Mohon tunggu...
Hasrul Baharuddin
Hasrul Baharuddin Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa, yang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ironi Bus Damri

14 Februari 2015   02:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_350971" align="aligncenter" width="512" caption="Bagian depan Kantor Perwakilan DAMRI Parepare"][/caption]

Langit mendung kala itu, kota Parepare sama seperti biasa, penuh dengan hiruk pikuk kota niaga. Anak sekolah silih berganti berseliweran dengan seragam yang berwarna warni. Maklum hari itu adalah hari kamis, semua siswa memakai baju batik yang berbeda-beda. Hari ini saya berencana kembali ke Makassar. Setelah selama 3 hari saya kembali ke kampung halaman di Suppa, Pinrang. Penumpang masih sedikit rupanya ketika saya sampai di kantor perwakilan DAMRI, baru ada 3 orang. Saya kira sudah banyak tadi, bahkan saya kira sudah ketinggalan bus. Pas saya tanya petugasnya ternyata busnya belum datang. Saya pun pamit dengan bapak yang kebetulan berbaik hati mau mengantar saya. Sambil menunggu busnya datang, saya memutuskan duduk sejenak.

Hari itu terlihat ada dua petugas yang berjaga. Yang satunya tertidur pulas didalam kantor, mungkin karna kelelahan bekerja seharian menunggu penumpang yang tak kunjung datang. Terus yang satunya lagi sedang asik-asiknya duduk sambil mengepulkan asap dari mulutnya. Lama tak berselang ia kemudian sibuk menelpon sana-sini. Kalau dilihat memang kondisi kantor perwakilan DAMRI ini sangat memprihatinkan. Dari segi fasilitas, ada sekitar 18 tempat duduk yang tersedia yang kelihatan tidak diatur. Tamannya pun tak kalah rimbun dan tinggi dengan kantor perwakilan bus DAMRI. Pun dengan sampah, banyak tersebar dimana-mana. Sementara saya tidak melihat satu pun tempat sampah yang tersedia. Bangunannya pun terlihat sangat tua. Pas masuk kedalam, ruangan terlihat berantakan, saya sampai tidak bisa membedakan yang tempat berkas dan yang mana tempat barang penumpang yang dititip. Ruangan agak gelap, seperti tempat syuting film horor. Hehehe. Pas masuk WC, ternyata kejutannya berlanjut. Pintunya sudak reok, bahkan tidak layak disebut pintu. Dengan kondisi se"istimewa" ini, pikir saya mungkin saja kantor perwakilan DAMRI ini lupa dirawat.

Ini hanyalah satu dari sekian banyak catatan merah bagi dunia transportasi Indonesia. Padahal transportasi yang baik adalah kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh rakyat indonesia. Maka jangan heran, kepemilikan kendaraan pribadi terus meningkan dan bahkan menjadi tak terkendali. Orang-orang lebih memilih menggunakan kendaraan sendiri daripada menggunakan transportasi umum. Ironisnya, hal ini juga berdampak pada angka kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) yang meningkat dari tahun ketahun. Pemerintah tampaknya harus secara serius memperbaiki transportasi umum ini, mulai dari infrastruktur, kendaraan, kesejahteraan pegawai, dan bahkan sampai ketersediaan informasi sebagai layanan publik. Sehingga masyarakat akan kembali memilih moda transportasi umum dalam segala aktifitasnya. Semoga saja pak Menteri Perhubungan, Pak Ignasius Jonan, bisa melihat pesan ini. Pesan dari kami pemuda Sulawesi, bahwa pembangunan khususnya transportasi umum yang baik dan memadai harus merata di Indonesia dan bukan hanya terkonsentrasi disatu tempat saja. Sehingga kita tidak akan lagi melihat pemuda sulawesi, pemuda kalimantan, pemuda maluku, pemuda NTT dan NTB, dan pemuda Papua, yang mimpinya hanya "sebatas" untuk memiliki transportasi umum yang baik dan memadai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun