Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Kita" dalam Urusan Sampah

6 Januari 2019   04:29 Diperbarui: 6 Januari 2019   13:49 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penulis dan Gerobak Sampah. Sumber: Pribadi

Jakarta (6/1) - Dalam mengelola negara memang dibutuhkan manusia  yang berjiwa besar dan berkarakter "negarawan" artinya orang yang sudah keluar dari kepentingan diri dan kelompoknya. Manusia yang berwawasan luas, luwes sekaligus disiplin dan tegas serta berani menembus batas kepentingan diri, keluarga, kolega dan kelompoknya.

Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu mahluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya, maksudnya tiap  manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Khususnya dalam urusan negara, urusan sampah, haruslah kita bersatu mengurai masalahnya. Tidak terkecuali masalah sampah plastik yang sangat di"heboh"kan itu. Padahalmasalah sampah plastik ini, sangatlah mudah diselesaikan, sepanjang memang kita punya niat baik dan suci ber negara dan ber bangsa, tanah air Indonesia.

"Kenali dirimu dan kenali musuhmu, seribu peperangan, seribu kemenangan" demikian Sun Tzu dalam salah satu strategi "China Kuno" yang cukup terkenal dan ampuh dalam perang hidup dan kehidupan ini.

Ketika Tuhan Ymk berkata kepada para malaikat, "Aku akan menciptkan di bumi ini seorang Khalifah" (Al-Baqarah: 30). Sebagai Khalifah di bumi, manusia mempunyai peran penting yang dijalankan sampai akhir zaman, diantaranya: Memakmurkan Bumi (al-'imarah), memelihara Bumi (ar-ri'ayah) dan Perlindungan (al-hifdh):

Kita Diantara Khalifah Terpilih

Semua manusia adalah khalifah. Sebagai orang terpilih - panutan -tokoh - tentu tidak banyak dalam satu kampung, desa, kota atau negara. Termasuk dalam bidang pekerjaan atau keahlian baik itu birokrasi, akademisi, pengusaha, pemerhati, jurnalistik, lembaga swadaya atau sekalian pembaca tulisan ini adalah khalifah yang terpilih. Iqra (baca) menjadi kunci utama khalifah yang bijak dalam mengembang tugasnya.

Beruntunglah  "kita" bila berada pada orang-orang terpilih tersebut oleh Tuhan YMK. Bersyukurlah kita bila menjadi khalifah atau pemimpin terpilih diantara khalifah lainnya dalam sesuatu bidang atau disiplin ilmu, pekerjaan ataupun pengalaman.

Bukti kesyukuran itu tentu Tuhan Ymk menghendakinya dengan sebuah perbuatan atau tingkah laku yang bukan hanya retorika atau kata berbalas kata atau pantun berbalas pantun atau hanya dalam bentuk perdebatan yang tidak ada awal (tanpa substansi) dan ujungnya (tanpa target), kecuali hanya untuk mengamankan diri dan kelompoknya atau selamatkan diri masing-masing.

Awal solusi adalah mengakui kesalahan atau mengapresiasi kebenaran orang lain, dan itu salah satu wujud kesyukuran atas keterbatasan yang diberikan oleh Tuhan Maha Pencipta. Karena manusia "perorangan serba terbatas" namun manusia dalam sebuah kelompok itu harus mendekati kesempurnaan bila tidak bisa full sempurna. Tapi harus mendekati kesempurnaan, karena disanalah bertemu "keanekaragaman kelebihan yang bersatu" untuk memecahkan sebuah masalah, serta jangan menambah masalah diatas masalah.

Dalam mengelola bumi "Indonesia" khususnya soal sampah yang semakin menunjukkan ketidakpastian solusi, maka dibutuhkan "niat dan pemikiran jernih" dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).

Tanggung jawab pemerintah dan kita yang terpilih ini adalah memberikan pemahaman yang benar serta massif kepada masyarakat, konsisten dan tepat sasaran. Apalagi kebijakan publik seharusnya memberikan solusi bukan membebankan masyarakat atau dunia usaha atau industri serta perdagangan. Bukan malah ikut merusak tatanan ekonomi, sosial dan budaya. Semoga tidak berimplikasi pada stabilitas dan keamanan nasional.

Seharusnya pemerintah dan kita turun tangan "mencegah" kebijakan yang bisa mendatangkan masalah baru. Jangan coba-coba mengurus sampah, bila masih ada unsur subyektifitas sikapi sampah. Karena kita akan menjadi manusia sampah, janganlah ingkar dari status sebagai khalifah di muka bumi. Khalifah bukan sampah, tapi adalah pemimpin yang menjadi wakil Tuhan, Allah Swt di muka bumi ini. Bumi adalah saudara kembar kita. Mari kita bersama memelihara dan menjaganya.

 Bagaimana pendapat Anda ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun