Mohon tunggu...
Hasna Yasyfi
Hasna Yasyfi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang menulis hal-hal yang berkaitan dengan dunia hiburan, kuliner, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kejutan Budaya Mengubah Kepribadianku

20 Maret 2024   19:07 Diperbarui: 20 Maret 2024   20:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kenapa Bandung?

Waduh, gak nyambung. Aku di sini bukan buat deeptalk mengenai Bandung, tapi mau sedikit cerita tentang asal muasal terbentuknya kepribadianku yang kini kalian kenal.

Sejak SMP hingga SMA, aku bersekolah di Pesantren yang terletak di tengah Kota Bandung. Jangan tanya apa aku mondok disana, karena asrama di sekolahku biasa ditempati oleh anak-anak perantau, dan warga lokal sepertiku biasa pulang-pergi ke rumah menggunakan kendaraan umum/pribadi.

Seperti pesantren pada umumnya, aktifitas antar lawan jenis sangat dibatasi, pakaian yang diatur supaya menutup aurat, dan lain-lain. Para santri juga banyak yang sadar diri karena dalam Islam sendiri, orang yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan dan sebagai muslim harus menutup aurat dengan benar.  Walaupun ada aturan yang membatasi, tetap saja tak sedikit santri yang dipanggil ke ruangan guru karena melanggar aturan. Tak cukup dipanggil ke ruangan guru, setiap santri di sana pasti akan menggunjing orang-orang yang melanggar aturan itu. Termasuk aku, hehe.

Dengan hidup di lingkungan itu selama 7 tahun, aku masuk ke dunia perkuliahan tepat setelah lulus. Padahal aku sudah menduga akan bertemu dengan dunia baru ketika kuliah, tapi aku tidak menyangka akan separah ini.

Aku masuk kuliah tanpa teman, karena niatku sejak awal hanyalah fokus diterima universitas tanpa melihat apakah teman-temanku masuk ke universitas yang sama atau tidak. Karena niat itulah aku bersikap terbuka untuk berteman dengan siapapun, saat itu. Tidak lama setelah berkenalan dengan beberapa teman baru, aku sudah dikejutkan dengan penampilan dan pakaian mereka. Yang selama ini aku lihat di internet, kini dilihat langsung oleh mataku sendiri.

Kulihat ada cewek pakai kerudung pashmina yang dipakai asal-asalan dan pakaian super ketat. Jujur, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku karena pakaiannya dan terus bertanya-tanya dalam hati. "Kok bisa dia pede pake baju itu?", "Apa dia gak ngerasa terganggu karena terlalu ketat?", "Dari tadi benerin kerudung mulu, mending pake ciput deh". Kalimat-kalimat seperti itu terus terlintas dalam pikiranku. Gak cuma cewek, kadang cowok juga bisa jadi bahan julid pikiranku sendiri.

Loncat ketika ospek jurusan berlangsung. Pada siang hari terakhir ospek jurusan, acaranya mulai tidak efektif. Orang-orang di belakangku banyak yang mengobrol. Lalu tiba-tiba aku diajak berkenalan oleh salah satu cowok di samping kiriku sambil mengulurkan tangannya. Aku menatap tangannya sepersekian detik dan berpikir, "Apa aku harus balas jabat tangannya atau gak usah?" Pada akhirnya aku menjabat tangannya. Namun, dengan tengilnya dia tidak melepaskan tanganku dan mempererat jabat tangannya. Aku melepas tangannya secara paksa dan menatapnya sinis. Padahal, jantungku saat itu beredebar kencang karena pertama kali memegang tangan cowok wkwkwkwkwk. Sebenarnya pernah tapi sudah terlalu lama, terakhir kali saat aku masih kelas 5 SD.

Tak sampai disitu, hingga tahun kedua kuliah pun aku masih merasa canggung dengan kejutan budaya ini. Untungnya aku dikelilingi teman yang memiliki pengaruh baik terhadap kepribadianku. Alih-alih terbawa arus pergaulan bebas, pikiranku jadi lebih terbuka dengan kejutan budaya yang terjadi dan membatasi diri untuk tidak fomo. Namun karena teman dekatku di kampus berjumlah lebih dari 10, aku lebih cenderung tak banyak bicara dan menjadi penonton ketika energi mereka sedang naik-naiknya. Ditambah banyaknya tugas kuliah membuatku lebih banyak berpikir logis dan realistis alih-alih merasakan sesuatu.

Suatu hari, ada yang bertanya "Apa MBTI kamu?". Aku menjawab dengan hasil MBTI ketika Covid-19 terjadi. Namun nyatanya, MBTI-ku berubah tepat setelah mendapat pertanyaan itu. Dari ENFP menjadi INTP. Pantas saja tiap ujian semester genap selesai, aku selalu menghilang selama 2 bulan penuh untuk beristirahat. Bahkan aku pernah jatuh sakit tepat selepas beraktifitas dengan banyak orang. Aku lebih senang berdialog dengan orang yang memiliki minat yang sama denganku, daripada berdialog dengan orang lain mengenai hal yang tidak aku pahami. Aku juga jadi lebih berani untuk bertanya tentang hal-hal tabu sebagai pengetahuan, alih-alih merasa malu untuk bertanya. Ketika ada masalah terjadi padaku, aku cenderung menahan diri untuk tidak panik dan berpikir sederhana untuk mengurangi masalahnya.

Aku tidak tahu apakah kepribadianku punya kelebihan, namun yang kulihat hanyalah kekurangannya. Belakangan ini aku cenderung tidak sabaran dalam hal kemacetan, apalagi ketika cuaca sedang panas terik. Aku juga terlalu banyak berpikir ketika hendak memutuskan sesuatu, apakah pilihanku akan menimbulkan hal yang baik atau buruk? Apakah orang-orang akan mendapat keadilan atau tidak? Pikiran seperti itu dapat berlangsung selama beberapa hari. Karena pemikiranku yang menjadi lebih terbuka sejak berkuliah, aku cenderung tidak peka terhadap perasaan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun