebagai Presiden RI. Coba bapak introspeksi diri dan kembali (mudik) atau fitra ke performance bapak sewaktu bersama Pak Jusuf Kalla, dulu bapak itu sangat kharismatik, berwibawa, air muka yang mantap, senyum yang memukau. Jangan seperti sekarang ini, setahun bapak bersama Pak Budiono tapi gersang rasanya. Mari wujudkan tagline/slogan bapak SBY-Budiono dengan “Lanjutkan” tagline SBY-JK yang lalu yaitu “Bersama Kita Bisa” sebagaimana harapan rakyat supaya Indonesia damai,“Pak SBY Tersenyum Dong Agar Indonesia Ceria”
Inilah Rekaman Video Selengkapnya sewaktu Presiden Memarahi kedua Dirut itu :
Ke TKP langsung yuk: simak di video berikut ini. VIVAnews.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H