Mohon tunggu...
Hasna Ayu Wulandari
Hasna Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik di dunia penyiaran dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengingatkan pada Masa Kecil, Egrang Kini menjadi Permainan yang Jarang Ditemui

15 Juli 2024   13:40 Diperbarui: 15 Juli 2024   13:40 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.thejakartapost.com/culture/2022/08/28/twenties-reminiscing-the-dying-art-of-indonesian-traditional-childrens-games.html

Saat ini, kebanyakan anak muda menyukai game online dan jarang diantaranya yang menyukai permainan tradisional seperti egrang. Padahal, permainan ini sangat seru karena tidak semua orang langsung bisa memainkannya melainkan hanya orang-orang terlatih. Hal ini menjadikan egrang sebagai permainan yang menantang.

Bukan Permainan Biasa

Siapa yang mengenal permainan dari bambu ini? "Egrang" nampaknya terdengar asing di telinga anak muda saat ini. Di daerah Jawa Barat, permainan ini dikenal dengan istilah jajangkungan. Jajangkungan sendiri berasal dari kata jangkung yang memiliki arti tinggi. Permainan ini umumnya menggunakan sepasang bambu yang dibentuk seperti tongkat dan memiliki tumpuan. Tumpuan itu digunakan seseorang untuk berdiri dengan jarak tertentu agar kaki tidak langsung menyentuh tanah. Oleh karena itu, untuk bermain egrang tidak memerlukan biaya yang banyak.

Terlihat dalam gambar, terdapat sekelompok anak-anak yang sedang bermain egrang di tanah lapang. Nampaknya, anak-anak itu tidak hanya sekedar bermain biasa namun mereka diikutkan dalam suatu acara. Hal ini terlihat dari anak-anak yang memakai pakaian berseragam hitam dan dilihat oleh banyak penonton. Warna hitam melambangkan kecanggihan dan formalitas. Hal ini seperti menyiratkan bahwa dalam suatu lembaga formal harus memperkenalkan budaya tradisional pada generasi muda agar budaya itu tidak lenyap di zaman yang serba berkecanggihan ini. Selain itu egrang juga memiliki beragam manfaat dimulai dari meningkatkan otot kaki dan tangan, egrang juga dapat melatih kesabaran dan keuletan, karena untuk bisa memainkan egrang dibutuhkan latihan yang konsisten. Dengan bermain egrang artinya kita percaya pada kemampuan tubuh kita, karena untuk dapat menjaga keseimbangan diperlukan sikap fokus dan motorik yang bagus. Melihat berbagai manfaat yang dimiliki dalam permainan egrang, maka bisa dikatakan bahwa egrang bukanlah permainan yang biasa.

Pemerintah Bersuara

Tidak bisa dihindari, faktanya semakin berkembangnya zaman maka semakin kecil juga kesempatan kita untuk mengetahui adanya banyak permainan tradisional. Khususnya di kota-kota besar, sebagian besar dari mereka memilih untuk meninggalkan permainan tradisional karena dianggap jadul dan beralih ke game online. Jika hal ini terus dibiarkan maka budaya asli akan menghilang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, seharusnya permainan tradisional dijadikan sebagai salah satu trend dan memasukkannya kedalam pembelajaran sekolah.

Seperti pada daerah Purwakarta, Dedi Mulyadi selaku Bupati Purwakarta berinisiatif untuk memasok bambu sebagai dasar dari permainan egrang pada semua instrumen pendidikan yang dimulai dari SD-SMA. Dengan demikian, murid-murid bisa mengenal dan mencoba memainkannya di jam olahraga maupun istirahat. Tidak hanya sampai disitu, agar para murid tidak bosan memainkan egrang, Bupati Purwakarta terus memutar otak dan pada akhirnya egrang dijadikan sebagai ajang kompetisi.
'Festival egrang' inilah sebutan untuk memeriahkan permainan egrang. Festival egrang ini pernah memecahkan rekor MURI pada tahun 2012 lalu karena sebanyak 14.570 pelajar ikut berpartisipasi dan itu merupakan peserta terbanyak dalam sejarah. Bupati Purwakarta mengungkapkan bahwa kemungkinan festival egrang hanya ada di Purwakarta. Selain itu, Bupati mengungkapkan bahwa filosofi bermain egrang adalah untuk mengajarkan pada anak muda agar mampu berdiri dengan berani di tanah airnya sendiri dan tidak takut dengan negara lain. Bupati Purwakarta menyadari akan pentingnya melestarikan permainan tradisional sehingga ia melakukan berbagai cara agar permainan itu terus dikenal hingga generasi yang akan datang.
Kita generasi Z yang hidup di zaman serba internet, seharusnya kita memanfaatkan kemajuan teknologi itu dengan memperkenalkan budaya-budaya yang mulai dilupakan. Kita harus bisa mengedukasi bahwasanya didalam permainan tradisional pasti terdapat identitas dari suatu daerah. Selain itu dengan melestarikan permainan tradisional artinya kita turut serta dalam melestarikan warisan budaya. Jadi, kita harus bisa menyeimbangi antara tradisi dan kemajuan teknologi. Tidak seharusnya kita lebih condong pada salah satu hal karena keduanya harus sama-sama berjalan beriringan.

Mandek

Festival egrang sebagai salah satu bentuk usaha untuk melestarikan permainan egrang nyatanya harus terhenti karena sesuatu yang tidak bisa diprediksi. Covid-19 yang mewabah beberapa tahun lalu mengakibatkan semua sektor menjadi lumpuh, salah satunya adalah terhentinya festival egrang ini. Zahra Putri yang merupakan salah satu mahasiswi yang berasal dari Purwakarta mengungkapkan bahwa hingga saat ini festival egrang belum diadakan kembali. Hal ini bisa mengakibatkan mundurnya kembali pada permainan egrang. Maka dari itu secara cepat atau lambat, pemerintah harus kembali menghidupkan festival ini.

Namun kita juga tidak seharusnya terus bergantung pada pemerintah, melainkan kesadaran diri kitalah yang harus terus menggali kekayaan tradisional yang ada di tanah air. Kitalah harapan bangsa ini, jika kita diam maka kita harus siap untuk kehilangan kekayaan tradisional yang kita miliki. Tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat akan ada negara yang mengklaim kekayaan milik kita. Sebelum itu terjadi, mari kita bersama-sama menjaga dan memperkenalkan kekayaan tradisional kita ke ranah yang lebih luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun