Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden SBY…..Apa Alergi Kritik Ya...?

11 September 2010   10:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:18 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_255252" align="alignleft" width="243" caption="Sumber foto: GoogleImage_rul.10910"][/caption]

Presiden SBY pada jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (8/9) pukul 20.00 WIB. Jumpa pers ini dilakukan setelah SBY melakukan buka puasa dan salat magrib bersama para pemimpin redaksi media massa.

Pak SBY Mengundang para pemimpin media massa mengadakan “buka besama” di Istana Negara serta sekaligus “SBY Bicara” guna menanggapi isu yang hangat ahir-ahir ini. Ada 8 isu yang diangkat Presiden Yudhoyono, tanpa memasukkan isu sangat hangat yaitu Indonesia-Malaysia (padahal kasus ini yang sangat penting dan ditunggu pula masyarakat, menanti hasil investigasi).

Menanggapi pidato Presiden SBY semalam itu, Nampak semata hanya (substansinya) menjawab opini Kolonel (AU) Adjie Suradji, isu ini ditempatkan pada point 2 pidato Presiden SBY, yang 7 isu itu merupakan embel-embel saja. Jadi pada dasarnya pidato itu “hambar” tanpa makna, malah bisa berbalik negatif, atau lebih mengesankan bahwa Pak SBY alergi di kritik (selalu mau tampil beda, buktinya “latihan pidato depan kamera”  dulu baru tampil).

Menghindari kritik sebagai pemimpin tidak mungkinlah. Ini pula merupakan pantangan kesuksesan. Justru dengan mengelola kritik, akan menjadikan Pak SBY akan semakin kuat, dengan cara mencermati atau menerima kritikan itu sebagai langkah menuju perbaikan (apalagi Pak Beye seorang “doctor” harusnya hadapi kritik dengan sabar, karena disana pasti banyak hikmah didalamnya). Mestinya dengan kritik ini Pak SBY, introspeksi diri, Pak SBY seharusnya berdialog dengan hatinya sendiri.Pasti ada jawaban yang hakiki dari hati yang bersih itu, jangan memperturutkan emosi dan kekuatan yang semu sebagai pemimpin (egois atau feodal namanya). Karena bila tidak akan menjadi musuh sendiri bagi Pak Beye (hentikan pencitraan, Pak Beye tinggal priode ini, tidak mungkin lanjut lagi, maka selesaikanlah dengan bijak tanggungjawabnya disisa kepemimpinannya). Dan maklumi bila rakyat mengoreksi, karena rakyat yang memilih, ada hak dan kewajiban rakyat atas semua ini.

Sebenarnya, kalau Pak SBY dan seluruh stafnya yang “cerdas” itu, mau berstrategi cantik nan cerdas, harusnya masukkan isu Indonesia-Malaysia, tambah 1 isu menjadi 9 isu dalam pidatonya itu, tentu akan sedikit tertutup isu Kolonel (AU)Adjie Suradji yang opininya di muat di Koran Kompas itu. Kelihatan disekitar Pak Beye, tidak ada ahli strategi, atau mungkin pendapat mereka-mereka (staf ahli) itu tidak diterima atau hanya sekedar ABS saja. Ini malapetaka bagi negeri kita. Karena terkesan “apa mau atau kata paduka” itu yang jadi. Tiba masa tiba akal (manajemen of crisis). Kalau cerdas mengelola krisis, no problem, tapi kalau tidak ????

Opini atau pendapat atau kritik dari Kolonel (AU) Adjie Suradji, itu merupakan potret/bukti kegelisaan (gerahnya) masyarakat biasa juga, pula termasuk sekelompok TNI/Polri tentunya (yang masih menggunakan nuraninya). Kolonel (AU) Adjie Suradji, sebagai perwira tentu mengetahui pelanggaran ini dan pastilah siap menerima segala resiko atau sanksi. Kolonel (AU) Adjie Suradji “haqul yakin” opini itu benar adanya dan pasti mendapat dukungan penuh dari koleganya sesame TNI atau lainnya atau masyarakat dan tentu yakin pula didukung oleh Allah swt, sebagai pemilik sah bumi ini beserta isinya.

Namun perlu diketahui bahwa sanksi yang akan diterima atas pelanggaran kode etik TNI itu, bagi seorang Adjie Suradji, pastilah menganggap masih ringan dibanding membiarkan kedzaliman dimuka bumi ini. Artinya Kolonel (AU) Adjie Suradji lebih takut kepada Allah swt, yang memerintahkan hamba-Nya untuk saling memperingati atau berkata yang benar walau itu pahit “katakan yang benar, lalu sabar” ini mungkin yang ada dalam pemikiran dan tindakan seorang Kolonel (AU) Adjie Suradji. Sebagaimana pula dalam shalat jamaah, imam saja bisa ditegur.

Kelihatan atau sangat nampak Pak Beye sangat terganggu dengan kritik (kritik apapun itu). Tindakan Kolonel (AU) Adjie Suradji itu sebenarnya (berpikir positif) merupakan bukti kecintaannya pada institusinya (TNI) termasuk bukti cintanya pada Pak SBY ya tentu demi cintanya kepada Indonesia. Sama juga mungkin kita (kompasianer/blogger) ini yang sering mengoreksi atau menulis opini tentang pemerintahan sekarang. Menunjukkan sebagai bukti kecintaan kepada Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono.

Orang bijak berkata begini “Sahabat, keluarga, atau saudara SEJATI adalah bila mau menunjukkan (menegur) kesalahan atau kekeliruan kita, bukan cuma mau enaknya (ABS) saja. Benar atau salahkah “pendapat atau kata2” orang bijak ini ?

Sekedar saran kepada Pak Presiden, Panglima TNI dan KSAU, sepantasnya berhati-hati memberi sanksi kepada Pak Adjie Suradji , terlepas dari pelanggaran kode etik perwira, sepatutnya juga memakai nurani dalam membuat keputusan selanjutnya. Karena, bila tidak berhati-hati, maka akan berdampak negatif kini dan yang akan datang, masyarakat akan lebih marah (demo atau koreksi akan terjadi dimana-mana), dan tentu masyarakat balik mendukung Kolonel (AU) Adjie Suradji, ini merupakan fenomena gunung es,Jangan terjadi kedzaliman dalam membuat keputusan, apapun kritikan itu ambil dari sisi positifnya, demi perubahan Indonesia ke depan.Kalau ada orang yang salut kepada Pak Adjie, saya termasuk salah satunya, bukan saya kasian Pak Adjie tapi jempol buatmu, malah saya kasian kepada Atasan Pak Adjie bila memberi sanksi yang tidak manusiawi. Tapi semua itu tergantung Pak SBY...!!!

Satu kalimat terakhir dari postingan ini (tentu Pak Beye faham); “Kalau tidak mau dibenci atau di kritik janganlah jadi pemimpin” dan ingat pula (tolong berubah) bagi orang-orang disekitar Pak Beye, hey sobat (ditengarai bahwa SBY akan rusak akibat ABSnya orang disekelilingnya, pakai kepekaan spritual dong, demi bangsa dan negara ini), jangan hanya ABS di lingkar SBY. Anda semua juga akan menanggung dosa dan bertanggungjawab terhadap rakyat dan negeri ini. Ingat sanksi dosa (Anda termasuk khalifa di muka bumi ini), mungkin Anda tidak pusing karena menganggap sanksinya di akhirat nanti, salah besar itu karena Allah swt pastilah menurunkan sesegera mungkin dan akan dijumpai di dunia. Buktinya bencana tidak pernah berhenti di Indonesia. Bencana itu merupakan teguran Allah swt kepada kita semuanya. Bencana ini rasanya sudah bukan musibah tapi azab.... Mari kita camkan semua teguran Allah swt. ini. Amin

Begitu bobrokkah negeri kita Indonesia ini. Kenapa bisa begini ya ????. Wahai para blogger/ kompasianer / facebooker/Twitter dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan….. Mari dukung yang benar, binasakan yang salah dan pembohong…..!!!!! ATAU PENJILAT. Karena kalau tidak HANCUR negeri ini.

Kritik itu sehat, apapun bentuknya, tergantung cara menyikapinya. Diam (ABS) belum tentu emas atau bisa menjadi benalu (racun)..... Allah Swt. mencontohkan dalam Shalat Jamaah, Imam shalat saja bisa ditegur/koreksi....... dan yang menjadi penanggungjawab terbesar adalah lingkar imam (belakang imam), begitu pula Lingkar/staf SBY, bekerjalah dengan Sehat dan Cerdas nan Islami (gunakan akal dan hati)......Semoga bisa disikapi. Agar Pak SBY bisa menghabiskan tugasnya dengan baik sampai dengan 2014. Amin

AsrulHoeseinBrother

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun