"Semua kemasan produk pangan (makanan dan minuman) mengandung zat racun, bukan hanya zat BisPhenol-A (BPA), Polimer dan lainnya. Karena rekayasa teknologi menghendaki penggunaan bahan baku untuk di mix dari berbagai bahan baku." Asrul Hoesein, Founder Yayasan Kelola Sampah Indonesia (Yaksindo) Jakarta.
Keterangan: Penjelasan penulis tentang BisPhenol-A (BPA) di Klik Indonesia Pagi TVRI (6/10/22) Klik YouTube TVRI di Sini.
Semua kemasan produk mengandung zat racun yang bisa membahayakan bagi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Itulah kebesaran Tuhan Ymk menciptakan segala-Nya, sekaligus dengan perintah untuk memakai akal. Agar mendapat berkah daripada-Nya.
Bila ada pembaca mau koreksi artikel ini, harap baca sampai ke bawah full tuntas bacanya dan pahami masalahnya. Agar tanggapannya tidak bias yang bisa membuat polemik atau debat kusir.
Namun dalam produksi kemasan, tentu ada batas ambang toleransi migrasi atau pengaruh cemaran zat racun dari kemasan ke isinya, yang tentu harus dipatuhi oleh stakeholder, baik itu industri, distributor, penjual dan konsumennya.
Perlu diketahui bersama bahwa BPA yang ada pada galon guna ulang (GGU) itu belum ada penelitian dari pihak manapun sampai hari ini yang menyebut BPA GGU bermigrasi pada air minum kemasan itu.
Baca juga:Â Setop Kampanye Bahaya Bisphenol A, Itu Hoaks! Galon Isi Ulang Aman, Simak Apa Kata Ahli?
Belum ada kabar pula yang terdampak pada kesehatan akibat cemaran BPA, sejak hadir di Indonesia, sekitar 40 tahun silam.
Termasuk di luar negeri, khususnya dari Amerika yang Indonesia impor GGU ini dari Negeri Paman Sam, di awal hadirnya di Indonesia. GGU itu sudah 40 tahun hadir di Indonesia, belum ada tercemar sampai ini hari, aman.
Ya kalau kita bicara tunggal tentang BPA memang zat racun, itu tidak bisa ditolak, racun. Tapi bicara BPA dalam GGU itupun baru akan terjadi migrasi racun BPA-nya setelah mendapat panas >100 derajat Celcius.