Pendidikan merupakan suatu aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya, sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi. Dalam sistem pendidikan nasional, istilah pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan pseserta didik melalui, bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Salah satu tokoh dalam pendidikan Islam yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Beliau merupakan seorang ulama yang memberikan sumbangan pemikiran yang mengarahkan peserta didik dalam melaksanakan aktivitas belajarnya agar dapat mencapai tujuan pendidikan Islam, yang mencetak generasi Muslim yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang dilandasi oleh nilai-nilai etika Islam.
Definisi pendidikan Islam menurut Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ar dilihat dari 3 (tiga) perspektif. Pertama, dari perspektif hubungan antara sains dan agama yang tidak dapat dipisahkan. Mencari ilmu adalah bagian dari tatanan agama, selama agama itu ada merupakan bagian dari informasi yang diperlukan. Di sini Anda dapat melihat bahwa dia memikirkan tentang pendidikan sebagai perusahaan untuk memanusiakan manusia secara holistik dan sempurna melalui pelatihan ajaran Islam sehingga manusia berhak mendapatkan keluhuran dalam perbandingan makhluk lain. Kedua, pendidikan harus memasukkan nilai[1]nilai moral melalui nilai-nilai Estetika Sufi. Hal ini tercermin dalam pendapatnya bahwa dan Kedudukan ilmu berada pada posisi yang sangat istimewa bagi orang yang hajat sesungguhnya lilahi ta'ala dan jiwa yang bersih dan murni dari segala sifat buruk. Ketiga, menggunakan prinsip ahl as-Sunnah wa al-Jamaah (tawazun, tawassuth, ta'adul dan tasamuh) dalam penyelenggaraan pendidikan.
Salah satu karya KH. Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan akhlak adalah kitab Adāb al-Ālim wa al-Muta’allim. Karakteristik pemikiran pendidikan akhlak Kyai Hasyim dalam kitab tersebut dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada Al- Qur’an dan Hadits. Kecenderungan ini dapat terbaca dalam gagasan-gagasannya, misalnya keutamaan menuntut ilmu. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari masih sangat relevan sekali jika diterapkan di era sekarang. Sebagaimana pendapat Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. Menurutnya, pemikiran KH. Hasyim Asy’ari masih relevan, masih memiliki tingkat urgensi dan relevansi tinggi karena pemikiraan beliau adalah pemikiran yang masih diperlukan bagi bangsa dan negara Indonesia ini. Salah satunya yaitu tentang toleransi dalam menghadapi perbedaan.
Konsep etika peserta didik perspektif KH. Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adāb al-‘Ālim wa al-Muta’allim yakni KH. Hasyim Asy’ari berpandangan bahwa pentingnya seorang peserta didik untuk memiliki etika yang baik serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. KH Hasyim Asy’ari lebih memprioritaskan peserta didik untuk belajar akhlak atau etika terlebih dahulu daripada ilmu yang lainnya. Sebab dengan etika yang baik maka ilmu-ilmu yang lain akan mudah dipahami dan bisa bermanfaat untuk peserta didik. Diantara pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang konsep etika peserta didik dalam kitab Adāb al-‘Ālim wa al-Muta’allim ada empat yakni:
- Etika mencari ilmu bagi peserta didik ada 10 meliputi : membersihkan hati dari akhlak tercela, memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, memaksimalkan waktu belajar, bersikap Qana’ah, manajemen waktu belajar, menyedikitkan makan dan minum, Bersikap wira’i, menghindari makanan penyebab lupa, manajemen waktu tidur dan refresing dan meninggalkan pergaulan yang tidak bermanfaat.
- Etika peserta didik terhadap pendidik ada 12 meliputi: berusaha dan istikharah mencari pendidik yang tepat, mencari pendidik yang memiliki keahlian dan pengalaman ilmu dari para ahli, patuh dan bertatakrama terpuji kepada pendidik, memuliakan pendidik dari segi pikiran, perkataan dan perbuatan, menunaikan hak-hak guru yang menjadi kewajiban peserta didik, berpikir positif kepada guru walaupun bersikap kasar terhadapnya, memperhatikan etika ketika hendak menemui guru, memperhatikan etika ketika satu ruangan dengan guru, jika tidak sependapat dengan guru, peserta didik tetap harus beretika, menunjukkan sikap senang dan semangat belajar terhadap guru memperhatikan etika dalam berkomunikasi dengan guru dan beretika terhadap guru dalam segala situasi dan kondisi.
- Etika peserta didik terhadap ilmu pelajaran ada 13 meliputi: belajar ilmu-ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain (ilmu tauhid, fiqh dan tasawuf), belajar al-Qur’an, hadits, aqidah, tata bahasa, dan seterusnya, menghindari perbedaan pendapat para ulama, mengoreksi kebenaran materi bacaan sebelum menghafalnya kepada pendidik, mempelajari hadits dan ulumul hadits dengan lengkap, memberi catatan tentang hal-hal yang dinilai penting, mengikuti dan terlibat di majlis belajar sebanyak mungkin, beretika di majlis belajar, tidak malu bertanya atau meminta penjelasan terhadap hal-hal yang tidak dimengerti, mentaati giliran dalam belajar, beretika ketika membaca kitab, fokus pada satu bidang studi atau tempat belajar dan bergaul dengan temannya disertai dengan akhlak terpuji.
- Etika peserta didik terhadap buku pelajaran yakni; memiliki buku dengan membeli atau meminjam, meminjamkan buku pelajaran asalkan tidak merugikan, merawat buku pelajaran ketika memakai dan meletakkannya, meneliti isi buku pelajaran ketika membeli atau meminjamkannya dan menyalin isi buku pelajaran dengan bertatakrama.
Dengan demikian, pemikiran KH. Hasyim Asy'ari tentang pendidikan menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan etika dalam membentuk karakter peserta didik. Melalui karya-karyanya, beliau menggarisbawahi bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencetak individu yang cerdas, tetapi juga berakhlak mulia. Konsep etika yang beliau ajarkan, baik dalam mencari ilmu maupun dalam interaksi dengan pendidik dan materi pelajaran, menunjukkan bahwa moralitas harus menjadi landasan dalam setiap proses pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, pendidikan Islam dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga kesadaran moral dan tanggung jawab sosial, relevan dengan tantangan zaman modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H