Justru AHY mestinya lebih waspada pada internalnya sendiri yang mungkin belum rela dipimpin oleh dirinya yang memang tidak bisa dipungkiri bahwa AHY kurang atau bisa jadi tidak memiliki pengalaman politik yang mumpuni untuk memimpin partai sekelas PD yang pernah memenangkan pemilu.Â
Memang itu tidak terbantahkan. Sebuah fakta, AHY masih sempat "sedih" dan menitikkan air mata sesaat keluar dari habitatnya (Baca: TNI) menjelang pencalonannya pada Pilgub Jakarta 2017 yang lalu. Tapi no problem, semua itu wajar Bro AHY. Tapi sempat terbaca saat itu, bukan murni keinginan Anda keluar atau meninggalkan habitat dari Barak Tentara yang mengisi jiwa dan karaktermu yang memang cocok di .Â
Hambatan AHY juga dalam meniti karir politiknya, adalah masih banyak pula elit PD yang belum menerima Anda sebagai pemimpinnya. Hal menjadi hambatan yang tidak bisa dianggap remeh. Mesti Anda banyak-banyak berdiskusi dengan elit PD sendiri. Peran senioritas PD masih sangat Anda butuhkan. Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus melepaskan AHY untuk dibina oleh senior PD.
AHY Masih Dini Memimpin PD
Walau judulnya "aklamasi", tapi AHY terkesan dipaksakan oleh Sang Ayah SBY untuk duduk sebagai Ketum PD. AHY juga janganlah menerima "ambisi politik" itu secara lugu sebagai "anak papa".Â
AHY harus tegar membaca kondisi internal dan eksternal. Kuatkan diri dulu secara internal. Itu lebih penting, jangan terlalu ambisi untuk maju di Pilpres 2024, AHY mungkin butuh 1 periode tambahan belajar untuk menyelami politik dan demokrasi itu sendiri.Â
Namun AHY terlanjur melakukan "manuver" menohok lingkaran istana (Baca: Moeldoko) yang diduga akan mengganti dirinya. Termasuk ikut dilibatkan kader elitnya sendiri. Semua itu AHY harus buktikan kebenarannya.
Bila tidak terbukti "dugaan kudeta" tersebut, bisa jadi bumerang "senjata makan tuan" pada diri AHY dan berpotensi terjadi Konferensi Luar Biasa (KLB) PD untuk mengganti posisinya sebagai Ketum PD. Karena pertemuan itu diduga dipromotori oleh mantan kader PD sendiri. Tentu ada maksud dibalik semua itu.Â
AHY sepertinya dianggap masih belia memimpin PD, apalagi masih banyak senior di PD yang lebih piawai berpolitik daripada AHY itu sendiri. Memang pula SBY terlalu dini mendorong AHY duduk di kursi panas Ketum PD. Ulangi, terkesan dipaksakan. Semoga itu hanya dugaan penulis saja.Â
Sebenarnya AHY perlu lebih sigap lagi menanti atau menghadapi "manuver" politik Anas Urbaningrum (AU) dari balik jeruji, mantan Ketum PD atau elit PD lainnya yang lebih senior. Apalagi AU masih punya banyak loyalis di PD. Bisa jadi memasang kuda-kuda "karpet biru" untuk AU setelah keluar dari penjara tahun 2023, setahun sebelum Pilpres 2024.
AHY lebih perlu konsolidasi internalnya sendiri daripada terpengaruh eksternal. AHY harus kerja keras untuk membuktikan kemampuannya pada tubuh PD sendiri, bahwa bisa menjadi leader yang baik. Itu yang harus menjadi fokusnya.Â