Dapat dibayangkan kalau kebijakan lockdown yang diterapkan, tentu kita tidak akan bisa beraktivitas lagi di luar rumah. Semuanya dilakukan dengan ekstra ketat dengan ancaman sanksi yang keras, bahkan setingkat di bawah darurat sipil. Untung Bapak Presiden tidak menerapkan lockdown atau darurat sipil. Padahal dunia telah mendesak Indonesia untuk menerapkan lockdown. Malah beberapa lawan politik mendorong untuk menerapkan lockdown.Â
Juga dengan mengamati perkembangan atas anjuran pemerintah dan seluruh organisasi keagamaan seperti MUI, DMI, PGI, Walubi dan PHDI yang masing-masing telah meminta umatnya menjalankan ibadah di rumah saja agar terhindar dari Corona. Semua telah dilakukan dengan patuh dan penuh disiplin. Terlepas adanya pro-kontra, karena itu sebuah keniscayaan dalam hidup kehidupan.Â
Namun pemberlakuan PSBB diberbagai tempat sepertinya tidak efektif. Sebagai follow up kelanjutan solusi, saat ini pemerintah telah memulai program new normal yang ditandai dengan kembali bekerjanya bagi yang berusia maksimal usia 45 tahun ke bawah. Itupun lagi-lagi banyak yang protes, karena dianggap lebih mendahulukan ekonomi daripada kesehatan. Sepertinya serba salah, tapi lanjutkan saja.
Yang Mulia Presiden, dalam surat terbuka ini, tanpa mengecualikan potensi permainan dan kegagalan terhadap bantuan-bantuan sosial terdampak Covid-19, karena jelas hal ini juga diduga akan terjadi malapetaka besar. Banyak yang prediksi akan salah sasaran, karena tidak memiliki data yang akurat dalam segala bidang, khususnya data kemiskinan dan pengangguran.Â
Termasuk data industri dan pengusaha saja tidak akurat. Ahirnya pemerintah dan pemda seperti kebingungan karena tidak miliki data valid. Jadi dengan adanya pandemi ini banyak hal-hal yang perlu segera diatasi. Karena sudah kelihatan kekurangannya. Perlu belajar banyak dan introspeksi, agar Indonesia segera berubah dan berbenah.
Usul Dialog Tokoh Agama
Yang Mulia Presiden, disarankan kepada Bapak Jokowi mengundang tokoh lintas agama untuk berdialog mencari solusi dalam melepaskan diri dari pandemi Covid-19. Termasuk akan mengawal new normal dan penyaluran bantuan-bantuan dengan melibatkan tokoh lintas agama, demi menghindari atau meminimalisir permainan curang. Kondisi negara kita darurat korupsi, maka perlu banyak penekanan dari sudut moralitas dan spiritual.
Kenapa kami selalu mendorong Bapak Presiden untuk melakukan dialog tokoh lintas agama, karena kelihatannya pandemi Covid-19 lebih sarat dan dominan membawa pesan moral dari pada pesan fisikly. Fakta sampai hari ini belum ditemukan wujud rupa dan obat pencegah dan pengobatan corona secara akurat, artinya Tuhan Ymk menutup pintu ilmunya dan membuka pintu taubat. Hanya pertobatan dan perubahan yang dapat mengusir virus Corona dari bumi.
Kami setuju seruan Bapak Presiden mengajak masyarakat berdamai dengan Covid-19 sampai ditemukan obatnya. Namun paling afdol dalam mengawal seruan berdamai itu adalah dengan melibatkan atau yang menjadi pelaku utama adalah tokoh agama, budayawan, tokoh adat, perguruan tinggi. Komunitas tersebut yang bisa turun ke lapangan untuk memberi pemahaman tentang makna berdamai dengan Covid-19.Â
Yang Mulia Presiden, bila pertemuan lintas agama dilaksanakan, atas nama rakyatmu yang resah, mengusulkan isi materi pertemuan yang menjadi pesan moral pandemi Covid-19 untuk segera di follow up atau dilakukan perubahan oleh pemerintah antara lain:
Pertama:Â Segera rancang skenario pelaksanaan Revolusi Mental dengan tegas dan bertanggung jawab, bukan hanya sekedar seremoni di setiap kementerian, lembaga sampai ke pemda. Juga melibatkan aparat hukum setiap pelaksanaan proyek pemerintah untuk mencegah korupsi, kolusi dan nepotisme.Â