Mohon tunggu...
Hasna Mutia Insani
Hasna Mutia Insani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD UNNES

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Berpengalaman dalam organisasi sekolah ataupun kampus selama 4 tahun. Memilki kemampuan dapat beradaptasi dengan cepat, mampu manajemen waktu dan profesional. Ketertarikan dalam mengeksplorasi, mencoba hal baru dan menyukai tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka Membuat Siswa Merdeka Belajar atau Menderita?

4 Oktober 2023   08:00 Diperbarui: 4 Oktober 2023   08:01 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

By: Hasna Mutia Insani_Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd.,M.Pd.  Mahasiswa PGSD UNNES_ Dosen PGSD FIPP UNNES

Setiap pergantian kepemimpinan, sistem pendidikan di Indonesia juga sering mengalami perubahan yang signifikan. Sejak tahun 1947 kurikulum lahir saat Indonesia baru merdeka yang mengajarkan pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan bernegara daripada menekankan pendidikan pikiran. Sampai kurikulum 2013 yang memilki tiga aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan aspek sikap dan perilaku. Dan pada saat ini yaitu Kurikulum Merdeka yang mengacu mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan oleh siswa yang tidak hanya mengacu kepada pengetahuan saja.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 11 Februari 2022 dari penyederhanaan Kurikulum 2013 berdasarkan instruksi Menteri Nadiem Anwar Makarim, B.A.,M.B.A., menjabat sejak 21 April 2021 yang dilantik oleh Presiden Republik Indonesia, Ir.H. Joko Widdodo. Kurikulum Merdeka yang sebelumnya disebut Kurikulum Prototipe adalah peralihan dari Kurikulum Darurat yang diterapkan saat COVID-19 merajalela di Indonesia. Melalui kebijakan pemerintah, lahirlah Kurikulum Merdeka setelah terjadi COVID-19 untuk membantu siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa dapat memilih jalur belajar yang siswa sukai dan sesuai dengan bakatnya.

Dengan adanya Kurikulum Merdeka siswa bisa memilih mana mata pelajaran yang disukai dan diminati. Kurikulum Merdeka merupakan suatu pendekatan baru dalam dunia pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar dan mengembangkan potensinya. Melalui pendekatan ini, siswa akan dapat memilih dan mengatur jalur belajarnya sendiri dan diharapkan menjadi lebih termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Namun ada pula yang berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka justru menimbulkan kesusahan bagi siswa. Hal ini disebabkan karena penerapannya masih baru dan memerlukan penyesuaian oleh siswa dan guru. Beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan mengatur waktu belajar. Selain itu, kurangnya dukungan guru, orang tua, dan sekolah dalam penerapan Kurikulum Merdeka dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan dan beban.

Dalam perjalanan dunia pendidikan di Indonesia, salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan adalah melakukan perubahan kurikulum pendidikan. Perubahan kurikulum sering terjadi seiring perjalanannya perubahan periode. Permasalahan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka yaitu pemahaman kurikulum merdeka dari guru dan bagaimana siswa tersebut bisa beradaptasi dengan kurikulum merdeka. Siswa dengan kurikulum Merdeka ada yang merasa merdeka belajar sesuai dengan tujuan kurikulum merdeka dan ada juga yang merasa kurikulum merdeka membuat siswa menderita.

Dalam hal ini siswa  Merdeka belajar dikarenakan siswa tidak diwajibkan untuk mempelajari semua mata pelajaran seperti kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran karakter dan moral. Contoh pembelajaran Kurikulum Merdeka dalam siswa SD mata pelajaran Matematika, pada Kurikulum 2013 siswa diharapkan mampu mengerjakan soal yang ada di buku paket dengan itu guru bisa mengukur sampai mana siswa tersebut mencapai pembelajaran. Sedangkan pada Kurikulum Merdeka guru diharapkan bisa memberikan strategi pembelajaran yang efektif seperti menghadirkan program berhitung 1 menit setiap hari dalam konteks di kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat memecahakan persoalan matematika di lingkungan sekitar.

Dilihat dari pandangan dampak positif Kurikulum Merdeka dibandingkan Kurikulum 2013 yaitu dalam waktu mengajar, guru dapat menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan minat dan bakat siswa secara fleksibilitas. Pada pelajarannya siswa ditekankan untuk mengembangkan keterampilan " soft skills" seperti memiliki sikap  kreativitas, berpikir kritis, aktif, komunikasi dan kolaborasi. Pada materi Kurikulum Merdeka memberikan sedikit beban materi  agar siswa lebih mendalami pembelajaran daripada hanya mengingat informasi semata. Dengan adanya Kurikulum Merdeka siswa diharapakan lebih aktif daripada guru dalam pembelajaran agar siswa dapat mengeksplorasi minat siswa. Dan pembelajaran Kurikulum Merdeka mengambil pelajaran dari kehidupan nyata sehari-hari.

Jika dilihat dari pandangan lain, Kurikulum Merdeka belajar terlihat sempurna dari berbagai aspek yang berbeda, karena mengikuti kajian parktik yang baik dari Australia, Inggris, Filandia dan negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Namun pemerintah cenderung lupa mempertimbangkan variabel yang ada di Indonesia yaitu sumber dayanya, "seringnya pergantian Menteri Pendidikan, ganti pula kurikulum" dan juga sumber daya manusia kurang memadai. Hal ini dikhawatirkan karena sering pergantian Menteri Pendidikan, kebijakan kurikulum sering terjadi perubahan juga dan mudah diganti dengan kurikulum yang baru.

Ada beberapa siswa yang merasa bahwa Kurikulum Merdeka bukan merdeka belajar namun merasa menderita. Sistem Kurikulum Merdeka mengurangi standarisasi pendidikan di Indonesia yang menyebabkan ketidakpastian tentang hasil akhir dan membuat siswa bingung karena tidak ada peringkat apakah siswa tersebut lebih baik dari semester sebelumnya. Pada Kurikulum Merdeka, siswa mempunyai kebebasan untuk mengatur pembelajarannya sendiri. Artinya siswa harus lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih memahami materi yang diajarkan. Namun tidak semua siswa mempunyai kemampuan proaktif dan mandiri dalam belajar. Dikarenakan banyak siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, jika pada siswa yang aktif siswa tersebut akan minat pada pembelajaran tersebut. Namun jika pada siswa yang lebih suka belajar bareng-bareng dan dijelaskan guru akan pasif dalam pelaksanaan pembelajaran.

            Permasalahan tersebut sering terjadi saat awal-awal diterapkan Kurikulum Merdeka di Sekolah. Siswa yang sulit beradaptasi dengan cara belajar Kurikulum Merdeka dan siswa yang kurang memahami pelajaran akan merasa terbebani dengan adanya kurikulum saat ini. Guru juga kesulitan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolah. Antara lain pembekalan guru untuk keberhasilan menerapkan Kurikulum Merdeka seperti pembelajaran berdiferensiasi, projek penguatan profil pelajar pancasila dan asesmen pembelajaran. Kemampuan guru dalam menggunakan teknologi berbasis digital. Dan menjalankan fungsi asesmen pembelajaran yang sering terjadi di sekolah bahwa asesmen biasanya hanya terjadi asesmen akhir, seharusnya diadakan asesmen awal, asesmen proses dan asesmen akhir. Jika guru tidak berusaha untuk memahami dan menerapkan pembelajaran Kurikulum Merdeka di sekolah maka siswanya juga akan lebih kesulitan untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun