Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Model Pembentukan Karakter Siswa di Perguruan INS Kayutanam Sumatera Barat

5 September 2016   22:21 Diperbarui: 5 September 2016   22:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sedang mencari model yang sesuai dengan cultur anak Indonesia, yaitu program Full Day School, yang tujuannya untuk mengembangkan karakter anak didik, salah satu model yang cocok dipakai adalah, model pendidikan yang digagas oleh Muhammad Syafei melalui perguruan Indonesche Nederland School (INS) Kayutanam di propinsi Sumatera Barat pada tanggal 31 Oktober 1926

letak perguruan ini di desa Kayutanam kira-kira 53 KM dari kota Padang Pada mulanya tujuan perguruan INS ini didirikan, untuk memberkan kesempatan belajar bagi  anak-anak Indonesia yang tidak bisa bersekolah, karena  pada waktu itu yang bisa sekolah hanya anak-anak penjajah Belanda  dan anak Indonesia yang kebetulan orang tuanya bekerja dengan pemerintah Belanda.  Pada tahun pertama menerima sebanyak 75 siswa, menempati gedung yang sederhana terbuat dari bambu, berlantaikan tanah dan beratapkan daun rumbia. 

Diharapkan anak-anak Indonesia pada waktu itu,  jangan sampai bekerja dengan pemerintah Belanda, sehingga perlu diberikan keterampilan sebagai modal untuk hidup mandiri, disamping ilmu umum  dan agama, maka ada suatu pribahasa yang disampaikan oleh Muhammad Syafei, Engkau adalah Engkau, jangan minta buah Mangga pada pohon Rambutan, pribahasa ini memiliki Pilosofi hidup yang  dalam, bahwa setiap manusia punya potensi sendiri, 

oleh karena itu janganlah kita melihat diri orang lain, akan tetapi lihatlah potensi yang ada pada diri kita sendiri, sehingga Muhammad Syafei selalu memberikan motivasi kepada anak didiknya, agar jangan selalu berfikir bekerja dengan pemerintah Belanda psda waktu itu, tetapi akan lebih terhormat, jika membuka usaha sendiri sekalipun pada mulanya kecil, daripada bekerja dengan orang lain, sehingga Muhammad Syafei tidak mau menegluarkan ijazah apabial  ada siswa yang  tamat dari perguruan INS, dikhawatirkan digunakan untuk melamar pekerjaan.

Pemikiran Muhammad Syafei dipengeruhi oleh pemikiran Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo, yaitu  kenapa Belanda yang jumlah penduduknya kecil, juga wilayahnya sempit,  dapat menguasai bangsa Indonesia yang penduduknya banyak, ditambah lagi wilayahnya sangat luas,  ternyata faktor yang memepengaruhi adalah alam sekitarnya, bagaimana masyarakat bisa menguasai alam raya yang kaya raya, dengan berbagai macam meniral dengan tanah yang subur, hal ini dapat terwujud dengan sistem pendidikan yang dikembangkan yakni aktif dan kreatif. Manusia yang sempurna lahir dan bathin, atau aktif dan kreatif, memiliki unsur-unsur atau aspek-aspeknya yaitu hati yang terlatih dan otak yang berisi  pengetahuan, jika dilihat ciri-cirinya adalah : tekun, rajin, giat, teliti dan prihatin serta apik dalan segala bidang kehidupan.

Pendidikan yang terdapat di perguruan INS adalah sebagai berikut : Pertama, Kerajinan tanah liat, anyaman rotan, dan kayu. Kedua, Seni lukis, seni tari, seni ukir dan seni suara. Ketiga. Mengarang, puisi, jurnalistik. Keempat. Olah raga, kegiatan keagamaan, Kelima. Manajemen.Dengan demikian anak-anak sejak kecil telah dilatih untuk menggunakan akal fikiran mereka dan didorong  keimanan yang kuat, untuk menciptakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia

, maka jelas bahwa nasionalisme yang dimiliki Muhammad Syafei bukanlah nasionalisme pragmatis, tetapi nasinalisme yang didasarkan pada agama, untuk membangun bangsa dan negara melalui pendidikan agama dan keterampilan,. untuk kehidupan manusia atas segala sesuatu yang diciptakan Tuhan. Muhammad Syafei menyatakan bahwa Tuhan tidak sia-sia menciptkan manusia, seandainya kita tidak berguna bagi orang lain atau negara, maka  itu salah manusia senndiri, kenapa tidak bisa memanfaatkannya

Sebenarnya model pendidikan yang dikembangkan Muhammad Syafei di perguruan INS, masih sangat relevan dengan model pendiidkan di Indonesia, misalnya program pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggagas Full day School untuk mengembangkan karakter siswa, hal ini sangat cocok dengan model perguruan INS,  sehingga penulis berani mengatakan bahwa perguruan INS  merupakan salah satu pilar pendidikan nasional, namun banyak orang yang tidak kenal lagi dengan perguruan INS, apalagi di kalangan generasi muda kita, 

hal ini dikarenakan letaknya di desa dan kurang ada promosi dari pihak yayasan dan terutama dari Pemerintah Daerah, sehingga minat anak-anak masuk sekolah ini tidak banyak dan turun terus tahun ke tahun, terakhir penulis mengunjungi sekolah ini tahun 2014 yang lalu, siswanya kurang dari 200 orang, maka perlu kiranya Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat, memeberikan perhatian yang besar kepada perguruan ini, karena telah berjasa melahirkan orang-orang hebat di negeri ini, seperti Tarmizi Taher (mantan Menteri Agama), Bustanul Arifin (mantan Menteri Bulog), Farid A Moeloek (mantan Menteri Kesehatan), Kaharudin Nasution (mantan Gubernur Riau), Muchtar Lubis (Sastrawan dan Budayawan) dan lainnya, juga perguruan ini adalah merupakan asset bangsa yang harus dipertahankan keberadaannya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun