Rupiah Terpuruk : Dampak dan Strategi Menghadapi Pelemahan Nilai Tukar
Hasna Ayu Kharima 202210180311124
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) merupakan nilai tukar antar dua negara yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Peningkatan nilai mata uang disebut apresiasi, sedangkan penurunan nilai mata uang yaitu depresiasi.Â
Ketika nilai Rupiah mengalami apresiasi maka mata uang menguat sehingga mampu membeli lebih banyak uang asing atau dollar AS. Sebaliknya ketika depresiasi terjadi maka nilai mata uang melemah sehingga kegiatan membeli uang asing atau dollar AS akan turun.
Diketahui rupiah menguat pada pekan terakhir bulan Juni 2024. Dalam sepekan, rupiah bergerak fluktuatif yang dipengaruhi ekspektasi suku bunga akan dipangkas, hingga optimisme perekonomian domestic meningkat.Â
Dalam rapat FOMC bulan juni 2024, Federal Funds Rate (FFR) memutuskan mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50%. Fed tidak akan menurunkan FRR hingga Fed yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%.
Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bulan Juni 2024
Menurut data diatas, kurs rupiah berbalik melemah ditengah pekan karena The Fed masih ingin menahan suku bunga di level tinggi dan adanya peluang meingkatnya suku bunga. Namun, kurs rupiah menguat sebesar 0,16% ke Rp 16.394 per dolar AS pada perdagangan terakhir bulan Juni. Dalam sepekan, kurs rupiah menguat 0,39% dari posisi 14.458 per dolar AS di pekan lalu. Hal ini menunjukan bahwa rupiah terapresiasi pada perdagangan bulan Juni 2024.
Pergerakan nilai tukar yang fluktuatif akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang uang seperti tingkat suku bunga dan inflasi. Kondisi ini didukung adanya laju inflasi yang meningkat tajam dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Inflasi, suku bunga dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara dapat mempengaruhi inflasi dan nilai tukar.Â
Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluat hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentrak menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang. Sehingga adanya kenaikan inflasi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat.