Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Diantara Moeldoko dan Anas Urbaningrum?!

5 Februari 2021   14:59 Diperbarui: 5 Februari 2021   16:28 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sepertinya AHY terkejut hadapi suasana politik yang baru saja digelutinya. AHY perlu lebih mematangkan diri dalam dunia politik, setelah menanggalkan baju tentaranya. Berat ya, karena langsung duduk pada kursi panas sebagai pucuk pimpinan partai." Asrul Hoesein, Direktur Eksekutif Green Indonesia Foundation #GiF Jakarta.

Mungkin Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) semakin tidak nyenyak tidur menikmati "dinamika" politik, setelah melakukan komperensi pers (kompers) di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Menteng, Jakarta, Senin (1/2).

Menduga ada upaya kudeta atau pengambilalihan posisi pucuk partainya, disinyalir akan dilakukan lewat Kongres Luar Biasa (KLB). Pernyataan itu ia sampaikan menyusul informasi yang ia terima soal dugaan pengambilalihan posisi Ketum Demokrat oleh pihak dari lingkaran "istana" Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selanjutnya AHY mengirim surat kepada Presiden Jokowi untuk meminta klarifikasi. Seharusnya tidak perlu ada surat itu, karena kemungkinan besar Jokowi tidak menjawab surat AHY tersebut. 

AHY ke depan bisa tidak stabil tidurnya menghadapi masalah dugaan "kudeta" terhadap dirinya itu. Saran penulis, agar AHY santai saja hadapi masalah pertemuan Kepala KSP Jenderal (Purn) Moeldoko tersebut dengan para kadernya, itu biasa sajalah Bro, itu dinamika politik model Indonesia yang tidak stabil. Kader partai loncat sana-sini seperti lalat mencari sampah, demi makanan "kekuasaan" di dunia semu. 

"Rangkul saja Jenderal Moeldoko, sesama TNI koq, untuk mengetahui siapa musuhmu sebenarnya. Pinjam pisau lawan, demikian pesan Sun Tzu dalam strategi Cina Kuno."

Seharusnya AHY bersikap santai secara eksternal, namun perlu konsolidasi ekstra kerja internal dengan adanya segelintir kadernya bertemu dengan Moeldoko. Karena AHY sendiri perlu sadar akan kondisi tidak semua elit partainya menerimanya sebagai Ketum PD (aklamasi).

Ada pertanyaan kecil penulis ajukan pada Bro AHY, bahwa apakah kader Anda yang bertemu dengan Jenderal Moeldoko itu di Hotel Aston Kuningan Jakarta, sudah melapor sebelumnya pada Anda sebagai Ketum PD, atau nanti setelahnya baru melapor atas pertemuan itu? Karena itu beda sifatnya, harus telisik lebih dalam itu Bro AHY. 

Kekeliruan besar AHY sebagai Ketum PD, karena juga langsung menyorot "bersamaan" kader senior PD dalam kompersnya, seharusnya abaikan internal dulu. Bila terpaksa menyorot, cukup eksternal saja untuk memperkecil resistensi. 

Karena menyorot secara majemuk, maka ahirnya AHY semakin berat melawan kubu eksternal dan internalnya sendiri secara bersamaan. Apalagi lingkaran Anda masih muda-muda (baca: dalam politik) menghadapi elit kader PD yang matang. 

Terkesan AHY masih hijau dalam berpolitik. Sebaiknya AHY lebih luwes dan jangan kelihatan kaku, semestinya keluar dari gaya tampil seperti sang ayah. Sepertinya AHY kaget dengan adanya situasi yang diduga akan melenserkan dirinya sebagai Ketum PD. AHY sepertinya perlu belajar strategi Sun Tzu, dekati musuhmu untuk melumpuhkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun