Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anjuran Kurangi Makan Nasi

31 Mei 2010   16:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertanian Suswono mengimbau rakyat Indonesia agar mengurangi konsumsi beras/nasi, dan meningkatkan konsumsi pangan seperti sayur-mayur, buah-buahan, ikan, tanaman pangan lainnya. Pasalnya, seiring pertumbuhan penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya, kebutuhan beras semakin meningkat, lahan tanaman pangan tidak bertambah, malah berkurang, sehingga akan menjadi beban bagi negara dan tentu pula beban bagi masyarakat itu sendiri. Konsumsi beras Indonesia per kapita per tahun terbilang tinggi, yakni 139 kg. Jauh di atas negara tetangga. Malaysia dan Thailand di bawah 100 kg per kapita per tahun. Memang diakui bahwa dulu Indonesia dikenal sebagai negara super agraris dan dapat melakukan swasembada pangan, tapi beberapa tahun terakhir ini kita (Indonesia, pen.) justru menjadi pengimpor beras.

Anjuran mengurangi menkonsumsi nasi/beras tersebut, mungkin kebanyakan masyarakat Indonesia bisa kaget, heran, atau mungkin tidak akan mengindahkan (masa bodoh) anjuran tersebut. Sebenarnya anjuran itu bagus dan bijaksana, karena disamping alasan yang dikemukakan oleh Pak Suswono tersebut diatas, juga alasandemi kesehatan kita sendiri. Katanya (ahli gizi), Kurang sehatlah kalau banyak menkonsumsi nasi/beras…Oh begitu…!!!!

Setahu saya nasi memang mengandung banyak glukosa. Lalu, apa yang salah dengan hal itu? glukosa kan amat sangat dibutuhkan oleh otak dan jantung kita……. Kita khususnya sebagai orang Indonesia, tubuh kita memang telah terbiasa dengan nasi/beras, bahkan jika kita tidak mengkonsumsi nasi, walaupun sudah makan (selain nasi al. sagu, ubi, buah, dll), kita tetap akan menganggap kita belum makan (keliahtannya saya masuk kategori ini, saya akuilah itu…hahahahha, itu malah akan memicu kita untuk makan lebih banyak lagi. ”Kadang kita walaupun sudah makan roti atau mie instant tetap saja dibilang belum makan, padahal itu sudah pakai telur lagi, karena merasa bahwa roti itu berasal dari bahan bukan beras”

Di beberapa negara di Asia, nasi merupakan bagian dari lebih 85% isi piring. Sekalipun anda mengkonsumsi nasi, tetap ambil sedikit. Ingat, itu hanya untuk lidah, tidak untuk tubuh. Sesungguhnya, beras dan tumbuhan seperti gandum dan jagung lebih buruk daripada gula. Banyak alasannya antara lain : Nasi akan berubah menjadi gula lebih banyak. Dengan fakta ini tidak ada ahli nutrisi yang menyangkal bahwa nasi secara kimiawi tidak berbeda dengan gula.

Satu mangkuk beras yang dimasak, kalorinya setara dengan 10 sendok teh gula. Tidak menjadi soal apakah beras tersebut berwarna putih, merah atau beras herbal/organik. Beras merah memang mengandung lebih banyak serat, beberapa vitamin B dan mineral tetapi tetap saja kalorinya sama dengan 10 sendok teh berisi gula. Sedangkan untuk mendapatkan 10 sendok teh gula yang sama, anda perlu mengkonsumsi sebanyak 10 mangkuk kangkung.

Beras tidak/kurang mengandung serat, serat sayuran akan mengisi perut anda lebih lama sebelum menjadi gula darah. Ini karena serat akan menjadi bagian dan mengisi perut anda. Karena beras putih tidak punya serat, anda akan selesai makan dengan jumlah kalori terkumpul yang banyak sebelum anda merasa kenyang. Beras merah memang lebih banyak serat tetapi jumlah gulanya sama dengan beras putih. Masalah serat, dimana-mana orang juga tahu kalau serat yang baik itu berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran…. Tidak banyak di beras/nasilah itu.. dan masalah jangan makan banyak nasi, itu sih bukan hanya nasi saja dimana-mana sesuatu yang berlebihan itu kan memang tidak baik, malah merusak tubuh…eh termasuk kantong juga…hehehehehe.

Beras/nasi juga banyak memiliki kandungan gizi seperti vitamin B. Labih baik, bila kita mengkonsumsi pangan yang tidak dalam bentuk tepung-tepungan. Kalaupun tidak makan nasi, tidak apa-apa asal ada penggantinya, seperti ubi kayu, sagu, sukun, jagung atau jenis umbi-umbian yang lain. lagipula orang Indonesia rata-rata memang memerlukan energi yang banyak, karena rata-rata bermatapencaharian petani/pekebun. sehingga butuh glukosa.

Namun sekarang atas nama penurunan tingkat kebutuhan beras (untuk mencukupi pangan Indonesia) dan peningkatan konsumsi pangan seperti sayur-mayur, buah-buahan, ikan, serta tanaman pangan lainnya, itupun kalau kita mengkonsumsi beras diupayakan beras organic demi atas nama kesehatan (khusus kenapa kita sebaiknya konsumsi beras organic akan dibuat dalam tulisan tersendiri).

Sebenarnya orang tua kita dulu memang sudah menerapkan anjuran ini, kenapa ? dulu biasanya seminggu sekali makan nasi jagung (termasuk saya sendiri dulu biasa makan nasi jagung). Tapi sekarang kondisi itu hampir tidak ditemui lagi, ga tau kenapa yah….? Mari kita mencari alternative makanan pokok selain beras/nasi. Mari kita berbagi… Berbagi katanya tidak pernah rugi….Betullah itu……Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun