Literasi menjadi topik hangat yang belakangan ini dibicarakan oleh banyak kalangan. Perkembangan zaman sudah semakin maju, akan tetapi budaya literasi di Indonesia masih sangat rendah.Â
Disebutkan dalam hasil studi "The World's Most Literate Nations" bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. OECD pada tahun 2019 merilis hasil survei PISA yang menyatakan bahwa tingkat literasi Indonesia menduduki peringkat 10 terbawah dari 70 negara.
Rendahnya tingkat literasi ini membuat lembaga pendidikan berlomba-lomba membuat program untuk membangun budaya literasi di Indonesia. Salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia yang menjadikan kegiatan KKN-nya bertema "Mengembangkan Literasi dan Rekognisi Merdeka Belajar Kampus Merdeka.Â
Program literasi tersebut bermacam-macam, seperti literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewarganegaraan.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Kompetensi yang dinilai mencakup kecakapan berpikir logis-sistematis, kemampuan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah dan mengolah informasi. Ada dua kompetensi yang diukur melalui AKM, yaitu literasi dan numerasi. AKM hanya diikuti oleh siswa kelas V SD, VIII SMP, dan XI SMA.
Penulis melakukan kegiatan KKN di MI Luqman Al-Hakim Kabupaten Tegal. Target dari kegiatan yang penulis lakukan adalah siswa kelas V yang akan mengikuti AKM. Pembekalan untuk siswa yang akan mengikuti AKM dilakukan dengan mengerjakan soal-soal yang disediakan di laman Pusmenjar dan dilengkapi dengan penjelasan oleh guru.Â
Berdasarkan pengamatan penulis, para siswa sudah bisa memahami dengan baik teks-teks fiksi maupun informasi yang disajikan, akan tetapi masih kesulitan dalam menuangkan jawaban atau pemahaman tersebut ke dalam kalimat yang sesuai dengan pertanyaan. Untuk numerasi, para siswa masih kesulitan memahami maksud dari sebuah soal sehingga masih harus dijelaskan berulang-ulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H