Selain termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatan juga terjadinya kelangkaan maupun mahalnya pupuk an-organik (produksi pabrik) membuat petani berkeluh. Upaya pemanfaatan sampah/limbah menjadi kompos/pupuk organic padat maupun pupuk organic cair adalah sebuah peluang yang perlu dipertimbangkan karena dari segi ekonomi tergolong menguntungkan, demikian pula factor social dan terlebih segi ekologinya.
Peluang pemasaran pruduk olahan sampah/limbah ini dapat juga dilihat dari estimasi (perkiraan) permintaan produk. Dengan mengolah estimasi permintaan ini, akan dapat diperhitungkan estimasi keuntungan yang dapat diraih, baik sebagai pengelola produksi maupun sebagai petani pengguna produk tersebut.
Kompos/Pupuk “organic” padat dan cair dapat dipasarkan dalam skala kecil maupun skala besar. Pemasaran dalam skala kecil yaitu untuk keperluan rumah tangga serta pehobbies tanaman hias, sedangkan dalam skala besar untuk lahan pertanian dan perkebunan.
Mahalnya harga pupuk an-organik dan terbatasnya ketersediaanakan menjadi peluang besar bagi pemasaran Kompos/Pupuk “organic” padat dan cair olahan sampah/limbah. Diasumsikan, rata-rata petani memiliki 1 hektar lahan yang membutuhkan minimal 2.000 kg atau 2 ton pupuk padat dan 1.000 liter pupuk cair. Jika petani menggunakan pupuk hasil olahan sampah/limbah maka perkiraan kebutuhan dan penghematan yang diperoleh adalah :
Pupuk an-organik;
Pupuk cair> 100 Lt @ Rp. 9.000……..: Rp.900.000
Pupuk Padat>2.000 kg @ Rp. 750 ……: Rp. 1.500.000
Total Kebutuhan ……………………………..: Rp. 2.400.000
Pupuk cair> 100 Lt @ Rp. 4.000……..: Rp.400.000
Pupuk Padat>2.000 kg @ Rp. 500 ……: Rp. 1.000.000
Total Kebutuhan ……………………………..: Rp. 1.400.000
Terjadi total penghematan biaya ………: Rp. 1.000.000
Dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh berupa penghematan yang sangat besar. Penghematan tersebut hampir 50% dari jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan dengan kualitas produk yang sama, bahkan lebih baik. Keuntungan lain bagi petani adalah produk olahan sampah/limbah merupakan produk yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Bagi produsen (pengusaha dan calon pengusaha pengelola pupuk organik dari olahan sampah/limbah), hal ini merupakan sebuah peluang yang sangat besar, terjadi pembukaan lapangan pekerjaan atau setidaknya mengurangi pengangguran.
Ketersediaan Bahan Baku;
Kondisi lingkungan yang ada sekarang, bertumpuknya sampah/limbah sebenarnya merupakan asset/potensi yang besar. Bahan baku tersebut diperoleh secara cuma-cuma, kalaupun harus mengeluarkan biaya, pasti sangat murah.Kalau diamati perbandingan antara sampah/limbah padat dan cair berbading 70% : 30 % (maaf ini hanya estimasi). Ketersediaan bahan baku untuk produk olahan limbah memang sangat besar. Hal yang sangat penting adalah cara menjaga kontiunitas ketersediaan limbah tersebut. Estimasi produksi bahan baku sampah/limbah organik olahan, misalnya 1 ton sampah organik akan menghasilkan kompos/pupuk organik padat sekitar 400 kg dan pupuk organik cair 50 liter, dengan lama pekerjaannya sekitar 5-7 hari, pengolahan yang cepat tersebut melalui Teknologi Komposter Biophoskko (PT. CVSK), untuk mengetahui teknologi ini bisa klik di sini.
Jika masyarakat dan pemerintah, pusat maupun daerah, bekerjasama untuk membersihkan lingkungan (mengelola sampah) maka hasilnya akan menguntungkan kedua pihak. Masyarakat mendapatkan lingkungan yang bersih dan penghasilan dari penjualan limbah yang sudah dikumpulkan, produsen mendapat keuntungan dari penjualan produk olahan sampah/limbah, dan konsumen mendapat barang berkualitas dengan harga yang kompetitif.
Analisa Usaha;
Analisa usaha dalam pengelolaan sampah/limbah memang perlu dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai besarnya investasi yang perlu disediakan dan besarnya biaya produksi, selanjutnya dapat diketahui usahaini menguntungkan atau tidak. Menyusul akan dibuatkan (bagi yang berminat mengelola), perihal; biaya tetap (investasi), biaya produksi, perhitungan keuntungan dengan asumsi kapasitas produksi, analisa kelayakan, layak diteruskan atau tidak meliputi payback periode (PP),break event point (BEP), harga maupun produksi,dan return on investment (RoI). Yang jelas usaha ini sangat menguntungkan semua pihak (masyarakat, pengusaha dan pemerintah) karena yang pasti biaya investasi tidak besar serta ketersediaan bahan baku sangat memungkinkan. Tinggal kemauan semua pihak (stackholder) dipertemukan serta kemauan keras dan bijak untuk melestarikan lingkungan/alam sekitar serta demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia menuju kemandirian ekonomi, sehat dan sejahtera. Intinya mari kita merubah persepsi atau paradigma tentang sampah/limbah dari barang terbuang menjadi barang berharga. Marilah memilah/mengolah/menghargai “sampah” dimulai dari sumbernya, yaitu dari rumah kita masing-masing, dari diri kita sendiri, karena kebersihan merupakan sebagian dari pada iman. Amin.
Catatan: kepada teman2 sevisi yang peduli terhadap lingkungan khususnya dari bidang kesehatan (dokter umum dan dokter/ahli kesehatan masyarakat), dan teman lainnya di rumah cerdas ini, diharap menyumbangkan ide/saran/opini/kritik konstruktif tentang efek/dampak kesehatan masyarakat bila mengkonsumsi makanan dengan bahan dasar dari makanan bersumber dari pengelolaan pertanian/perkebunan organic dan an-organic (perbandingan dari sisi kesehatan atau ekonomi), mana yang paling menguntungkan….. Salam Organik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H