Mohon tunggu...
Money Artikel Utama

Kampung Kaleng, Harta Karun Desa Pasir Mukti

27 Maret 2017   16:27 Diperbarui: 29 Maret 2017   04:00 3941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapura Pusat Kerajinan Kaleng terlihat dari jalan raya.

Apakah pernah terpikir di benak Anda bahwa di Kabupaten Bogor terdapat tempat bernama “Kampung Kaleng”? Terletak di Kampung Dukuh RT. 01/01 Desa Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup, kelompok pengrajin ini diprakarsai oleh Dedi Ahmadi (37 tahun). Kampung Kaleng berada di dalam suatu koperasi bernama “Rancage” yang lingkupnya se-Kabupaten Bogor.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan penunjang utama perekonomian warga Kecamatan Citeureup. “Mayoritas penduduknya pelaku UMKM, ada sedikit PNS dan petani, ada pula yang bekerja sebagai penyedia jasa”, ujar Subandi (Kepala Seksi Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan Citeureup). Kecamatan Citeureup memiliki empat jenis/bidang UMKM yang digeluti warganya, antara lain; industri makanan dan minuman, konveksi, logam, dan aneka produk rumah tangga. Industri logam terdapat di empat desa yaitu Desa Sukahati, Desa Pasir Mukti, Desa Tarikolot, dan Desa Gunungsari. Menurut Subandi, diantara keempat desa tersebut baru terdapat satu koperasi di Desa Pasir Mukti yang memersatukan 165 pengrajin kaleng. 

Koperasi Rancage merupakan mitra CSR Indocemnent yang fungsinya di bidang pemasaran, pembinaan, dan pelatihan. Nama “Kampung Kaleng” diberikan karena semua pengrajin di Kampung Dukuh membuat produk yang berbahan dasar kaleng. “Kampung Kaleng secara resmi ada pada tahun 2012, tapi untuk pengrajinnya sendiri sudah ada sejak dahulu dan turun temurun”, ucap Dedi Ahmadi selaku Ketua Koperasi Rancage. Koperasi ini merupakan koperasi produsen yang fungsinya membantu pengrajin dalam memasarkan produk. 

Selaras dengan perkataan Muchtar Kelana selaku Koordinator Desa dari tim CSR Indocement, “Indocement membantu masyarakat dengan memberikan proyek-proyek untuk kemudian dikerjakan warga.” Dalam hal ini, koperasi membantu memperluas pasar dari pengrajin kaleng itu sendiri. Baru sekitar 40% warga sekitar Kampung Dukuh yang bergabung ke dalam koperasi.

Warga Kampung Kaleng ini telah memasarkan produknya hingga ke luar pulau seperti Kalimantan, Makassar, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia melalui media online dan pameran yang diikutinya. Sebelumnya, para pengrajin hanya mampu menjual produknya ke daerah Jabodetabek. Atas dasar tersebut, Dedi yang dahulunya merupakan pengrajin kaleng mencoba untuk mengumpulkan para pengrajin menjadi satu kesatuan dalam koperasi. Pihak CSR Indocement memotivasi Dedi hingga akhirnya terbentuk koperasi Rancage.

Proses produksi mulai dari bahan baku.
Proses produksi mulai dari bahan baku.
Proses pembuatan mulai dari bahan baku hingga menjadi produk jadi dikerjakan langsung oleh warga Kampung Dukuh. Bahan baku didapat dari distributor yang sudah ada di wilayah Citeureup itu sendiri. Harga produk di Kampung Kaleng cukup beragam tergantung jenis barang dan ukurannya. Kisarannya mulai dari Rp 5 ribu rupiah untuk kaleng kerupuk mini hingga Rp 500 ribu untuk harga oven. “Omsetnya kalau untuk pengrajin sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per hari,” ujar Dedi. Koperasi Rancage sendiri lebih banyak menangani proyek-proyek dari perusahaan, pada tahun pertama omset perusahaan mencapai Rp 500 jutaan. Keuntungan yang diambil pengrajin sekitar 10% - 20% dari omset penjualan.

Produk hasil masyarakat Kampung Kaleng.
Produk hasil masyarakat Kampung Kaleng.
Harapan dari Ketua Koperasi Rancage adalah dapat memperluas lagi pasarnya dan menambah anggota koperasi. “Di Bulan April ini kami akan mengagendakan untuk pergi ke Batam untuk mempromosikan produk kami”. Diharapkan pula agar Koperasi Rancage ini secara berkesinambungan dapat membantu masyarakat Kampung Kaleng dalam memasarkan produknya ke skala yang lebih luas hingga ke mancanegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun