Ketua Umum (Ketum) PDI-P Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5 pernah mengusulkan agar dalam Pilpres 2024 sebaiknya diikuti dua pasangan calon (paslon) Presiden-Wakil Presiden.
Sebenarnya hal tersebut tidak terlalu sulit Megawati melakukan setting atau membangun konstruksi Pilpres 2024 agar lebih efektif dan efisien, hanya dua paslon.
Jadi sesungguhnya ada tiga tokoh yang bisa melakukan setting peserta Pilpres 2024, agar bisa diikuti dua paslon saja. Yaitu Presiden Jokowi, Megawati dan Prabowo.
Sudah kelihatan arah kandidasi menuju dua paslon, setelah NasDem melakukan manuver deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres NasDem (belum koalisi).
Kalau Megawati inginkan dua paslon, tinggal PDI-P koalisi dengan Gerindra. Maka hubungan Jokowi, Megawati dan Prabowo tetap adem, tinggal menunggu persetujuan sponsor.
Karena memang posisi PDI-P bila ingin majukan Puan dan menang, cuma cawapres saja, namun pada situasi ini, PDI-P sulit menjadi pemimpin koalisi. Ini pernah juga penulis analisa di "Puan Capres! PDI-P Jadi Follower Koalisi dan Potensi Kalah Pilpres 2024".
Kecuali jadikan Ganjar sebagai capres dan berani pasangkan Puan sebagai cawapres di Pilpres 2024, maka PDI-P dipastikan menjadi pemimpin (walau plus koalisi), tetap jadi pemimpin koalisi.
Konstruksi Paslon Dua Pasang
Megawati, selanjutnya duduk bertiga dengan Jokowi dan Prabowo untuk menarik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) berkoalisi dengan PDI-P, Gerindra dan PKB, nah disini terjadi koalisi gemuk.
Kalau dengan formasi koalisi gemuk itu, secara otomatis memaksa keadaan untuk menjadikan peserta Pilpres 2024 hanya diikuti dua paslon dari dua koalisi besar.
Koalisi Gerindra Cs versus NasDem Cs, ahirnya terjadi pertarungan head to head antara Anies dan Prabowo.
Bilamana PDI-P berani jalan sendiri dengan pasangan Ganjar-Puan, berarti maksimal ada tiga paslon saling berhadapan, yaitu Prabowo, Anies dan Ganjar.
Karena di tubuh Golkar kelihatan ada manuver dari luar gembosi Golkar, agar posisi tawar Airlangga Hartarto lemah. Penulis duga manuver ini datang dari NasDem by Jusuf Kalla, mungkin dengan harapan bahwa Golkar bisa bergabung atau koalisi dengan NasDem.
Bagaimana pendapat Anda?
Jakarta, 15 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H