Mohon tunggu...
Hasmaruddin
Hasmaruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya suka bermain sepak bola dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kritik tentang Pangan Yang Sangat Penting Untuk Menunjang Petani

27 Desember 2024   19:26 Diperbarui: 27 Desember 2024   19:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Lagi-lagi barang ini jelas sekali untuk di matangkan pemabahasan untuk mendapatkan formula yang sangat manjur kiranya, tapi lagi-lagi itu hanya dongen di waktu tidur pastinya. Sangat banyak kasus dari runtutan kekurangan pangan. Mulai nantinya kekurang gizi yang menyebabkan banyak penyakit, kekurangan ekonomi karena sulitnya mendapatkan pangan sehingga ia memaksakan diri suci tuk di kotori dengan tingkah untuk mendapat makan yang layak, dan contoh-contoh lainnya.

Maka dari sini saya sudah berusaha untuk menemukan formula yang sangat baik untuk menopang pangan Indonesia. karena saya tidak ingin seperti orang di gedung indah sana berkoar-koar dalam bentuk skema yang di pertontonkan kepada rakyat yang kurang memahami skema mereka. Jadi saya berusah mencari solusi melalui pendekatan pengalaman yang ada di daerah saya dan beberapa bacaan yang mendukung formula ini, dan pastinya ini sudah menjadi analisis yang terbaik sejauh ini. Untuk mendapatkan pangan yang cukup.

Hal pangan bisa di dapat melalui pertania dan peternakan. Namun sangat miris jika melihat keadaan sekarang yang menganggap petani dan peternakan sangat tidak bermanfaat dalam kelangsungan karena stigma masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia beranggap bahwa orang yang kerja didalam kantor lebih baik dari pekerjaan lainnya. Wajar memang seperti itu karena dari kecil anak-anak Indonesia sudah di doktrin oleh orang tuanya untuk menjadi pekerja kantoran.

Maka petani harus mengatasi masalah yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pangan populasi yang terus bertambah sambil menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Untuk itu pemerintah juga harus mengambil langkah yang sangat tegas untuk mengeluarkan formula-formula baru agar ketertarikan generasi muda untuk menjadi tinggih. Saya rasa memang itu sangat jelas untuk di tingkatkan.

Penanaman stigma bertani adalah pekerjaan yang mulia harusnya mulai digembur-gemburkan pemerintah, supaya nantinya sikap tegas dari generasi muda untuk mengambil profesi pertanian menjadi hal yang dapat di pertimbangkan. Memang saat ini petani melenial menjadi salah satu hal yang sangat bijak untuk di tekankan.

Mengenai petani melenial ada beberapa yang harus diterapakan pemerintah:

  • Pemahaman terhadap petani tetang alat pertanian di eras society 5.0 ini juga harus disiapkan dengan mengadakan penyuluhan. Agar nantinya bisa menjadi batu pijakan untuk memudahkan dan secara estetik juga dapat. Sehingga petani yang dulunya rendah menjadi barang mewah dengan adanya alat yang sangat canggih
  • Pembuatan  kartu tanah yang sangat mudah menjadikan petani tidak malas untuk mengurusnya. Sehingga secara admistrasi pun juga mereka terangkat
  • Harga pupuk juga harus di kondisikan agar petani tidak mengeluh dan niat mereka ingin pindah pekerjaan tidak ada.
  • Pemahaman tentang pertanian pasti juga harus di galakan

Dengan beberapa point ini maka tidak mungkian kebutuhan pangan akan tercukupi dan mejadi hal yang tidak langkah lagi di tanah air tercinta ini.

Lagi-lagi jika memang pemerintah berusaha menghambat petani untuk melakukan hal baik yaitu bertani dengan menaikan harga pupuk di harga yang amat tak masuk akal. Sehingga jika mereka berada di musim panen mereka tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Maka saya jamin petani ini akan banting stir untuk mencari pekerjaan yang memang itu membuat mereka sejahtera.

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun