Mohon tunggu...
Hasna Arunika
Hasna Arunika Mohon Tunggu... Lainnya - content writer

Mencoba untuk memulai suatu hal baru di tahun ini

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bukan Amerika Serikat, Inilah Negara dengan Tingkat Obesitas Tertinggi di Dunia

6 Desember 2023   22:58 Diperbarui: 6 Desember 2023   23:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengingat banyaknya restoran cepat saji di Amerika Serikat, membuat banyak orang berpikir bahwa Amerika Serikat adalah negara dengan persentase obesitas tertinggi di dunia. Namun faktanya, Amerika Serikat bahkan tidak masuk urutan 5 teratas negara dengan persentase obesitas tertinggi di dunia. Amerika Serikat menduduki urutan ke 12 berdasarkan data dari The World Factbook. Lalu, manakah negara dengan persentase obesitas tertinggi di dunia?

Berdasarkan informasi dari The World Factbook, negara ini memiliki rata-rata 61% atau lebih dari setengah populasi negara tersebut mengalami obesitas. Tidak heran jika orang-orang yang tinggal di negara ini banyak yang mengidap penyakit Non Communicable Disease (NCD), seperti diabetes mellitus, kanker, stroke, penyakit jantung, gagal ginjal dan lainnya.

Negara ini termasuk negara kecil yang terletak di Oseania. Negara kecil ini di kelilingi oleh Samudra Pasifik. Nama negara tersebut adalah Nauru. Dengan populasi 10.800 berdasarkan informasi dari BBC, bagaimana bisa orang-orang yang tinggal di Nauru sebagian besar obesitas?

Menurut diabetes.co.uk, penyebab utama dari persentase penderita obesitas yang tinggi adalah tidak lain dan tidak bukan perubahan pola hidup masyarakatnya. Awalnya masyarakat Nauru tidak mengalami obesitas seperti sekarang, namun hal itu berubah ketika Nauru merdeka dan berhasil mengambil alih tambang fosfot yang ada di negara mereka. Tambang fosfot itulah yang membuat negara mereka begitu kaya sehingga kondisi tersebut membuat banyak orang tidak perlu bekerja untuk bertahan hidup.

Hubungan perdagangan fosfot dengan negara-negara barat pun membuat Nauru dibanjiri makanan-makanan cepat saji. Namun lama kelamaan mereka mau tidak mau mengkonsumsinya karena tanah-tanah di negara mereka sudah rusak akibat tambang sehingga tidak bisa untuk bercocok tanam. Ditambah lagi tambang fosfot yang mereka andalkan selama ini sudah habis. Kekacauan ekonomi pun tidak bisa dihindari. Keadaan tersebut membuat mereka bertahan hidup dengan mengandalkan makanan olahan murah dari negara tetangga seperti Australia dan Selandia Baru. 

Hal itu diperparah dengan persepsi di antara masyarakatnya yang meyakini bahwa kelebihan berat badan adalah tanda kemakmuran dan kekayaan karena tidak perlu kerja fisik untuk hidup. Pandangan itulah yang membuat masyarakat Nauru sulit untuk menurunkan berat badan. Meski begitu, penyuluhan terkait dengan bahaya obesitas dan diabetes terus dilakukan. Penolakan tersebut tidak serta-merta membuat pemerintah mundur. Sejumlah program pun sampai saat ini masih digalakan untuk mengurangi persentase obesitas di negara tersebut.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun