Apakah kamu seorang berpenghasilan yang terhimpit oleh dua generasi; di atas dan di bawahmu? Di mana kamu harus menanggung beban finansial dirimu sendiri dan mereka.Â
Jika kamu sedang berada di posisi itu, itu artinya kamu adalah Sandwich Generation. Berikut hal-hal yang perlu diketahui seputar Sandwich Generation!
Terminologi Sandwich Generation atau Generasi Sandwich sendiri dicetuskan oleh Dorothy A. Miller pada paper-nya tahun 1981. Julukan ini ditujukan pada generasi dengan rentang usia 30-40 tahun.Â
Di mana generasi ini menanggung beban finansial orang tuanya, dirinya sendiri, dan anak-anaknya. Namun, rentang usia tersebut kini makin bergeser seiring meningkatnya dinamika manusia yang kompleks.Â
Misalnya saja, seorang fresh graduate yang mungkin memiliki saudara dengan usia lebih muda di bawahnya dan dalam waktu yang bersamaan juga harus mencukupi finansial orang tuanya karena orang tuanya tidak bekerja.Â
Pada umumnya, seorang fresh graduate berada pada rentang usia 23-24 tahun serta sedang memulai merintis karirnya untuk mendapatkan pekerjaan.Â
Kenyataan bahwa Indonesia mengalami bonus demografi turut meningkatkan jumlah usia produktif. Jumlah usia produktif yang lebih banyak dibandingkan jumlah usia nonproduktif tentu berbanding lurus dengan peningkatan Generasi Sandwich.Â
Seharusnya ini menjadi masa emas bagi Indonesia. Namun, berlangsungnya bonus demografi akan tidak baik-baik saja apabila Generasi Sandwich ini kelelahan dalam menanggung finansial yang bukan tanggung jawab mereka sesungguhnya.
Sebagai society atau makhluk sosial, memang dianggap wajib dan dirasa wajar untuk bertanggung jawab secara finansial untuk keluarganya. Namun, sebenarnya apa yang Generasi Sandwich sendiri rasakan?Â
Stress, burn out, depresi, anxiety, juga perasaan terisolasi adalah beberapa dampak yang dirasakan oleh generasi ini.Â