[caption id="attachment_260784" align="alignleft" width="254" caption="Tanpa harus di Afsel_goggleimage.rul"][/caption]
Sebenarnya kita sudah capek membicarakan tingkah-polah para (sebagian) Anggota DPR yang sepertinya tidak punya rasa dan agamis lagi “summa radadenahu aspalasafilin. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) atau sudah berganti baju menjadi Dewan Pembohong Rakyat atau Dewan Penghianat Rakyat atau Dewan Pembunuh Rakyat.
Belajar pramuka di Afsel. DPR ternyata institusi yang tidak kehabisan akal untuk pelesiran ke luar negeri untuk menghamur-hamburkan uang rakyat dan tetap tanpa malu membuat kegiatan dengan kemasan study banding (berangkat 14/9, malam)….Naudzubillah. Study banding atau Belajar ok…lah tapi kenapa mesti belajar kepanduan di Afrika sana, kita lebih hebat dari Afsel soal ini. Sungguh tidak masuk nalar untuk sebuah RUU Kepramukaan untuk memerlukan study banding nun jauh ke Afrika.
Apa sih dasar-dasar kepanduan? Ya, baris-berbaris, disiplin, keterampilan, ketahanan fisik/emosional, mental, spiritual, kesetiaan dan kebersamaan. Apakah utnuk itu, DPR merasa harus mengaisnya hingga ke Afsel dan menelan biaya hingga Rp 795 Juta. Ke Afsel, seharusnya belajar manajemen sepak bola yang baru saja sukses menyelenggarakan piala dunia,Belajar bagaimana negeri Nelson Mandela itu memaafkan dan melupakan politik afartaid kemudian membangun kerukunan dan toleransi. Banyak bisa dpelajari di Afsel, Tapi TIDAK untuk ke"PRAMUKA"an.
Kita tidak memahami jalan pikiran DPR, atau memang DPR tidak perlu lagi dipahami, mereka bertindak suka-suka dan mengabaikan suara rakyat. Betul kata Gus Dus “Anggota DPR itu seperti TK”,bayangkan saja Gus Dur saja tanpa mata memandang bisa melihat dengan jelas tingkah laku DPR, apalagi kita yang masih sempat melihat langsung air muka kebohongan dan ketololan Anggota DPR yang nampak sudah tidak terhormat lagi itu.
Setelah lebih 10 tahun reformasi. Ternyata kita tidak bisa berharap banyak masuknya kaum muda di parlemen. Mereka juga tidak bisa mengubah budaya pembodphan yang telah bersemukim di Senayan itu, justru kaum muda ikut “nimbrung mencicipi” dalam arus besar parlemen.
Setgab partai koalisi pendukung SBY-Budiono yang didukung 6 Fraksi dan menguasai 421 kursi dari 560 kursi DPR adalah kekuatan maha dahsyat untuk mengubah kultur pembodohan di DPR. Namun yang terjadi justru partai-partai koalisi menjadi pendukung utama.
Pesan untuk DPR:
Bagusnya untuk ke depan perlu ada ruang praktek di senayan, anggarkan juga untuk Dokter THT, Mata, Psikolog, ruang ESQ, perlu dianggarkan itu. Karena sepertinya Anggota DPR tidak berfungsi lagi telinga, mata, jiwa, agama, dll. Itu Anggota DPR dimukanya cuma “UANG” saja ya, masih punya agamakah mereka itu? Diragukan tentunya keimanan mereka, ini semua perlu diterapi oleh dokter ahli.
Coba DPR jalan disekitar Senayan (200 meter persegi) saja, Anda pasti dapati rakyat kelaparan dan belum makan, pengemis, pengangguran. Jangan cuma ke Hotel Mulia, nego dengan pejabat daerah disana atau Ngopi “Tator” di Plasa Senayan. Lirik sana, lirik sini para selebritis atau lainnya. Ini yang merusak para anggota parlemen kita Indonesia, dan sepertinga DPR kita sudah tidak punya budaya malu lagi dan sudah tidak agamis lagi. (tanpa mengurangi rasa hormat kepada yang lainnya, karena tentu masih ada yang bagus, tapi sebenarnya Anda harus ngomong fair di media, bahwa Anda bukan golongan DPR yang pembohong itu).
Semoga Anda (para anggota DPR) diberi keselamatan, kesehatan dan kekuatan iman didalam menjalankan tugas dan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat dan selamat pula membawa dan menjalankan amanah dari Allah Swt. Serta cepat kembali sadar dan berpikir cerdas untuk negeri ini. Rubahlah kebiasaan buruk Anda di parlemen, misalnya; bolos, tidur, diam, sms an, dll.
Pesan untuk Rakyat Indonesia:
Tinggal empat tahun lagi pemilu legislative diadakan, jadi harap pantau mulai dari sekarang wakil-wakil rakyat ke depan, jangan pilih seperti yang demikian ini, hanya menipu saja, pembohong, dst. Kalau minta dipilih lagi, jangan terima kalau di bawah 1 juta/orang amplopnya...hahahaha.
Study banding yang dilakukan DPR kali ini ke Afrika Selatan, jelas adalah “super” kebodohanyang tidak ada bandingannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H