Beberapa sekolah di Indonesia menggunakan sistem pengurangan atau penambahan point dalam upaya penertiban siswa. Setiap pelanggaran sekolah yang telah ditetapkan diberikan bobot point, yang nantinya bobot ini akan berpengaruh terhadap jumlah point yang siswa peroleh di akhir KBM.Â
Sistem point ini dilaksanakan ada yang dimulai dari 0 Â ke 100 point, ada juga yang dari 100 ke 0 point. Bobot point di setiap sekolah juga berbeda-beda tergantung kepada sekolah pelaksana kebijakan. Sistem ini selalu dituliskan ke dalam buku administrasi point dimana semua data siswa yang melanggar dan pointnya berkurang atau pun bertambah ada dalam buku tersebut.
Sistem point yang banyak digagas oleh beberapa tingkat pendidikan sangat diperlukan evaluasi yang mendalam dalam kebijakannya. Sekolah harus terus memperbaiki sistem sampai tujuan yang diharapkan bisa tercapai walaupun belum tentu berhasil 100% apalagi ini berhubungan dengan tingkah laku siswa di lingkungan sekolah/madrasah. Sistem point akan menjadi sistem yang baik ketika didukung dengan konsistensi Guru serta Staf dalam pengaplikasian kebijakannya.
Evaluasi dari pengurangan point juga perlu dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan kedisiplinan siswa bukan hanya pengurangannya yang menjadi point utama. Evaluasi setelah pengurangan sangat perlu diperhatikan sesuai dengan beban point yang diterima oleh setiap siswa, seperti konseling, bimbingan, serta program pengembangan karakter. Tindak lanjut ini dilaksanakan supaya kita dapat menilai sejauh mana pencapaian sistem point ini merubah kedisiplinan siswa.
Sistem point ini bisa membantu Guru serta Staf dalam mengevaluasi perilaku siswa di lingkungan sekolah/madrasah. Point-point yang ditetapkan bukan semena-mena tanpa pertimbangan sebelumnya, bobot yang ditetapkan disesuaikan dengan peraturan yang biasa dan bahkan mungkin diperkirakan akan terjadi di kemudian hari.Â
Pelanggaran yang ringan akan diberikan bobot yang ringan juga seperti terlambat masuk sekolah, tidak memakai atribut atau yang lainnya. Pelanggaran yang sedang seperti bolos di jadwal KBM, atau yang lainnya, serta pelanggaran berat seperti merokok di kelas, mabuk-mabukan dan lain sebagainya.
Tata aturan sistem point juga dalam pengaplikasiannya harus menggunakan sistem yang jelas, dimulai dari SDM yang ditetapkan untuk mengelola pendokumentasian point, pemberian pembimbingan, serta tahapan kebijakan yang diawali dari wali kelas, kesiswaan, BK, lalu yang terberat diatasi oleh Kepala Sekolah/ Madrasah.Â
Hal ini diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam menindak siswa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Penetapan tugas ini juga dilaksanakan agar penanganan siswa yang melanggar menjadi lebih intens dan jelas dalam penindakan.
Dengan demikian, sistem poin ini dapat menjadi alat yang efektif dalam menjaga disiplin dan keteraturan di sekolah atau madrasah jika diterapkan dengan bijaksana dan konsisten. Penting bagi sekolah untuk terus melakukan evaluasi dan penyesuaian agar sistem ini dapat berjalan dengan optimal dan mencapai tujuan yang diharapkan.Â
Dengan dukungan penuh dari guru, staf, serta partisipasi aktif dari siswa, diharapkan sistem poin ini tidak hanya membantu dalam pengawasan dan penertiban, tetapi juga mampu membentuk karakter siswa yang lebih baik, disiplin, dan bertanggung jawab. Melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan holistik siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H