Kalau ditanya pada setiap orang hal yang paling menyenangkan untuk menghabiskan waktu selain jalan-jalan, makan, tentu saja menyalurkan hobi, termasuk hobi yang satu ini adalah berbelanja, baik pria dan wanita ,bener sih termasuk saya. Jangan dikira berbelanja itu gampang, tinggal pilih ok langsung bayar, bisa cash atau kredit , kalau di kota-kota besar sih gampang, tapi kalo dikota kecil oh my God susah tau…
Perkenalkan namaku nita aku baru satu bulan berada di kota ini, merupakan sebuah ibu kota kabupaten di jawa tengah, tapi yang namanya belanja tetap aja hobi yang paling menyenangkan dimanapun bumi berpijak, apalagi bisa membeli barang yang menjadi idaman, atau sekedar hanya “window shopping “yang meminjam istilah suamiku hanya bikin kaki pegel plus hati mangkel karena gak mampu beli karena kondisi keuangan yang tidak kondusif.
Walaupun kota kecil, kota yang aku tinggalin ini merupakan salah satu kota wisata plus kota kerajinan, jangan membayangkan kota ini penuh outlet plus mal sama sekali gak ada, yang ada hanya pasar tradisonal, tapi jangan dikira pasarnya becek dan bau, disini pasarnya cukup bersih dan rapi.Cuma kendala berbelanja disinihanya masalah bahasa pengantar untuk berbelanja, karena penjualnya atau pramuniaganya kebanyakan menggunakan bahasa daerah setempat kalau kita menggunakan bahasa Indonesia pasti beda harga dengan yang menggunakan bahasa jawa, hal itu juga yang membuat aku makin penasaran kalo berbelanja disini. Apa benar harganya apa aku yang salah menawar?, kalau di mal-mal kan bisa langsung cek di label harga tanpa harus khawatir di kadalin alias dibohongin.
Sebenarnya berbelanja merupakan hal yang paling aku tunggu-tunggu di setiap moment awal bulan, selain banyak tawaran sale di mal-mal, sampai banting harga yang membuat nafsu belanja semakin menggila. Tapi keinginan itu sedikit pupus, dikota yang aku tinggalin sekarang no sale dan no banting harga, yang ada tawar menawar harga,kalo pas ya bungkus dan langsung bawa pulang.
Awalnya bingung kalo mau belanja, hanya nanya ntar dikira window shopping, kalo ditanya harganya bikin jidat berkerut, tapi mata merem melek pengen banget, yang ada jantung berdebar kencang ngeliat si jantung hati alias barang idola mau di beli apa hanya mejeng dietalase
Untungnya ada temen seperjuangan alias yang hobi ngubek-ubek pasar , selain dia pintar nawar plus bisa bahasa daerah setempat. Teman-teman seperjuangan itu merupakan tetangga rumahku, dia sudah lebih dulu menetap di kota kecil yang asri ini, dia bilang kalo belanja disini harus pintar menawar dan bisa ngomong jawa, biar dikasih si mbak yang dagang lebih murah harganya. Itu trik yang diberikannya kepadaku, karena aku masih penasaranbener gak dengan pernyataan tetanggaku besoknya kami janjian untuk belanja keperluan dapur.
Di hari Senin yang cerah plus langit yang biru , dengan bersepeda motor kami pergi ke sebuah pasar tradisional, walaupun tradisional namun suasana dan kebersihan pasar ini sangat terawat. Setelah parkir, kami langsung menuju pusat sasaran yaitu tempat pedagang sayur, sampai disana aku gak menyangka ternyata pengunjung sangat ramai, aku sempat bingung juga kenapa disini sangat ramai padahal banyak kios yang jual sayuran dan barang sejenis, ternyata ditempat ini semua tersedia, dari bawang, tomat, cabe, sayur mayur, hingga sembako juga tersedia, jadi bisa di sebut one stop shopping juga nama tokonya” pak yanto sayur”, sambil memilih sayur kami sempat mengobrol dengan si bapak pemilik toko sayur tersebut, dia mengatakan disini semua tersedia dari sayuran dalam negeri juga ada sayuran import. Oh pantasan tokonya sangat ramai, ternyata dia juga menjual eceran plus kulakan.
Pasar tradisional ini terdiri dari dua tingkat, di bagian bawah pedagangnya kebanyakan menjual sayur, sembako, pakaian jadi dan bahan pakaian, jangan dikira pasar ini hanya menjual kebutuhan pokok saja tapi juga menjual baju-baju yang trend saat ini. Di bagian atas pasar terdapat kios-kios menjual ikan, daging, ayam, dan buah-buahan. juga menjual beberapa makanan tradisonal dan ikan asin dan ikan asap
O,iya aku belum memperkenalkan teman-teman seperjuanganku dalam mengubek-ubek pasar, mereka adalah tatik dan fani. Ada cerita lucu ketika kita hunting oleh-oleh buat tetangga si fani, ketika nanya harga sebungkus keripik pisang, kata si mbahnya harganya “sekawan ewu” trus kata tatik lima ribu mbak kepadaku, si mbah malah manggut, ternyata si tatik melihat jarinya trus hitung, eh salah mbak “sekawan ewu” berarti empat ribu, si mbahnya malah senyum-senyum malu, aduh si mbah jangan gitu dong. Untung bawa” kamus berjalan” alias si tatik pikirku, kalo gak bisa rugi aku.
Hal lucu juga kadangkala membuat kita senang belanja disini, kalo pagi hari, kita bisa tawar sampai setengah harga dari harga awal, misalnya satu atasan harganya 80 ribu bisa kita tawar sebesar 45 ribu, biasanya si penjual mikir naikan harga lagi, trus kita belaga mau pergi pasti dah dipanggil-panggil buat balik untuk buat kesepakatan jadi heeeeee, itu satu trik lagi kalo belanja di pasar.
Selain itu bisa menghemat uang parkir, kalo berbelanja di kota kecil kita bisa berjam-jam parkir tanpa ada tambahan biaya, kalo di mal bisa nambah seribu setiap jam, kalo disini sampe berjam-jam tetap limaratus perak. Itulah yang kadang membuathati senang kalo belanja di pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H