"Sepanjang Kementerian Pertanian tidak memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku utama pupuk organik. Maka mustahil target pemenunuhan subsidi 1 ton/tahun tercapai. Hal ini menjadi PR besar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo" Asrul Hoesein, Direktur Green Indonesia Foundation Jakarta.
Salah satu syarat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) bila ingin berhasil membuktikan profesionalismenya untuk melakukan loncatan pengembangan pertanian di Indonesia, lebih utama yang harus dilakukannya adalah memenuhi target produksi yang berqualitas dalam subsidi pupuk organik yang lalai dilaksanakan oleh pendahulunya.
Termasuk Mentan SYL sangat penting membekali ilmu dan pengetahuan tentang pupuk organik kepada tenaga penyuluh lapang pertanian (PPL) dan para petani itu sendiri. Karena selama ini, ditemukan dilapangan bahwa justru PPL juga minim pengetahuan tentang pupuk organik.Â
Seharusnya petani dimampukan untuk memproduksi pupuk organik berbasis sampah organik dan limbah pertanian yang berlimpah.
PPL minim pengetahuan maka akhirnya petani tidak tertarik menggunakan pupuk organik. Padahal pupuk organik sangat menolong petani dalam menurunkan biaya produksi dan sekaligus meningkatkan hasil produksinya.Â
Itulah kelebihan pupuk organik karena mengembalikan unsur hara tanah yang hilang akibat pupuk kimia. Termasuk salah satu sebab Indonesia masih impor beras, karena belum mengembangkan pertanian organik.Â
Hanya pertanian organik yang mampu melawan impor beras dan jenis produk tanaman pangan lainnya.
Perlu diketahui bahwa pemenuhan subsidi pupuk organik selama ini gagal total, semua Menteri Pertanian selama ini, belum ada yang berhasil memenuhi target subsidi pupuk organik.Â
Termasuk kualitas dari pupuk organik subsidi itu sendiri, nyaris tidak memenuhi standar SNI Pupuk Organik Indonesia. Ini salah satu peluang sekaligus ancaman bagi Mentan SYL.Â
SYL harus cermat menelisik masalah pupuk organik tersebut. Jangan percaya dulu bawahan yang memberi informasi subyektif, telisik di lapangan.