Mohon tunggu...
Hasna Bara
Hasna Bara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana sih guru membangun lingkungan belajar yang positif?

31 Desember 2024   13:17 Diperbarui: 31 Desember 2024   13:17 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru merupakan garda terdepan dalam bidang pendidikan. Keterlibatan guru sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Guru memainkan  peran kunci yang sangat strategis pada proses pendidikan dengan membantu peserta didik menjadi pribadi yang tangguh serta berperilaku baik. Guru diharapkan mampu mengembangkan karakter anak, mengembangkan dan memajukan sumber daya manusia, memajukan kesejahteraan umum, serta memajukan bangsa dan negara. Guru merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan. Pembentukan karakter dan kemandirian peserta didik sangat bergantung pada peran seorang  guru.

Guru diharapkan mampu mengembangkan karakter anak, mengembangkan dan memajukan sumber daya manusia, memajukan kesejahteraan umum, serta memajukan bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah tenaga profesional yang tugas utamanya meliputi memberikan pengajaran formal, melatih, membimbing atau mendorong, serta melakukan penilaian dan evaluasi kinerja akademik peserta didik. Pendidik harus menaati dan memahami kaidah-kaidah yang mengatur interaksinya dengan peserta didik, wali peserta didik, rekan kerja, dan atasan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. keberadaan mereka sebagai makhluk sosial. Dengan tercapainya aktualisasi diri, pendidik akan mampu menyelenggarakan proses belajar mengajar secara profesional, terhormat, dan bermoral (Susanto, H., 2020).

Penggunaan hukuman disiplin merupakan komponen penting dalam penghubungan antara pendidik dan peserta didik. Hukuman disiplin sering kali digunakan sebagai upaya untuk menegakkan aturan, menanamkan nilai-nilai kepatuhan, dan membentuk karakter peserta didik. Namun, cara pemberian hukuman disiplin kerap menjadi perdebatan, terutama ketika hukuman tersebut dianggap melampaui batas yang dapat diterima, baik secara moral maupun legal. Dalam konteks ini, kode etik guru berfungsi sebagai panduan untuk memastikan bahwa hukuman disiplin yang diterapkan tetap berada dalam koridor yang benar.

Kode etik guru juga berfungsi sebagai pedoman perilaku profesional dalam menjalankan tugas, termasuk dalam pemberian sanksi disiplin kepada peserta didik. Kode Etik Guru Indonesia dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf f menyatakan bahwa guru harus membangun hubungan kasih sayang dengan siswanya dan tidak menggunakan kekerasan fisik yang melampaui batas yang dapat diterima di kelas. Lebih lanjut, menurut Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, guru bebas mendisiplinkan siswa yang tidak menaati peraturan selama disiplin tersebut bersifat mendidik yang sesuai dengan undang-undang, peraturan, dan kode etik. Dengan demikian, dalam menerapkan hukuman disiplin, guru wajib berpegang pada kode etik profesi dan peraturan yang berlaku, memastikan bahwa sanksi yang diberikan adil, proporsional, dan bertujuan mendidik tanpa melanggar hak-hak peserta didik.

Menurut beberapa studi, pemberian hukuman disiplin yang tidak sesuai dengan kode etik dapat memberikan dampak negatif yang signifikan. Dampak tersebut meliputi trauma psikologis, menurunnya motivasi belajar, dan hubungan yang renggang antara guru dan peserta didik. Sebaliknya, penerapan hukuman disiplin yang edukatif dan sesuai dengan nilai-nilai kode etik dapat memberikan efek positif, seperti meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap pentingnya disiplin, mendorong tanggung jawab, dan memperbaiki perilaku tanpa menimbulkan dampak buruk. Selain itu, penerapan kode etik guru sangat membantu dalam menumbuhkan budaya sekolah yang positif. Selain mendisiplinkan anak, guru yang secara konsisten menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang tercantum dalam kode etik berperan sebagai panutan bagi seluruh warga sekolah. Hal ini dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang mendorong pertumbuhan sosial, emosional, dan intelektual siswa. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kode etik guru terhadap penerapan tindakan disiplin di sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Kode Etik Guru mempunyai dampak yang signifikan terhadap cara guru menerapkan tindakan disiplin kepada siswa sekolah dasar. Guru yang memiliki pemahaman yang baik mengenai prinsip-prinsip dalam Kode Etik cenderung menghindari tindakan disiplin yang bersifat fisik, merendahkan martabat, atau memberikan dampak negatif terhadap psikologis peserta didik. Sebaliknya, mereka lebih memilih pendekatan yang edukatif, humanis, dan konstruktif, sehingga setiap tindakan disiplin yang diberikan tidak hanya bertujuan untuk menghukum, namun juga mendidik dan memperbaiki perilaku peserta didik. Pendekatan ini meliputi pemberian nasihat yang membangun, diskusi untuk memahami masalah, hingga pemberian tugas yang relevan dengan pelanggaran yang dilakukan untuk membantu peserta didik merefleksikan kesalahan mereka secara mandiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru, Kode Etik Guru digunakan sebagai pedoman etika dan profesional untuk membantu mereka mengambil keputusan,  terutama ketika dibutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Seorang guru berbagi pengalamannya ketika menghadapi seorang peserta didik yang melanggar aturan sekolah. Alih-alih memberikan hukuman secara langsung, ia memilih untuk berdialog dengan peserta didik tersebut guna memahami alasan di balik pelanggaran yang dilakukan. Guru tersebut menekankan bahwa dialog membantu menciptakan suasana yang lebih terbuka, di mana peserta didik merasa didengarkan dan dihargai. Dengan pendekatan ini, Guru dapat memberikan solusi yang tidak hanya meningkatkan perilaku siswa tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik antara pendidik dan siswa. Guru lain mengungkapkan bahwa Kode Etik memberikan mereka panduan yang jelas untuk menghindari tindakan disiplin yang berpotensi merusak kepercayaan peserta didik terhadap guru dan institusi pendidikan.

Selain wawancara, Observasi di lapangan menunjukkan bahwa penerapan disiplin yang berlandaskan Kode Etik jauh lebih banyak memberikan respon positif dari siswa. Siswa yang dikenakan tindakan disiplin sesuai prinsip Kode Etik, seperti pemberian nasihat atau tugas yang relevan, cenderung lebih mudah memahami kesalahan mereka dan berupaya untuk tidak mengulanginya. Mereka merasa bahwa hukuman yang diberikan adil dan proporsional, sehingga tidak ada rasa dendam atau tekanan berlebihan yang muncul. Sebaliknya, peserta didik yang mendapatkan hukuman yang tidak sesuai dengan Kode Etik, seperti hukuman fisik atau verbal yang keras, sering kali menunjukkan sikap resisten terhadap guru dan peraturan sekolah. Mereka merasa tertekan, kehilangan motivasi untuk belajar, dan bahkan cenderung mencari cara untuk menghindari hukuman di masa depan tanpa memahami inti dari peraturan yang dilanggar.

Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa lingkungan belajar secara umum di sekolah sangat dipengaruhi oleh penerapan Kode Etik Guru. Guru yang mengikuti kode etik sering kali mendorong iklim pembelajaran yang lebih positif di mana anak-anak merasa dihormati, nyaman, dan didorong untuk tumbuh secara intelektual, sosial, dan emosional. Dalam lingkungan seperti ini, peserta didik tidak hanya merasa nyaman untuk belajar, tetapi juga lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan guru mengenai masalah yang mereka hadapi. Pendekatan etis guru juga berdampak positif terhadap perkembangan kepribadian siswa. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, empati, dan menghargai orang lain lambat laun diserap siswa melalui keteladanan yang diberikan guru.

Penelitian ini juga menyoroti bahwa penerapan Kode Etik Guru dapat memperkuat kepercayaan peserta didik terhadap institusi pendidikan. Guru yang konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip etika menunjukkan bahwa tindakan mereka didasarkan pada keadilan dan rasa hormat terhadap hak peserta didik. Hal ini membantu terjalinnya hubungan yang lebih harmonis antara guru dan siswa, menciptakan suasana kelas yang nyaman dan mendukung terciptanya lingkungan belajar yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun