Karl Marx merupakan seorang pemikir filsuf sekaligus seorang sosiologi yang sangat terkenal pada abad 19. Pemikiran Marx menjadi sumber tersendiri bagi seorang filsuf sekaligus sosiolog yang menjadi ujung poros bagi kalangan kapitalis. Hal tersebut terlihat dari beberapa kejadian revolusi besar di dunia tergerak dari pangkal pemikiran Marx seperti revolusi Bolshevik dan revolusi Tiongkok 1949.
Materialisme merupakan sebuah konsepsi filsafat Marxisme, yang menjadi metode-nya ialah dialektika, sedangkan materialisme merupakan proses materialisme dialektik terhadap alam sejarah manusia, demikian tutur Njoto dalam kuliahnya pada tahun 1961.
Secara umum, materialisme dikenal sebagai hakikat dari realitas. Pandangan tersebut diubah oleh Marx bahwa materialisme kala itu hanya benar untuk materialisme klasik sampai pada abad ke-18. Hal tersebut ditunjukkan oleh Marx dalam Tesis pertamanya mengenai Feuerbach bahwa adanya pengertian baru dari materialisme.Â
Pengertian Materialisme yang populer sampai saat ini adalah bahwa realitas, keindraan, benda, dipahami hanya dalam bentuk objek, akan tetapi tidak dimengerti sebagai aktivitas indrawi manusia atau tidak dikenal secara subyektif. Sebelum Marx mengatakan hal tersebut materialisme dipahami sebagai objek indrawi saja, sedangkan jika seseorang mampu memahami objek-objek material itu, hal itu juga hasil dari aktivitas subjektif manusia.
Dialektika pertama kali ada sejak Plato, namun Marx menimba pelajaran mengenai dialektika melalui Hegel. Pengertian dasar dialektika Hegel ialah relasionalisme internal, yakni bahwa keseluruhan dari suatu kenyataan dipahami sebagai manifestasi diri Roh yang senantiasa terjalin satu sama lain yang tidak putus.Â
Lantas bagaimana kedudukan Marx pada masa penggarapan Kapital terhadap dialektika Hegel? Sulit untuk dijawab. Marx hanya mengomentari secara eksplisit  yang terdapat dalam Kata Pengantar untuk edisi kedua dari Das Kapitalis jilid satu. Namun hal tersebut cukup dimengerti bahwa Marx berhutang budi kepada pemikiran Hegel tentang dialektika, karena dengan adanya realitas dapat dilihat sebagai sesuatu yang senantiasa dapat berubah-ubah. Dengan demikian, realitas adalah efek dari aktivitas subjektif itu sendiri.
Dari penjelasan diatas materialisme dialektika merupakan bukan hanya sekedar gejala materi dari kesatuan yang organik melainkan bergerak dan bertumbuh. Seluruh alam, dari yang sebutir pasir sampai matahari dan dari sperma hingga manusia adalah selalu dalam keadaan senantiasa mengalir dengan bergerak dan bertumbuh. Gerak merupakan bentuk dari eksistensi materi karena tak mungkin ada materi tanpa gerak sebab materi tanpa gerak ialah sama mustahilnya dengan gerak tanpa materi. Oleh karena itu, gerak sebagaimana materi itu sendiri yang tak dapat diciptakan atau dihilangkan dan ia hanya bisa di transfer.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H