Selaku dosen, tentu dunia tulis menulis sangatlah tidak asing. Mengingat tugas dosen adalah menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Namun apakah semua dosen hobi menulis? tentu saja tidak. Berdasarkan pengalaman saya, teman-teman dosen hanya sebagian kecil yang senang menulis dan menjadikannya sebuah hobi. Sisanya menulis karena tuntutan tridharma. Misalnya dosen menulis artikel ilmiah yang kemudian dipublikasikan melalui jurnal ilmiah maupun prosiding ilmiah. Ketika telah terpublikasi maka artikel jurnal atau prosiding tersebut dapat digunakan sebagai bahan laporan Kinerja Dosen (bagi yang sudah sertifikasi). Atau dapat juga dijadikan bahan untuk mengisi borang kenaikan pangkat, dan kebutuhan-kebutuhan administrasi lainnya.
saya meyakini satu konsep, yaitu "jika suatu pekerjaan dianggap sebagai beban atau tuntutan, maka dalam proses pengerjaannya akan terasa berat, menyakitkan dan terpaksa". Sangat berbeda halnya dengan menjadikan pekerjaan itu menjadi hobi misalnya, maka proses pengerjaannya tentu akan terasa lebih ringan, dinikmati, dan tentunya menyenangkan. Begitu pula adanya dengan aktivitas menulis. Banyak dari kita yang menganggapnya sebagai sebuah beban, sehingga tidak heran kemudian hal itu menyebabkan kesulitan dan munculnya keengganan untuk menulis.
Sepertinya kita perlu sedikit memaksa diri untuk sebuah hobi, termasuk hobi menulis. Saya teringat dengan beberapa film tentang perjodohan. Sepasang muda-mudi dijodohkan orang tua mereka, padahal mereka tidak saling mencintai. Karena tidak ingin melukai hati orang tua mereka, pernikahanpun berlangsung. Mereka berusaha belajar saling mencintai satu sama lain. Lambat laun, seiring dengan intens-nya interaksi antara mereka, benih-benih cintapun muncul di antara keduanya. Sama halnya dengan memaksa diri untuk hobi menulis. Dengan meningkatkan intensitas menulis (setiap hari, misalnya), maka tentu kecintaan akan dunia tulis-menulis juga akan muncul dengan sendirinya.
menurut saya, para penulis hebat itu tidak hanya menulis satu dua kali. Malahan sebagian besar waktu dalam kehidupannya dihabisakan untuk menyepi dan menuliskan apa yang ingin ditulisnya. Berkali-kali, berulang-ulang. Saya meyakini bahwa untuk menjadi penulis hebat itu tidak terlalu memerlukan teori menulis yang banyak, akan tapi membutuhkan latihan menulis atau praktik menulis yang terus-menerus dan berulang-ulang. Intinya, JAM TERBANG is POWER...!!! dalam bidang apapun, termasuk dalam dunia M E N U L I S.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI