Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan empat kandidat yang bakal menduduki kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara. Mereka adalah Komisaris Utama PT. Pertamina (persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok alias BTP, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tumiyana, dan Bupati Banyuwangi Azwar Anas, pada Senin (2/3/2020),
Lalu, siapa yang dipilih Presiden Jokowi ?
Sepertinya ada signal kuat mengarah ke Ahok. Disamping Jokowi sudah sangat paham siapa Ahok. Juga beberapa kalangan menganggap bahwa Badan Otorita Ibu Kota Negara sebaiknya dikepalai oleh sosok yang berkesesuaian atau pernah dan berpengalaman memimpin Ibu kota Negara. Kandidat lainnya belum ada yang pernah menjadi Gubernur DKI. Jakarta, selain Ahok.
Selain Ahok pernah menjadi Gubernur jugaebelumnya telah teruji sebagai bupati dan anggota DPR-RI. Sebenarnya bukan hanya pengalaman memimpin ibu kota negara tapi Ahok lebih teruji mempunyai kompetensi, kapabilitas, dan kapasitas untuk memimpin pembangunan ibu kota negara. Pejabat Kepala OTORITA Ibu kota negara baru, itu harus jujur, karena akan mengelola uang yang sangat besar.
Dilematis memang bila mencermati sosok Ahok yang fenomenal serta dinilai banyak kalangan orangnya tegas dan jujur. Pertamina juga butuhkan manusia-manusia super tegas dan tidak bisa dipengaruhi oleh materi. Sementara Ahok belum berbuat apa-apa DI Pertamina. Belum ada mafia migas yang ditemukan dan ditangkap.
Seharusnya Pertahankan Ahok di Pertamina
Penulis menilai bila Ahok dipilih menjadi Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara, maka apa yang pernah penulis prediksi bahwa Ahok
akan memanjat hujan terobos mafia migas Pertamina dan tidak akan terbuka jalannya untuk mendobrak mafia pertamina (Baca: Ahok Memanjat Hujan Terobos Mafia Migas 8/1/20).
Pertayaannya kenapa Menteri BUMN Eric Tohir dan Presiden Jokowi cepat-cepat "ingin" mengalihtugaskan Ahok ke Kalimantan Timur sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara ? Apakah ingin menyelamatkan diri atas adanya hambatan besar menyetop mafia migas...?!
Bagi seorang Ahok lebih mudah menjalankan jabatan sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara atau tidak seberat tugasnya sebagai Komisaris Utama Pertamina yang harus membongkar mafia migas yang sudah bertahun-tahun mendarah daging itu. Bongkarlah mafia migas, yang seakan mempunyai kekuatan yang "disegani" oleh pemerintah sendiri.
Buah simalakama terjadi bila Ahok tidak mampu memenuhi ekspektasi masyarakat. Ahok juga akan frustrasi dan mati langkah bila gagal menghentikan laju mafia migas. Dipastikan gerak langkah Ahok akan mati suri, karena kondisi politis yang memaksa harus mundur dari pertamina dan bisa jadi dimundurkan oleh kondisi dengan cara diberi jabatan baru.
Bila Presiden Jokowi lemah dan tidak konsisten dalam penegakan hukum, maka Ahok akan memanjat hujan dan gagal menghadapi mafia migas Pertamina?! Celaka bila kondisi ini terjadi. Penulis prediksi bahwa Ahok tidak akan mampu menerobos kekuatan mafia migas Pertamina. Karena musuh itu tidaklah terlalu jauh dan sangat dekat.