Mohon tunggu...
Azamayazimazmil
Azamayazimazmil Mohon Tunggu... -

Not The Special One, Just Extra Ordinary.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Pesta Usai

31 Desember 2012   23:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:43 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim Tadi malam(pergantian antara tahun 2012 menuju 2013), puluhan ribu, mungkin ratusan ribu kalau belum sampai bilangan jutaan kembang api dilontarkan ke udara(maaf jumlah ini hanya asal-asalan, belum ada sensus berapa kembang api yang mengalami bakar diri tadi malam). Atraktif memang, indah menyaksikan formasi kembang api yang menghiasi langit malam. Dekat rumah saja, bunyi kembang api meledak yang saling bersahutan membuat saya terbangun dari tidur. Kurang lebih setengah jam, mulai dari jam 00 tahun baru, kembang api berlomba menerangi langit malam. Berusaha mengalahkan kerlip bintang, seolah malam itu langit hanyalah panggung buat sang kembang mengekpresikan diri. Entah berapa ratus letusan, yang saya tahu, bukan hanya bersahutan, bersicepat antara bunga api yang satu dan yang lain. Dimulai dari sore hari, beberapa letusan mulai terdengar. Puncaknya tentu setelah tahun berganti. Menyatakan kegembiraan akan datangnya tahun baru baru ujar mereka, sebuah perayaan yang sia-sia. Entah berapa uang yang dihabiskan untuk kegembiraan sesaat tersebut. Tanggal 29/8, MI, salah satu media nasional menurunkan sebuah berita yang menyatakan kurang lebih 2 triliun dibakar untuk kembang apai, petasan dan sejenisnya. Bukan hanya buat tahun baru memang, kembang api lebaran juga punya persentase tidak sedikit. 2 triliun, jumlah yang cukup untuk bilang “WOW”. Rasanya jumlah sebesar itu lebih dari cukup untuk APBD sebuah propinsi. Terlalu kecil? Sebuah kabupaten? Rasanya cukup. Bila dana sebesar itu digunakan untuk beasiswa, berapa banyak anak bangsa yang bisa mengeyam pendidikan. Bila digunakan untuk bantuan sosial, berapa banyak keluarga miskin akan terbantu? Lebih dari cukup rasanya jumlah tersebut untuk membuat sebuah gerakan yang efeknya dirasa oleh masyarakat. Sebuah utopia mungkin. Toh bukanlah sebuah harapan kosong. Mungkin suatu saat nanti, banyak orang yang akan sadar, dari pada dibuang percuma, lebih bijak dana tersebut dugunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Semoga saja. Bawah Langit 311010 sumber gambar, @shutterstock

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun