[caption id="attachment_256570" align="alignleft" width="228" caption="JUJUR....Please dong Ah!!!"][/caption]
Salah satu televisi swasta di Indonesia, TVOne, 10 September 2010 di Wisma Nusantara Jakarta, telah menyelenggarakan program acara “Apa Kabar Indonesia Malam Spesial Ramadhan” acara pokok silaturrahim antar partai, termasuk tokoh lintas agama, pengusaha dan masyarakat umum dan beberapa anggota DPR dan Menteri KIB II.
Nampak acara ini dikemas untuk pertemuan tokoh elite partai, ada Partai Hanura, tanpa Wiranto sebagai Ketum Hanura, PDIP “Partai Oposisi” yang diwakili sekjennya Tjahyo Kumolo (tanpa dihadiri Ketum PDIP, Megawati), Ketum PKS, ada Menegkominfo Tifatul Sembiring, Menteri Kehutanan, Anas Urbaningrum Ketum Partai Demokrat, Ketum PAN Hatta Radjasa, Menteri Hukum dan HAM, ada Menteri Kelautan dan Perikanan, hadir pula Ary Ginanjar (motivator ESQ), ada Ketum Golkar, Aburizal Bakrie bersama sekjennya Idrus Marham dan beberapa anggota Partai Golkar lainnya, Termasuk Ketum PSSI Nurdin Khalid Nampak disana, yang pasti malam itu sedikit didominasi oleh Bung Ical karena juga sebagai tuan rumah (pemilik TVOne) dan malam itu Bung Ical sempat memberi hadiah umroh atas nama Partai Golkar kepada seorang (wanita muallaf) dari Belanda, juga hadir Bung Fajrul Rahman, dll. banyak hadir malam itu. Semua partai yang hadir satu persatu memberi sambutan/pesan lebaran idul fitri kepada masyarakat dan kadernya, termasuk sambutan dari PDIP yang sedikit kritis namun tetap santun.
Pada saat Ketua DPR, Pak Marzuki Alie (MA) memberi sambutan, sedikit menggelitik saya dan nampak sesekali ada diantara hadirin saling tatap dengan penuh arti. Pak MA berdiri dengan gagahnya tanpa sungkan (tanpa beban) menyampaikan pesan dan kesan lebaran Idul Fitri 1431H dengan mengajak masyarakat, untuk memetik hikmah dari puasa Ramadhan agar selalu “Jujur, Disiplin, Kebersamaan” dalam hidup kehidupan termasuk berbangsa dan bernegara, dst.dst. “jangan poko’E” dst.dst.
Kenapa menggelitik ? Ya, maaf!!! karena sepertinya Pak MA tanpa malu sedikitpun diraut wajahnya dengan mengunderline (menyorot) agar masyarakat untuk selalu “Jujur dan Disiplin” …….Hihihihihihi. Sudah jujurkah mereka itu, mana kejujuran itu? Coba dan bagaimana waktu Pak MA menyatakan Aulia Pohan bukan Koruptor? Sudah jujur dan disiplinkah para Anggota DPR yang suka bolos dan tidur? Sudah Jujurkah DPR mengawasi pemerintah saat ini? Sudah jujurkah para Anggota DPR menyuarakan aspirasi rakyat? Sudah Jujurkah dalam menghadapi pembangunan Gedung “Super Mewah” DPR itu? Dll, banyak pertanyaan tentang “jujur” ini.
Rasanya sambutan malam itu (tidak semuanya, yang lain cukup bagus) belum sesuai dengan fakta, hambar, tanpa garam, diharap Pak MA introspeksi diri, apa telah merealisasikannya atau tidak, baik selaku Ketua DPR maupun sebagai Pembina Partai Demokrat bersama Pak SBY), mungkin masyarakat lebih jujur dan disiplin, tentunya masyarakat mencibir melihat atau menyaksikan para pemimpinnya yang demikian ini (penyelenggara Negara termasuk para anggota DPR yang suka tidur dan bolos), kelihatan sangat pintar (intelektual full) tapi tidak punya kepekaan emosi dan spiritual. Fenomena Ini yang menjadikan Indonesia sakit parah, hanya bergeliat dengan angka-angka (materi belaka). Tapi semoga sambutan Ary Ginandjar malam itu tentang ESQ bisa menusuk para hadirin, terutama yang tidak punya kepekaaan emosi dan spiritual. Agar ke depan target “Indonesia Emas” versi ESQ dapat tercapai.
Salah seorang pembawa acara (host) malam itu drg. Tina Talisa (Mba Tina), sangat piawai dan cerdik memancing suasana, Mba Tina sempat bertanya ke Pak MA usai member sambutan sebelum turun dari panggung, lebih kurang begini pertanyaan Mba Tina “Itu sambutan tadi Pak, untuk masyarakat Indonesia atau untuk Anggota DPR, yang isi absen tapi tidak hadir atau suka tidur?”. Pak MA nampak grogi dan tersimpuh malu menjawab, lebih kurang begini jawaban Pak MA “Ya untuk semua dan juga untuk Anggota DPR sebagai autokritik”. Juga malam itu kenapa ya, Pak Tifatul sempat menyebut 2x nama Bung Fajrul. Momentum ini ditangkap lagi Mba Tina,dengan bertanya pada Bung Fajrul, yang selanjutnya Bung Fajrul sempat bersahut pantun dengan Pak Tifatul, yang sedikit menggelitik mengangkat isu open house, korupsi dan grasi/remisi dan menitip pesan kepada Presiden SBY melalui Pak Tifatul agar Open House sebaiknya ke depan ditiadakan saja (tahun ini open house Pak SBY menelan korban jiwa, seorang tunanetra), betul juga karena hanya mempertontonkan kemiskinan masyarakat Indonesia, seakan tidak bermartabat, motivasi mereka (hampir semuanya) karena “rupiah”.
Pastinya bahwa, dialog-dialog atau pernyataan mengelitik malam itu, atas kecerdasan Mba Tina menjadi host, dan dengan profesionalisme Mba Tina sedikit menutup kesan bahwa TVOne yang pemiliknya (Bung Ical) bersinergi-koalisi dengan pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono. Salut buat Mba Tina yang menyegarkan acara malam itu, karena sempat mewakili pertanyaan masyarakat Indonesia, itu yang penting.
Catatan buat Pak Marzuki Alie (DPR/Partai Demokrat):
- Harus cerdas mengelola kritik (pastilah Pak MA menjadi tumpuan kritik dari rakyat) sebagai wakil rakyat dan terlebih sebagai Ketua DPR. Kritik itu datang dari 40% tidak memilih Partai Demokrat, termasuk saya. Apalagi sekarang sudah banyak yang kritik Partai Demokrat datang dari yang 60% itu, jadi tidak perlulah heran dan gusar (natural). Dan ini juga berlaku pada Pak SBY, selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan pula terlebih sebagai Presiden RI. (santai sajalah pak)
- Pak MA sebagai pentolan pesantren semestinya sabar menerima kritik (itu merupakan realita yang harus diterima seorang pemimpin, jangan jadi pemimpin bila tidak mau dikritik dan termasuk dibenci). Maaf, kelihatan Pak MA, emosi berlebihan bila dikritisi, termasuk kemarin hal menanggapi kritik rakyat atas rencana pembangunan Gedung DPR, Pak MA hilang control menanggapi, langsung melempar tanggungjawab kepada Anggota DPR priode lalu, keliru itu.
- Untuk pembangunan Gedung DPR baru yang super mewah tersebut, saran saya sebaiknya ditunda, dengan dasar utama masih ada kepentingan yang lebih primer dan juga ada rencana pemindahan ibukota RI atau pusat pemerintahan RI ke wilayah lain, lebih efektifdan efisien kalau bangunan tersebut di bangun pada tempat/daerah yang baru. Sinergikan dengan rencana pemindahan Ibukota atau pusat pemerintahan RI itu. Kalau bisa mengantar rencana (mimpi) besar ini, berarti Pak MA dan pastinya Pak SBY punya hasil monumental dan tentu akan dikenang oleh masyarakat Indonesia.
- Satu kalimat dasar untuk membangun atau merestorasi Indonesia yang sakit parah ini adalah “Jujur yang Ikhlas” artinya faktualkan (nyalakan) kejujuran itu, jangan cuma dibibir saja (asbun). Bila pemerintahan (legislatif,eksekutif dan yudikatif) ini jujur, pasti rakyat akan mendukung, penuh dan tentu ikhlas pula, siapapun partai dan orangnya termasuk apapun agamanya. Intinya gunakan akal dan hati dalam berpikir dan bertindak, khususnya dalam memanage negeri besar ini.
asrulhoeseinbrother, GIH Foundation
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H