Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sampah Kota, Masalah dan Peluang

17 April 2010   14:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan sampah kota tidak hanya teknis, tetapi juga social, ekonomi dan budaya. Masalah utama sampah kota umumnya terjadi di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) terutama di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung dan Makassar serta hamper menjadi masalah di beberapa Kab/Kota lainnya di Indonesia. Masalah tersebut diantaranya keterbatasan lahan TPA, produksi sampah yang terus meningkat, teknologi proses yang tidak efisien dan tidak ramah lingkungan, serta belum dapat dipasarkannya produk hasil sampingan sampah kota. Padahal, produk hasil sampingan sampah sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan pemerintah, misalnya pupuk organic, biogas, dan tenaga listrik.

Pupuk organic bisa menggantikan pupuk kimia (pupuk anorganik) yang harganya tinggi serta langka dan selalu meningkat seiring dengan meningkatnya harga BBM. Demikian pula biogas atau tenaga listrik sampah adalah bahan energi alternative (biofuel) yang dapat diperbaharui (renewable) sebagai pengganti bahan baker BBM yang semakin langka dan mahal. Oleh karena itu, para pengambil kebijakan pengelola sampah kota dituntut untuk menemukan pengelolaan lingkungan yang berbasis system produksi. Artinya, sampah dilihat sebagai bahan baku untuk diproses menjadi produk komersial yang dapat dijual serta bersih lingkungan.

Permasalahan yang muncul di TPA, akan merambat kearah hulu yang mengakibatkan terhenti atau terhambatnya pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPA. Dampaknya, sampah akan menggunung di kota disertai akumulasi polusi yang ditimbulkannya.

Untuk mengatasi masalah sampah, dibutuhkan system pengelolaan yang baik. Pengelolaan sampah kota bertujuan agar tercipta kebersihan lingkungan. Dengan armada angkutan sampah yang besar, jumlah personil yang memadai, keteraturan jadwal, serta ketepatan lokasi obyek sampah maka masalah kebersihan lingkungan di sumber sampah dapat diatasi dengan baik. Tapi hal tersebut mustahil terlaksana, karena memerlukan sumberdaya yang sangat tinggi. Maka dibutuhkan beberapa alternative cara mengatasi masalah sampah kota, misalnya dengan menerapkan teknologi terapan, baik yang sudah dikenal atau belum dikenal di Indonesia. Misalnya, penggunaan teknologi terapan di TPS (Tempat Penampungan Sementara) dan kombinasi teknologi di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sehingga dihasilkan produk yang habis terjual atau termanfaatkan kembali. Dalam merealisir pola tarapan tersebut, mungkin sebaiknya system yang baik diterapkan oleh pemerintah adalah system se-desentralisasi (Pengelolaan di TPS dan TPA, pola Inti-Plasma. Pengelolaan sistem sentralisasi (hanya mengelola di TPA) sangatlah rumit apalagi system desentralisasi (hanya mengelola di TPS) sama rumitnya karena paradigm masyarakat yang belum berubah mengenai sampah. Setidaknya masalah sampah tersebut juga merupakan sebuah peluang usaha, setidaknya yang paling sederhana adalah mengolahnya menjadi pupuk organic dengan pola/sistem utama adalah se-desentralisasi, yang dimotori oleh pemerintah, bila perlu bentuk perusda khusus menangani sampah perkotaan.

Beberapa tahun belakang ini, bahan pangan, terutama sayuran yang dibudidayakan secara organik mulai digandrungi masyarakat. Mereka mulai menyadari kalau bahan makanan yang dibudidayakan secara organic itu lebih sehat dan lebih aman. Dikatakan lebih aman karena pada bahan makanan tersebut tidak tertinggal sisa pestisida/pupuk yang mengandung bahan kimia berbahaya bagi tubuh manusia.

Bangun Pertanian Organik

Bertani secara organic berarti semua pupuk dan pestisida yang digunakan terbuat dari bahan-bahan organic, seperti kompos dan pestisida nabati. Kompos menjadi pupuk utama sehingga untuk mengembangkan pertanian organic dibutuhkan dalam jumlah banyak. Nah bahan baku utama pembuatan kompos ini adalah sampah organik yaitu sampah perumahan, sampah pasar, serbuk gergaji, kotoran hewan, abu hasil pembakaran sekam padi, dan masih banyak lagi yang semuanya terbuang atau terabaikan selama ini, yang lucunya malah menjadi masalah selama ini. Kita kelola dengan cerdas sampah ini, sehingga bisa berhasil guna dan bermanfaat serta mengurangi pencemaran lingkungan. Karena pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah. Mari kita mengambil hikmah dalam masalah sampah ini dengan menjadikannya sebagai peluang usaha serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun