Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersama Perangi Premanisme

8 Oktober 2010   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_283141" align="aligncenter" width="227" caption="Merusak Citra Indonesia_dok.asrul"][/caption]

Preman sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Ken Arok, pendiri Kerajaan Singosari, mengawali karirnya sebagai perampok (saya tidak tahu perampok apa, data belum masuk, cari sendiri ceritanya di google…hihihi). namun yang pasti Ken Arok bukan seperti preman yang ada sekarang. Sebagaimana setiap hari kita saksikan bersama baik langsung maupun melalui media. Sudah menjadi bahan baku utama media saat ini. Hampir tidak ada berita yang tanpa berhubungan dengan preman.

Dimasa revolusi kemerdekaan Indonesia, preman juga mempunyai jejak hitam (rekam jejak) sekitar tonggak kekuasaan. Atau bisa disebut pula sebagai preman kekuasaan. Entahlah!!!! Tapi mungkin beda dengan preman masa lalu dan sekarang. Preman masa lalu masih bisa dijinakkan oleh pengelola negara waktu itu.

Tapi sebaliknya sekarang, seakan preman susah ditaklukkan, dimana-mana ada preman, termasuk preman pilkada, preman hutan, preman APBN, preman APBD, preman proyek (coba kalau tender, sering terjadi amuk para peserta tender, yang nota bene sebagai pengusaha), ada juga preman kerah putih (mempermainkan perbankan atau ekonomi Indonesia), ada juga preman berjubah yang melecehkan kebinekaan, oh ada juga preman politik yang memperjualbelikan undang-undang dan anggaran Negara. Kalau koruptor? Ya, bukan preman tapi perampok namanya.

Kalau suka koreksi pemerintah? Preman atau bukan?...hahahaha. Selanjutnya terserah Anda.

Dan yang terakhir adalah, preman benaran, laksana koboy jalanan; suka bawa clurit, pistol, parang, badik, mandow. Ah, segala macam bentuk senjata tajam dan senjata api yang mereka pakai, sepertinya mereka jago dan mampu mengalahkan polisi dan TNI atas nama HAM…..hahahaha.

Jenis preman yang terakhir ini, senang kena kamera wartawan (TV khususnya) kalau beraksi, tidak sah rasanya kalau tidak ada kamera dan wawancara wartawan, itu mimic asli yang mereka nampakkan. Sepertinya preman yang kategori ini, Negara juga gagal mengendalikan. Banyak yang risau dengan preman benaran dibanding preman politik, kerah putih, korupsi dsb. Karena, katanya preman benaran, menembak, membunuh, ada mayat kelihatan, dlsb.

Padahal sesungguhnya preman politik, korupsi, dll itu, justru sangat mematikan, namun tidak secara langsung. Jadi sesungguhnya semua jenis preman harus kita berantas. Negara dan pemerintah mempunyai tugas berat, karena negara sudah demikian gawat dan sangat gawat serta sudah sistemik. Terlebih preman korupsi atau preman politik dan kerah putih (wow susah sekali, karena oknum pemerintah di dalam, artinya pagar makan tanaman). Satu-satunya bukan preman tinggal kebanyakan “rakyat”. Darurat preman butuh penegasan dan keseriusan kita semua dan juga tindakan pastinya, agar rakyat merasa aman dan bisa beraktivitas, melanjutkan perjuangannya melawan segenap keterpurukan atau pembodohan. Mari kita hentikan manusia-manusia ‘preman” serigala itu memangsa manusia yang tidak berdosa.

asrulhoeseinBROTHER

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun