Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Intip Arah Kiblat

16 Juli 2010   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:49 3143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_195867" align="aligncenter" width="500" caption="Masjidil Haram "Ka'bah" Mekkah dan Arah Shalat dari Indonesia. dok_rul.2010"][/caption]

Minggu terakhir ini, kita dihadapkan berita, perdebatan atau perbincangan masalah arah kiblat (shalat) umat Islam. Sebenarnya masalah ini, bukanlah baru dibicarakan di Indonesia, namun jauh sebelumnya sudah diangkat dan dibahas oleh Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng. dalam pada “kalang” Suara Merdeka, 1 Juni 2003, lalu diangkat lagi oleh Ahmad Izzuddin HMR, S.Ag. dosen Hisab Rukyah IAIN Walisongo Semarang, Anggota Badan Hisab Rukyah Jawa Tengah. Selanjutnya, dengan berdasar hal tersebut diatas,penulis mengangkat kembali dengan substansi yang sama “luruskan arah shalat dengan kiblat” ini pada tahun 2004 melalui “Majalah Intelijen”No.13/2004, Hal 31, Rubrik Proreligius, dengan judul “Perlu Meluruskan Kiblat Masjid” (kebetulan penulis waktu itu sebagai pemimpin redaksi majalah tersebut).

Tulisan saudara Ir. Totok Roesmanto menyebutkan perbedaan-perbedaan itu, misalnya Masjid Menara Kudus memiliki sumbu bangunan 25° ke arah utara, Masjid Kotagede yang menempati lahan bekas dalem Ki Ageng Pemanahan sumbu bangunannya 19°, Masjid Mantingan Jepara sumbu bangunannya hampir 40°, Masjid Agung Jepara 15°, Masjid Tembayat Klaten 26° dan Masjid Agung Surakarta bergeser 10°.

Data tersebut membuktikan bahwa hasil pengamatan Ditbinbapera Islam (Depag RI) menyimpulkan selama ini arah kiblat masjid yang banyak tersebar di tengah masyarakat, satu sama lain masih ada perbedaan-perbedaan, bahkan perbedaan mencapai lebih 20°, itu tidak keliru dan tidak berlebihan. Ketika arah kiblat Masjid Besar Kauman (waktu itu masih dalam proses pembangunan), kontraktornya mengukur dengan arah kiblat masjid tersebut hanya 14° dari titik barat ke utara. Padahal menurut perhitungan astronomi yang akurat, arah kiblat untuk semarang 24,5°. Melihat phenomena itu, kiranya kita perlu meluruskan kiblat masji agar dapat memberikan kenyakinan dalam beribadah secara ainul yakin atau mendekati atau bahkan sampai haqul yakin, bahwa kita benar-benar menghadap kiblat (kabah), karena perbedaan perderajat saja sudah memberikan perbedaan ke melencengan arah 100 an kilometer. Bagaimana kalau perbedaan puluhan derajat, bisa-bisa arah kiblat melenceng jauh dari Masjidil Haram di Makkah dimana didalamnya terdapat Baitullah (Ka’bah).

Meluruskan Arah Shalat dengan Posisi Ka’bah

Menghadap ke Baitullah hukumnya wajib bagi yang melakukan shalat, hanya sekarang timbul pertanyaan apakah harus persis menghadap ke Baitullah atau boleh kea rah taksirannya saja. Dalam hal ini kita memahami bahwa Agama Islam bukan agama yang sulit dan memberatkan.

[caption id="attachment_195873" align="aligncenter" width="499" caption="Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. dok_rul62"][/caption]

Sebagaimana Firman Allah swt. dalam Al-Quran yang artinya adalah “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya, dst…..” (QS. Al-Baqarah 286).

Apalagi dalam soal kiblat, kita diperintahkan menghadap kiblat dengan lapas “syathrah” artinya “arah”. Karena itu bagi yang langsung dapat melihat kabah baginya wajib berusaha agar dapat menghadap persis ke Ka’bah, agar dapat menghadap persis ke Ka’bah. Untuk yang tidak langsung dapat melihat Ka’bah karena terhalang atau jauh, mereka wajib menghadap kearah yang terdekat sehingga kita bisa melafalkan niat “mustaqbilal qiblah” untuk mengawali shalat.

Kita perlu berusaha agar arah kiblat yang kita pergunakan mendekati persis menghadap ke Baitullah. Jika arah tersebut kita temukan berdasarkan hasil ilmu pengetahuan misalnya, kita wajib mempergunakan arah tersebut selama belum memperoleh hasil yang lebih teliti lagi, hal ini relevan dengan Firman Allah dalam Al-Quran yang artinya “…….sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah yang orang-orang yang mempunyai akal….” (QS. AZ-Zumar 17-18).

Namun kita perlu mencari kesimpulan arah, mana yang paling mendekati kebenaran pada arah kiblat sebenarnya. Dengan demikian untuk menyikapi banyaknya perbedaan dalam besaran-besaran sudut penunjuk arah kiblat yang terjadi di masyarakat selama ini perlu adanya pengecekan kembali dengan melakukan pengukuran arah kiblat (disinilah peran Majelis Ulama Indonesia).

Semestinya banyak system penentuan arah kiblat yang dapat dikategorikan akurat, seperti dengan menentukan azimuth kiblat, scientific caluculator, atau dibantu alat teknologi canggih semacam theodolite dan global position system (GPS) atau dengan cara tradisional. Yakni melihat bayang-bayang matahari pada waktu tertentu (rashdul kiblat) setelah mengetahui data lintang dan bujur tempat serta mengetahui lintang dan bujur ka’bah atau Arah kiblat masjid dgn Google Earth atau Qiblalocator.

Bagaimana dengan kompas? Kompas yang selama ini beredar di masyarakat kiranya dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat, namun masih sebatas ancar-ancar yang masih perlu di cek kebenarannya. Karena berbagai model kompas masih mempunyai kesalahan yang bervariasi sesuai dengan kondisi tempat (magnetic variation). Apalagi di daerah yang banyak baja atau besinya, akan mengganggu penunjukan utara selatan magnet. Secara garis besar arah kiblat berdasarkan perhitungan astronomi untuk daerah Jawa tengah sekitar 24-25° dari titik barat sejati kearah utara sejati, sehingga dapat di cek dengan sudut busur tersebut setelah mengetahui arah utara selatan sejati.

Salah satu cara tradisional yang dapat menghasilkan akurat adalah dengan baying-bayang matahari sebelum ada dan sesudah kulminasi matahari dalam sebuah lingkaran. Atau dengan cara yang sangat sederhana yakni rashdul kiblat setiap tanggal 28 Mei pk. 16.18 atau setiap tanggal 16 Juli pk. 16.27 (pada saat tsb matahari berada pas diatas ka’bah). Semua benda tegak lurus adalah arah kiblat, sebagaimana pendapat tokoh kharismatik ilmu khisab alamarhum K.H. Turaichan Kudus. Walaupun pada dasarnya rashdul kiblat dapat dihitung dalam setiap harinya dengan mengetahui deklinasi matahari. Hanya penetapan dua hari rashdul kiblat oleh K.H. Turaichan Kudus tersebut adalah atas pertimbangan lebih akurat dan realistis. Karena itu, untuk mendapatkan kenyakinan dan kemantapan amal ibadah kita dengan ainul yakin atau paling tidak atau bahkan sampai dengan haqul yakin. Marilah kita berusaha meluruskan arah kiblat masjid dan mushallah kita agar ibadah shalat mendekati persis menghadap ke Baitullah (arah masjid disempurnakan menghadap barat laut), sehingga ketika shalat kita yakin benar telah “mustaqbilal qiblah”.

Inilah semua merupakan salah satu kebesaran Islam, tidak ada kesusahan didalamnya namun hanya kemudahan semata, Janganlah dengan masalah arah kiblat ini, menjadikan perselisihan diantara kita, ambil hikmah didalamnya karena semua ini adalah Rahmat dan Barokah dari Allah swt, agar kita “iqra” selalu belajar dan belajar agar mengikuti perkembangan teknologi (zaman), serta  mari membangun pikiran dan perasaan positif diantara umat.

Postingan terkait :

Menyoal Arah Kiblat by Syariefuddin Soeltan dan klik di sini

Gempa Tidak Merubah Arah Kiblat

Penunjuk Arah Kiblat - Peta Google

Menteri Agama: Masyarakat Jangan Panik dengan Arah Kiblat

Kiblat ke Barat Berarti Salat Menghadap Afrika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun