Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Nonaktif dan SBY Keluar dari Partai Demokrat

31 Juli 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anas-SBY

Bismillahirahmanirrahim.....sengaja saya dahului Basmalah, agar Anas Urbaningrum (AU) dan SBY khususnya mengikuti atau mempertimbangkan substansi postingan ini. Mungkin judul postingan ini terlalu menyorot dan bisa jadi dikatakan subyektif. Namun ini merupakan jerihatan hati sebagian besar rakyat Indonesia. Sekedar diingatkan bahwa saya tidak punya kepentingan atau kemarahan "khusus" kepada Partai Demokrat (PD) dan juga terhadap partai lainnya (saya non partai, hanya rakyat biasa yang sedang belajar menganalisa tingkah polah para politikus dan penegak hukum khususnya), terkhusus lagi para politikus yang sedikit gila alias nakal atau gemar merampok “korupsi” uang rakyat (baik yang sudah terjerat hukum maupun yang sementara diduga).

Merupakan bukti hormat pada SBY dan menginginkan republic ini meminimalisir carut marut politik, penegakan hukum, dll yang semakin mendera dan mencederai rakyat, bisa jadi akan membunuh secara pelan dan pasti bila dibiarkan. Tanpa hentinya saya menggugah dengan sebuah kekuatan kecil (namun semoga ini tidak berbaur menjadi sebuah kekuatan besar kelak bila diabaikan).

Para kader dan simpatisan Partai Demokrat (PD) janganlah alergi mendengar, menerima saran dan bisa jadi kritikan pedas. Kenapa??? Jangan salahkan pengamat, media atau person/komunitas lain diluar PD. Fakta, bahwa semua ini wajar dikoreksi karena; para elite PD, bulan-bulan terakhir ini banyak disorot oleh media dan public akibat Nazar Gate (besar kemungkinan masalah PD ini akan dijadikan kayu bakar oleh partai pesaing PD lainnya, itu urusan mereka), juga PD merupakan partai penguasa, partai pemenang pemilu, partai yang “sangat” mendominasi kursi DPR-RI, partai yang membawa atau mengantar seorang anak bangsa “terbaik” yang juga pendiri (owner) PD yang bernama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden RI dua periode (2004-2009 dan 2009-2014). Jangan emosional menerima kritik dari public, karena memang kedaulatan ada ditangan rakyat (ini berkah bagi Anda, kelola dengan baik dan benar kritik itu, itu bisa jadi merupakan kekuatan dikemudian hari), sebaiknya tenang dan introsfeksi atas apa yang terjadi. Jangan sembarang menyalahkan, tapi bercerminlah atas apa yang terjadi, lalu bertindak (bereaksi) dengan cerdas dan amanah.

Jadi berhati-hatilah, karena orang cenderung berbohong bila berada pada posisi terdesak, kami juga masyarakat tidak langsung percaya 100% atas tuduhan Nazar begitu juga pembelaan yang dilakukan oleh Anas Urbaningrum (AU), dll termasuk Chandra M.Hamzah,dll yang disebut Nazar itu (waktu akan mengujinya, kepercayaan terbentuk oleh waktu, kepercayaan tidak bisa dibeli, tapi harus dijalani). Untuk sementara “jujur” saya memilih “opsi bohong” semuanya. Karena, tidak ada yang berani menyerahkan diri (kelompok) kepada penegak hukum, baru untuk sementara Institusi KPK , saya sedikit percaya karena membentuk Komite Etik untuk memeriksa oknum KPK yang diduga terlibat itu.

Ini memang idealnya, jangan tunggu Nazar memberi bukti, tapi harusnya segera penegak hukum lakukan penyelidikan terhadap saksi-saksi dan yang terduga bermasalah, jangan sampai ada orang menyusul “kabur” Nazar keluar negeri. Bagi yang disebut Nazar, tidak perlu berdalih untuk menyuruh Nazar memberi bukti, tugas penegak hukum untuk menyelidiki dan mencari bukti-bukti itu.

Laporan AU tentang pencemaran nama baiknya pada Mabes Polri (yang heboh itu, karena diperiksa di Polres Blitar, artinya memang formalitas tapi sensitifitas tidak ada baik itu polri maupun AU/PD), laporan ini bisa jadi kontra produktif dengan tuduhan itu sendiri. Atau bisa jadi laporan AU itu menjadi Klu bagi Polri untuk menyelidiki kebenaran atau kebohongan Nazaruddin atau sebaliknya. Mestinya buktikan dulu AU tidak bersalah lalu masuk tuntutan pencemaran nama baik. Hukum Indonesia memang kacau balau. Tentang laporan AU ini menjadikan polri kerja panjang dan bisa jadi berbalik (senjata makan tuan) terkena ke AU sendiri getahnya. Ah, kita kawal laporan ini, bagaimana endingnya. Apa cuma sandiwara saja??? tapi entahlah, PR bagi Polri, Ingat....rakyat mengintaimu, terlebih media itu sendiri yang selalu disalahkan.

Solusi Cerdas namun Pedih untuk Partai Demokrat adalah:

1.Presiden SBY sesegera mungkin keluar dari PD dan konsentrasi (focus) mengurus negeri ini, khususnya beberapa masalah yang sangat serius al: penegakan hukum, pemberantasan korupsi, perpolitikan, kesejahteraan dan kemandirian rakyat, termasuk TKI/TKW, dll. Pak SBY sebaiknya buat terobosan dan tinggalkan “kesan positif” pasca 2014. Artinya Pak SBY tidak usah berparpol lagi. Ingat Pak SBY jangan sampai terlalu kejar yang belum ada, tapi yang dikandung berceceran. Waktu Pak SBY tinggal beberapa tahun lagi. Serahkan dan percayakan saja PD itu kepada kader lainnya. Biarkan kader PD berkreasi sendiri dalam menata PD ke depan.

2.Bila Pak SBY keluar dari PD, maka dengan mudahnya melihat masalah dari luar, termasuk partai lainnya, karena hampir semua partai bermasalah dalam “khusus” posisi “eksistensi” pendanaannya (disini virus masalahnya). Pak SBY sebaiknya konsentrasi menyiapkan atau merevisi UU perpolitikan termasuk KPU, agar ke depan perpolitikan (demokrasi) di Indonesia bisa berjalan sesuai harapan. Letakkan pondasi itu Pak SBY, Insya Allah, rakyat akan mendukung dan simpati kepada Pak SBY. Jangan terlalu percaya info dari sekeliling Pak SBY, analisa setiap informasi dan aktifkan intelijen Pak SBY.

3.Demi eksistensi PD dan kepercayaan masyarakat terjaga, sebaiknya sesegera mungkin AU nonaktif, SBY tunjuk Pjs. Ketum pengganti AU. Atau sekalian KLB (Konggres Luar Biasa). Ingat bahwa 2014 tidak lama lagi, PD kalau terlambat konsolidasi maka kiamat bagi PD. Karena susah rasanya diterima logika politik, logika hukum, logika persaingan, termasuk logika bodoh saya bila AU mampu memimpin PD dalam kondisi carut marut ini. Karena bila masalah “info” Nazar dan beberapa orang/sopir Nazar tidak ditindaklanjuti atau diselidiki (lidik) oleh KPK, Polri dan Jaksa, alamat kiamat pula bagi lembaga penegak hukum itu. Ini merupakan PR bersama yang harus diselesaikan, termasuk rakyat dan media harus mendukung penyelesaian masalah ini.

4.Sebenarnya, sangat diketahui kenapa Pak SBY pingin PD mengusai kembali republic ini (pasca 2014, dst), karena ini merupakan tradisi "hal biasa" para pemimpin termasuk para kepala daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota)…ya dipahami sendiri…??? Khusus SBY, sangat berbahaya dan bisa menimbulkan kecurigaan bila “ngotot” mempertahankan kekuasaan ini. Jadi sebaiknya Pak SBY kembali berpikir dalam konteks ini dan Nasehati kadernya agar lebih "banyak" belajar lagi tentang politik dan komunikasi.

5.Saat ini “diyakini” bahwa tidak semua kader PD solid dengan sang Ketum AU, saya perkirakan 51% kesal dengan AU karena “gosip” yang mendera ketuanya itu. Semoga para kader PD tidak mengatakan KLB Anas (Kenapa Lu Begitu Anas). Bila ini terjadi maka benarlah Anas menduduki Kursi Panas. Begitupun sebaliknya bila AU berani dan yakin bersih dan memang benar-benar bersih setelah diselidiki maka pantaslah AU masuk dalam deretan calon pemimpin di republic ini, mungkin termasuk saya ikut memilihnya, bila kelak menuju RI-1, tapi itu nanti di periode 2019-2024 > baca Partai Demokrat Tidak Melembaga (ini masanya Anas, bila sekarang dinyatakan bersih dari tuduhan Nazar). Karena periode 2014-2019, Anas masih terlalu muda untuk memimpin Indonesia. Ini yang perlu dikalkulasi oleh AU, AU belum punya kharisma dan dana untuk menunjang menuju RI-1. Prediksi saya untuk 2014-2019 Partai Golkar (PG) akan memimpin Indonesia. Mungkin nanti PG akan koalisi dengan Partai Nasdem. Itulah pesaing hebat yang harus diperhitungkan oleh PD saat ini.

Sayang sekali bila Pak SBY meninggalkan kursi presiden dalam cemohan, tidak mudah memimpin Indonesia dua periode. Karena beliau juga banyak berkarya untuk Indonesia (itu tidak disangkal dan harus diakui). Sebagai WNI sangat diharapkan SBY konsentrasi mengurus negeri ini. Kita tunggu SBY mengundurkan diri dari PD (sebenarnya pada saat Rakornas Sentul, saya tunggu Pak SBY mundur). Juga AU dan Isterinya serta kader elite PD lainnya mundur dari jabatan (non aktif) lalu menyerahkan diri dan asetnya untuk diaudit/diselidiki. Ini merupakan kesempatan emas “momentum” bagi AU dan SBY untuk mengangkat popularitasnya bila memang benar bersih dan menampik secara cerdas tuduhan Nazar, Ini yang cerdas, hindari bantah-bantahan, masyarakat ketawai dan ngejek semua itu (rakyat ini bukan batu, tapi manusia yang sudah cerdas dan kritis).

Satu kalimat untuk Pak SBY, lebih baik pecah telur satu dari pada pecah keseluruhan. Pak SBY tidak boleh lengah disini, semakin membiarkan kasus ini, akan semakin besar dan menggerogoti diri pribadi Pak SBY beserta PD dan seluruh kadernya yang tersebar di Indonesia.

1. Partai Demokrat Tidak Melembaga

2. Nazaruddin vs Anas serta Eksistensi-SBY, KPK dan Polri

GIH Foundation

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun